Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MAKALAH MICROTEACHING

“Konsep Dasar Manajemen Kelas”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

NAMA DAN NIM : 1. Afifah Fitriyani (1203311135)

2. Ariana Damayanti Limbong (123311094)

3. Arta Wida Anastasia Purba (1203311121)

4. Cindy Ayuni ( 1203311057)

5. Dini Fitriani (1203311053)

6. Fatimah Sihombing (1203311019)

7. Gherin Jesica Siregar S (1203311058)

8. Khairu An-Nisa Pulungan (1203311130)

9. Mutiara Safitri (1203311127)

10. Nisa Teresia Four Nigerls (1203311068)

11. Nurhasanah (1203311069)

12. Ria Anjelina Marbun (1203311063)

13. Rizky Ananda Siregar (1203311093)

14. Varnita Arselina Nainggolan (1203311011)

15. Zahara Fitria Tanjung (1203311139)

KELAS : PGSD EKSTENSI I 2020

MATA KULIAH : MICROTEACHING

DOSEN PENGAMPU : Dra. Nurmayani, M. Ag

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Manajemen Kelas”. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Nurmayani, M. Ag selaku
dosen yang memberikan bimbingan, materi, saran, dan kesempatan kepada kami.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan dari tugas ini.

Kami berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 19 Februari 2023

“Kelompok 2"
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang berkualitas. Secara prinsip, guru memegang dua tugas pokok, yakni
pengajaran dan pengelolaan kelas. Guru sebagai tenaga pendidik profesional memiliki peran
yang sangat kompleks, tidak terbatas pada kegiatan pembelajaran, guru juga bertugas sebagai
administrator, evaluator, konselor.

Manajemen merupakan suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui
orang lain. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya
kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Guru penting memiliki kemampuan
menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang
optimal dalam kegiatan instruksional kemampuan pengelolaan kelas. Manajemen kelas
merupakan masalah yang amat kompleks untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan secara efektif dan efisien. Kegagalan seorang guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran berbanding lurus dengan tidak mampunyai guru pengengelola kelas. Indikator
dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau
batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru
yang sangat penting.

Maka itu pentingnya seorang guru untuk mempelajari manajemen kelas guna menciptakan
kondisi belajar yang optimal dan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas
pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok dari permasalahan yang
menjadi pembahasan, yaitu:

1) Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?

2) Apa fungsi pembelajaran?

3) Apa saja hubungan komponen Model Pembelajaran?

4) Bagaimana bentuk jenis Model Pembelajaran.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:

1) Untuk menyelesaikan tugas KKNI mata kuliah Microteaching

2) Menjadi sumber literasi menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai


“konsep dasar manajemen kelas"
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kelas

Secara umum, model pembelajaran merupakan suatu cara maupun teknis dalam penyajian
sistematis yang juga digunakan oleh seluruh guru didalam mengorganisasikan pengalaman
suatu proses dari pembelajaran supaya dapat mencapai suatu tujuan daru sebuah
pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ini juga dapat diartikan menjadi keseluruhan dari
rangkaian yang didalamnya meliputi seluruh aspek sebelum, sedang dan juga sesudah dari
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru dan seluruh fasilitas terkait yang juga
digunakan dengan cara langsung maupun tidak langsung didalam suatu proses belajar
mengajar. Selain itu juga, model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan
gambaran sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum
namun tetap mengerucut pada tujuan khusus. Hal tersebut membuat model pembelajaran
berbeda dengan metode pembelajaran yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan
pembelajaran yang justru lebih luas lagi cakupannya.

Dengan model pembelajaran kita bisa mencapai sebagian besar tujuan dan sasaran sekolah.
Model pembelajarn diciptakan untuk membantu siswa memperoleh informasi, gagasan,
keterampilan, nilai, cara berpikir dan cara untuk mengekspresikan diri mereka, cara
belajarnya, sehingga siswa memiliki kemampuan untuk belajar lebih mudah dan efektif.
Setiap model pembelajaran memiliki alasan mengapa suatu model diciptakan. Model yang
dipilih dilakukan, setelah disempurnakan melalui uji coba di kelas, sehingga bisa digunakan
dengan nyaman dan efisien, melalui kajian teori dan praktik lapangan. Suatu model
pembelajaran yang tepat dan juga baik yaitu model pembelajaran yang diaplikasikan kepada
pembelajaran bahan kajian maupun pokok dari bahasan hingga sub dari pokok bahasan
tersebut dengan cara menggunakan dana dan juga waktu yang tidak begitu banyak. Dan para
siswa dan siswi juga bisa memperoleh hasil yang lebih maksimal lagi.

B. Fungsi Model Pembelajaran

Banyak sekali berbagai macam model pembelajaran yang sudah ditemukan dan juga
dikembangkan oleh beberapa pakar pmebelajaran dan pendidikan. Dan agar menjadi seorang
guru sains yang bekerja secara professional, maka pengetahuan mengenai model
pembelajaran tersebut haruslah dipunyai oleh para guru dengan caik. Karena, model dari
pembelajaran tersebut mempunyai berbagai fungsi. Dan berikut ini merupakan berbagai
fungsi dari model pembelajaran :

1. Dapat membimbing dan juga membantu para guru dalam memilih strategi, teknik dan juga
metode pembelajaran
Hal tersebut dimaksudkan yaitu agar para guru dapat memilih strategi, teknik dan juga
metode pembelajaran dengan tujuan pembelajarannya dapat tercapai dengan baik. Hal seperti
ini juga sudah dipelajari sebelumnya bahwasanya model dari pembelajaran pada dasarnya
tersebut berisi strategi, metode, teknik dan juga taktik suatu pembelajaran. Maka dari itu,
apabila seorang guru menggunakan suatu model pembelajaran yang tertentu dengan otomatis
maka guru tersebut akan mengetahui teknik, taktik, metode dan juga strategi dari
pembelajaran yang akan mereka lakukan.

2. Dapat membantu membuat interaktsi diantara guru dan juga siswa

Model pembelajaran juga berfungsi untuk dapat membantu membuat interaksi diatara guru
dan juga siswa yang mereka inginkan didalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung
tersebut. Dan dengan model ini, maka guru bisa memiliki suatu pedoman untuk berinteraksi
dengan para siswa selama didalam proses pembelajaran yang berlangsung tersebut.
Contohnya yaitu cara mengkomunikasikan suatu informasi, cara untuk memunculkan sebuah
masalah, cara untuk menanggapi pertanyaan dan juga jawaban dari para siswa, serta cara
untuk membangkitkan semangat para siswa.

3. Dapat membantu seorang guru maupun instruktur didalam memilih materi pembelajaran
yang tepat

Model pembelajaran juga berfungsi untuk membantu seorang guru maupun instruktur
didalam meilih suatu materi pembelajaran yang menurutnya tepat untuk diterapkan didalam
pembelajaran, silabus, dan juga penyusunan RPP. Dan dengan memahami suatu model
pembelajaran yang tepat, maka guru tersebut dapat terbantu ketika akan menetapkan dan juga
menganalisis suatu materi yang akan diterapkan sesuai dengan para siswanya.

4. Dapat memberikan suatu bahan prosedur

Bahan prosedur tersebut dibuat untuk dapat mengembangkan suatu materi dan juga sumber
belajar yang efektif dan juga menarik. Didalam tiap model pembelajaran terdapat system
pendukungnya. Dan dengan system tersebut , maka guru dapat terbimbing untuk bisa
mengembangkan suatu materi maupun sumber belajarnya, contohnya yaitu seperti membuat
modul, handout, diktat, dan lain sebagainya.

5. Dapat membantu mengkomunikasikan sejumlah informasi mengenai teori mengajar.

Di tiap suatu model pembelajaran pasti membutuhkan suatu teori mengajar yang berbentuk
metode, pendekatan, strategi, taktik dan juga teknik. Maka dari itu, apabila seorang guru
dapat menggunakan model pembelajaran tertentu, maka akan secara otomatis seorang guru
tersebut akan dapat mengkomunikasikan suatu teori mengenai mengajar seperti apa yang
sudah disebutkan sebelumnya.

C. Komponen Model Pembelajaran

Komponen model pembelajaran merupakan bagian-bagian yang menjadikan suatu model


pembelajaran menjadi kesatuan menjadi utuh. Misalnya, suatu model pembelajaran memiliki
komponen sintaks yang merupakan acuan dasar dari keseluruhan urutan fase yang harus
dilakukan agar kita menerapkan konsepsi dari model pembelajaran tersebut. Komponen
model pembelajaran terdiri atas:

1. Sintaks

Sintak (bermakna nama pohon di KBBI) atau tepatnya sintaks adalah acuan umum berupa
keseluruhan alur kegiatan pembelajaran dalam suatu model pembelajaran. Seperti yang
diungkapkan Arends (dalam Utomo, 2020, hlm. 60) bahwa sintaks merupakan keseluruhan
alur atau urutan kegiatan pembelajaran. Sintaks menentukan jenis-jenis tindakan guru,
urutannya, dan tugas-tugas untuk siswa.Tentunya setiap model pembelajaran memiliki urutan
dan fase yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Sintaks dapat
dideskripsikan sebagai urutan kegiatan-kegiatan yang disebut fase; setiap model
pembelajaran mempunyai alur fase yang berbeda-beda (Joyce & Weil dalam Utomo, 2020,
hlm. 61). Setiap sintaks yang dimiliki model pembelajaran merupakan serangkaian fase untuk
mencapai ide pokok atau gagasan serta tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran
tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa sintaks model pembelajaran adalah acuan umum atau
keseluruhan alur kegiatan pembelajaran berupa serangkaian fase-fase untuk mencapai ide
pokok atau gagasan serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu model pembelajaran.

2. Sistem sosial

Menurut Joyce & Weil (dalam Utomo, hlm. 65) sistem sosial menyatakan peran dan
hubungan guru dan siswa, serta jenis-jenis norma yang dianjurkan. Dengan kata lain, sistem
sosial suatu model pembelajaran mendefinisikan apa saja yang harus diperankan guru,
bagaimana keterhubungan sosial antara siswa dengan siswa lainnya dan guru. Misalnya,
dalam model pembelajaran tertentu, guru berperan sebagai fasilitator dan moderator agar
siswa aktif berdiskusi satu sama lain. Sementara itu di model pembelajaran lain bisa jadi
terdapat fase Guru menjadi penceramah dan siswa hanya menjadi pendengar pasif.

Hubungan guru-siswa dan siswa ke siswa harus diarahkan sedemikian rupa agar terwujud
prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tertentu yang dimaksud dalam model pembelajaran
bisa jadi harus mengandung:

- demokrasi
- kerjasama
- tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok
- kesamaan derajat

3. Prinsip reaksi

Menurut Joyce & Weil (dalam Utomo, hlm. 66) prinsip reaksi berkaitan dengan bagaimana
cara guru memperhatikan dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana guru memberikan
respons terhadap pertanyaan, jawaban, tanggapan atau apa saja yang dilakukan siswa.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan pada prinsip reaksi suatu model pembelajaran
dapat berupa:

- Memberikan kesempatan peserta didik bertanya kepada guru


- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan
- Siswa memberikan tanggapan atau kritik terhadap pendapat rekannya

4. Sistem pendukung

Sistem pendukung model pembelajaran adalah semua sarana, bahan, dan alat yang
diperlukan untuk menerapkan model pembelajaran (Joyce & Weil, dalam Utomo, 2020, hlm.
67). Dalam suatu pembelajaran tentunya guru perlu menyiapkan sarana, bahan, dan alat untuk
mendukung model pembelajaran tersebut. Sarana, bahan dan alat tersebut meliputi buku
siswa, rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, alat evaluasi, media pembelajaran seperti
proyektor LCD, slideshow powerpoint dan lain-lain. Beberapa kriteria yang dapat
diperhatikan dalam sistem pendukung meliputi:

- Media pembelajaran
- Instrumen pembelajaran
- Sumber pembelajaran
- Alat pembelajaran

5. Dampak instruksional dan pengiring

Menurut Joyce & Weil (dalam Utomo, 2020, hlm. 68), dampak instruksional adalah hasil
belajar dicapai langsung dengan mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.
Sementara itu, dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu es
pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung siswa tanpa
pengarahan langsung dari guru. Dampak instruksional yang perlu diwujudkan dalam model
pembelajaran tentunya amatlah bervariasi tergantung dari model pembelajarannya sendiri.
Misalnya, dalam model pembelajaran tertentu, dampak instruksional dapat berupa:
pemahaman bahan ajar, kemampuan dalam pemecahan masalah, dan keterampilan kooperatif,
keterampilan produktif untuk menulis teks dan lain-lain.

D. Jenis Model Pembelajaran

Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum (2013, hlm. 186) model-model
mengajar (pembelajaran) terbagi menjadi empat kategori sebagai berikut:

1. Information Processing Model (Pemrosesan Informasi)

Model ini berfokus pada kapasitas intelektual. Model ini lebih menekankan cara belajar
informasi spesifik, memperoleh dan mengatur data, memecahkan masalah, serta
mengembangkan konsep dan bahasa. Model ini dibatasi pada kategori yang berhubungan
dengan pengembangan intelektual, kekuatan penalaran dan logika, membantu siswa dalam
mengatur dan mempertahankan informasi, serta meningkatkan fungsi metakognitif mereka.
Inti dari model ini terkait dengan kemampuan peserta didik untuk mengamati, mengatur
data,memahami informasi, membentuk konsep, menggunakan simbol verbal dan nonverbal
dan memecahkan masalah. Tugas siswa adalah memecahkan masalah-masalah tersebut.
Model ini menerapkan teori belajar behavioristik dan kognitivistik. Beberapa langkah yang
harus diperhatikan pendidik di kelas kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.

1) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.


2) Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
4) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan.
5) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
7) Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
8) Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan
pengalamannya.

Ada tujuh model yang termasuk dalam rumpun ini, yakni sebagai berkut:

- Inductive thinking model (model berpikir induktif) yang dikembangkan oleh Hilda
Taba.
- Inquiry training model (model pelatihan inkuiri/penyingkapan/penyelidikan) yang
dikembangkan oleh Richard suchman.
- Scientific inquiry (penyelidikan ilmiah) yang dikembangkan oleh Joseph J. Schwab.
- Concept attainment (pencapaian konsep) oleh Jerome Bruner.
- Cognitive growth (pertumbuhan kognitif) dikembangkan oleh Jean Piaget.
- Advance organizer model (model pengatur/penyelenggaraan tingkat lanjut) oleh
David Ausubel.
- Memory (daya ingat) oleh Harry Lorayne).

2. Personal Model (Model Pribadi)

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan
diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu
membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model ini
juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar
dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Implikasi teori humanistik
dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan


2) Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do)
3) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri
4) Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri
5) Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn
how to learn)
6) Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang
produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap

Model pembelajaran yang termasuk dalam model ini adalah :

- Non-directive teaching model


- Synetics model
- Awareness training model
- Classroom Meeting model

3. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial)

Rumpun model mengajar social interaction model menitikberatkan pada proses interaksi
antar individu yang terjadi dalam kelompok. Model-model mengajar disetting dalam
pembelajaran berkelompok. Model ini mengutamakan pengembangan kecakapan individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Tujuan utamanya adalah untuk membantu siswa
belajar bekerja sama, mengidentifikasi dan memecahkan masalah, baik akademik maupun
sosial, mengembangkan keterampilan untuk hubungan manusia, danmenya dari nilai-nilai
pribadi dan sosial. Model ini juga menekankan bahwa pembelajaran manusia terjadi di
lingkungan sosial dan melalui perilaku model dan pertukaran sosial. Model interaksi sosial
ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:

1) Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam


proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan
discovery skills dalam bidang akademik.
2) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri
maupun terhadap kelompok.
3) Pemecahan masalah sosial atau inquiry social bertujuan untuk mengambangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
4) Model laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan
keluwesan dalam kelompok.
5) Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
6) Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan
sosial serta menguji reaksi mereka.

Model pembelajaran yang termasuk dalam model ini adalah:

- Group investigation odel


- Role playing model
- Jurisprudential inquiry model
- Laboratory training model
- Social simulation model
- Social inquiry model

4. Behavioral Model (Model Perilaku)


Model ini memberi penekanan pada perubahan perilaku yang terlihat dari pelajar. Teknik
perilaku dapat disesuaikan dengan hasil yang sangat terstruktur, berkonsentrasi pada tujuan,
dapat diamati seperti belajar membaca, keterampilan fisik, adaptasi perilaku dan emosional
dan restrukturisasi. Model ini sangat terstruktur dengan tujuan yang terbatas menuju tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpun model ini sesuai dengan teori belajar
behavioristik. Pembelajaran harus memberikan perubahan pada perilaku si pembelajar ke
arah yang sejalan dengan tujuan pembelajaran. Kemudian, perubahan yang terjadi harus
dapat diamati. Sehingga, guru dapat menguraikan langkah-langkah pembelajaran yang
konkret dan dapat diamati dalam upaya evaluasi perkembangan peserta didiknya. Model
pembelajaran yang termasuk dalam model ini adalah

- Contingency management model


- Self control model
- Training model
- Stress reduction model
- Desensitization model
- Assertiveness training model
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu
kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen
pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat
dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak
cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media
pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di
samping itu guru harus menguasai kiat manajemen kelas.

Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang


menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas
fisik dan rutinitas. Kegiatan manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

3.1 Saran

Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan
lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas
diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar
yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik"

Anda mungkin juga menyukai