Anda di halaman 1dari 7

MODUL PSIKOEDUKASI DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN JIWA BAGI KADER

KESEHATAN

1. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan deteksi dini masalah kesehatan jiwa di
masyarakat bagi kader kesehatan

2. Sasaran
Kader kesehatan di kelurahan Langensari
Bidan desa kelurahan Langensari
Koordinator program kesehatan jiwa puskesmas Ungaran

3. Target yang ingin dicapai


a. Peserta mengetahui jenis gangguan jiwa yang sering terjadi dimasyarakat
b. Peserta mengetahui bantuan layanan yang dapat diakses dalam menangani kasus
gangguan jiwa
c. Peserta mampu melakukan deteksi dini dengan skrining melalui kuesioner SRQ-
20

4. Pokok Materi
a. Gangguan jiwa yang sering ditemukan di masyarakat (gangguan cemas, gangguan
depresi, gangguan somatik, gangguan psikotik, demensia)
b. Deteksi dini SRQ-20
c. Bantuan untuk yang mengalami masalah kesehatan jiwa secara profesional
(dokter puskesmas, perawat puskesmas, psikolog, psikiater, guru BK, Kader
kesehatan, pekerja sosial kesehatan jiwa) dan di dalam keluarga

5. Materi
a. Gangguan jiwa yang sering ditemukan di masyarakat
Berdasarkan buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Kemenkes RI, 2011, hal 39) dan
buku Kesehatan Jiwa di Masyarakat (Yuliani, dkk) beberapa gangguan jiwa yang
sering ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Cemas (Anxietas)
- Rasa cemas dan khawatir yang berlebihan dan tidak masuk akal, sehingga
mengakibatkan tergangguanya kegiatan yang bisa dilakukan
- Gejala :
 Ketegangan mental : cemas, bingung, tegang, gugup, sulit
memusatkan perhatian
 Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa santai
 Gejala fisik: pusing, berkeringat, denyut jantung cepat, sesak napas
- Gejala dapat berlangsung berbulan-bulan, sering muncul kembali.
- Gangguan cemas mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik dan mental
- Gangguan cemas dapat disembuhkan
2. Gangguan Depresi
- Gangguan depresi harus dibedakan dengan perasaan sedih biasa. Semua
orang pada saat tertentu mengalami sedih namun tidak sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Depresi adalah perasaan sedih atau murung yang mendalam, dan
menetap lebih dari 2 minggu berturut-turut sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari.
- Gejala:
 Perasaan sedih dan murung. Kehilangan minat terhadap pekerjaan
atau aktivitas yang biasa dilakukan.
 Semangat menurun. Orang dengan depresi hanya ingin berbaring di
tempat tidur sepanjang hari atau menarik diri dari pergaulan.
 Mudah lelah
 Rasa percaya diri menurun
 Pesimis. Isi pikiran seringkali tentang kegagalan dan kesalahan. Orang
cenderung menyalahkan diri sendiri.
 Gangguan tidur
 Hilang nafsu makan
 Konsentrasi/perhatian berkurang
 Ide/tindakan bunuh diri
- Keluarga atau kerabat seringkali tidak menyadari adanya depresi, dan
menyuruh orang tersebut untuk melawan perasaannya, dimana hal ini
dapat memperburuk keadaannya.
- Bila seseorang mengalami salah satu dari gejala depresi, mungkin Ia tidak
hanya mengalami kesedihan biasa, namun mengalami depresi yang
membutuhkan pertolingan
- Depresi dapat diobati dan disembuhkan. Depresi bukan kelemahan atau
kemalasan.
3. Gangguan Somatik
- Gangguan somatik merupakan keadaan dimana seseorang memiliki
berbagai macam keluhan atau gejala fisik disertai permintaan
pemeriksaan fisik, namun terbukti hasil pemeriksaannya negatif.
- Penderita gangguan somatik dapat menyangkal dan menolak bahwa
keluhan fisiknya berkaitan dengan konflik kehidupan yang dialami,
meskipun terdapat gejala gangguan cemas dan depresi.
- Gejala-gejala fisik yang dialami seperti sakit kepala, mual, susah tidur, dan
berbagai rasa sakit lain, benar-benar dirasakan oleh orang tersebut dan
bukan dibuat-buat.
- Aktivitas sehari-hari dapat terganggu dengan adanya keluhan-keluhan
fisik yang dialami.
4. Gangguan Psikotik
- Seseorang yang menderita gangguan psikotik menunjukkan perubahan
yang nyata dan berlangsung lama.
- Gejala:
 Mendengar suara-suara bisikan yang tidak didengar oleh orang lain
 Bicara dan tertawa sendiri tanpa sebab
 Melihat sesuatu yang tidak nyata
 Curiga berlebihan
 Seolah-olah siaran radio dan TV membicarakan dirinya
 Merasa menjadi seseorang yang hebat misalnya
presiden/nabi/malaikat
 Bicara kacau yang sulit dimengerti
 Marah-marah tanpa sebab, mengamuk
 Terlalu menyendiri, tidak mau bergaul
 Tidak mau mandi, tidak menjaga kebersihan diri, buang air
besar/kecil sembarangan
- Jika ada seseorang yang memperlihatkan satu atau lebih dari gejala-gejala
di atas, jangan ragu-ragu membawanya ke dokter atau puskemas
5. Demensia (kepikunan)
- Demensia sering terjadi pada usia lanjut
- Gejala:
 Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi, misalnya
orang tersebut lupa apakah sudah makan, mandi, lupa dimana
meletakkan barangnya, dan lain-lain
 Penurunan daya pikir, misalnya tidak mampu lagi berhitung yang
biasanya mudah dilakukan
 Penurunan daya nilai, misalnya sulit membedakan yang baik dan
yang buruk
 Penurunan kemampuan berbahasa, misalnya sulit mencari kata-
kata untuk menyatakan pendapat
 Penurunan fungsi sehari-hari, misalnya tidak mampu berpakaian,
mandi, mencuci, memasak, dan melakukan kegiatan lainnya
sendiri
 Kehilangan kendali emosional, misalnya mudah bingung,
menangis, atau mudah tersinggung
 Keaadan ini terdapat pada usia lanjut dan sangat jarang pada usia
muda.
- Kehilangan daya ingat dapat menyebabkan masalah tingkah laku,
misalnya menjadi gaduh gelisah, pencuriga dan emosi yang meledak-
ledak.
- Bila ada yang mengalami hal tersebut, bawalah ke dokter atau
puskesmas.

b. Deteksi Dini dengan kuesioner SRQ-29


- Deteksi dini sangat diperlukan untuk menskrining masalah kesehatan jiwa
dengan menggunakan media Self Report Questionnaire untuk
meminimalisir kerentanan mengalami masalah kejiwaan (Orang dengan
Masalah Kejiwaan/ODMK).
- SRQ mengukur kondisi mental seseorang yang memiliki batasan waktu 30
hari, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan cepat, terintegrasi, dan
optimal.
- Administrasi SRQ-20:

Petunjuk:

Berikut ini adalah pertanyaan‐pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi


sakit dan permasalahan tertentu, yang mungkin mengganggu saudara selama 30
hari belakangan ini. Jika pertanyaan tersebut sesuai dengan kondisi saudara dan
saudara telah mengalaminya semenjak kurang lebih 30 hari belakangan ini,
maka jawablah YA.
Namun, jika pertanyaan tersebut tidak sesuai dengan kondisi saudara dan
saudara tidak mengalaminya semenjak kurang lebih 30 hari belakangan ini, maka
jawablah TIDAK.

Pada saat menjawab pertanyaan kuesioner ini, saudara diminta untuk tidak
mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan siapapun. Kami memberikan
jaminan bahwa jawaban yang saudara berikan bersifat rahasia.

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah saudara sering sakit kepala? Ya/Tidak
2 Apakah nafsu makan saudara menurun? Ya/Tidak
3 Apakah saudara tidak bisa tidur nyenyak? Ya/Tidak
4 Apakah saudara mudah merasa takut? Ya/Tidak
5 Apakah tangan saudara gemetar? Ya/Tidak
6 Apakah saudara merasa cemas, tegang, atau Ya/Tidak
khawatir?
7 Apakah saudara mengalami gangguan Ya/Tidak
pencernaan?
8 Apakah saudara merasa sulit berpikir jernih? Ya/Tidak
9 Apakah saudara merasa tidak bahagia? Ya/Tidak
10 Apakah saudara lebih sering menangis dari Ya/Tidak
biasanya?
11 Apakah saudara merasa sulit untuk menikmati Ya/Tidak
aktivitas sehari-hari?
12 Apakah saudara mengalami kesulitan untuk Ya/Tidak
mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari saudara Ya/Tidak
terbengkalai?
14 Apakah saudara merasa tidak mampu melakukan Ya/Tidak
hal yang bermanfaat dalam kehidupan ini?
15 Apakah saudara kehilangan minat untuk Ya/Tidak
melakukan berbagai macam hal?
16 Apakah saudara merasa sebagai orang yang tidak Ya/Tidak
berharga?
17 Apakah saudara mempunyai pikiran untuk Ya/Tidak
mengakhiri hidup?
18 Apakah saudara merasa lelah sepanjang waktu? Ya/Tidak
19 Apakah saudara merasakan perasaan tidak Ya/Tidak
nyaman di perut?
20 Apakah saudara mudah lelah? Ya/Tidak

Interpretasi:
a. Jika didapatkan jawaban ”ya” sebanyak 6 atau lebih maka responden dikatakan
terindikasi gangguan mental emosional atau masalah kesehatan jiwa (Riskesdas,
2013).
b. Gangguan mental emosional yang mengarah ke gangguan jiwa terbagi menjadi 4
kategori yaitu gejala depresi, gejala cemas, gejala somatik, dan gejala penurunan
energi.
c. Pertanyaan indikasi gejala depresi, berada pada nomor pertanyaan
6,9,10,14,15,16,17.
Pertanyaan indikasi gejala cemas berada pada nomor pertanyaan 3,4,5
Pertanyaan indikasi gejala soamtik berada pada nomor pertanyaan 1,2
Pertanyaan indikasi gejala penurunan energi berada pada nomor pertanyaan
8,11,12,13,18,20

- Kader kesehatan memberikan rujukan atau informasi kepada bidan desa


dan petugas kesehatan jiwa puskesmas apabila menemukan warga yang
terindikasi memiliki masalah kesehatan jiwa
c. Bantuan untuk yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
- Gangguan kesehatan jiwa dapat diobati, apalagi jika diketahui sejak awal.
Perhatikan tingkah laku anggota keluarga yang berubah, jika ada, segera
telusuri kemungkinan penyebabnya. Tanyakan apa yang dipikirkan atau
dirasakan. Jka tidak selesai, silakan meminta bantuan kepada dokter atau
puskesmas.
- Pikiran dan perasaan yang mengganggu dapat membebani seseorang.
Apabila ada yang dapat mendengarkan dan menjadi teman cerita, akan
sangat menolong. Perhatian dan kepedulian adalah bantuan yang
diperlukan untuk orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
- Beberapa pihak yang dapat membantu masalah gangguan kesehatan
jiwa:
1. Dokter atau perawat puskesmas: Dapat memberikan obat yang sesuai
dengan kebutuhan atau mendengarkan keluhan
2. Psikolog: Membantu dengen memberikan konseling agar orang yang
mengalami masalah dapat lebih mengenal dirinya dan mengerti
permasalahannya.
3. Psikiater atau dokter spesialis kejiwaan: Psikiater dapat memberikan
obat yang diperlukan untuk mengatasi gangguan kesehatan jiwa
4. Guru Bimbingan Konseling (Guru BK): Dapat membantu murid-murid
yang mengalami masalah kesehatan jiwa dalam batasan tertentu
5. Kader kesehatan: Dapat dimintai bantuannya untuk mengatasi
masalah kesehatan jiwa yang ringan atau merujuknya
- Upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk membantu orang yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa:
1. Memperhatikan anggota keluarga yang menunjukkan rasa murung
terus menerus atau kesedihan, menangis tiada henti, apalagi tanpa
penyebab yang jelas
2. Jika ada anggota keluarga yang mengatakan bahwa Ia mendengar
sesuatu dan sangat mempengaruhinya. Keadaan ini disebut
halusinasi. Segera hubungi petugas kesehatan atau puskesmas.
3. Jika ada anggota keluarga yang menyatakan ingin bunuh diri atau
mengancam akan membunuh orang lain. Segera hubungi petugas
kesehatan atau puskesmas.
4. Jika ada anggota keluarga yang gaduh gelisah atau mengamuk tanpa
alasan yang jelas. Segera hubungi petugas kesehatan atau puskesmas.
5. Jika ada anggota keluarga yang selalu mengeluh sakit, terganggu
fungsi pekerjaan dan fungsi sosial tanpa alasan yang jelas Segera
hubungi petugas kesehatan atau puskesmas.
6. Jika ada anggota keluarga yang menyalahgunakan narkoba. Segera
hubungi petugas kesehatan atau puskesmas.
7. Jika disarankan rawat inap, ikuti petunjuk dokter demi
kesembuhannya, jangan lupa dikunjungi agar pasien tidak merasa
ditinggalkan atau disisihkan. Gangguan kesehatan jiwa bukanlah aib
yang harus ditutupi.
8. Tanyakan kepada dokter mengenai: seberapa sering dan seberapa
lama menjenguknya, apa saja yang bisa dibicarakan dan apa yang
tidak boleh disampaikan.
9. Ketika sudah kembali ke rumah, jangan lupa untuk terus memberikan
dukungan dan bantuan. Tapi jangan sampai membuatnya merasa
lemah dan bergantung. Usahakan agar dia merasa biasa dan tidak
canggung berada kembali di rumah, di tengah-tengah keluarga.
10. Berikan pasien kegaitan yang akan mencegahnya untuk melamun.
Berkebun, memelihara ikan atau beternak ayam atau itik, menjahit dll
untuk mengisi waktu.

Referensi :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Buku Pedoman Kesehatna Jiwa


(Pegangan Bagi Kader Kesehatan). Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar/ RISKESDAS.


Jakarta:BalitbangKemenkes RI.

Ngapiyem & Kurniawan. (2020). Deteksi Dini Terpadu Kesehatan Jiwa Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kewaspadaan Masyarakat Di Salah Satu Dusun Di Gunung Kidul. Journal of
Health. 7(1).

Yuliani, R., dkk. Kesehatan Jiwa di Masyarakat. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai