Anda di halaman 1dari 3

Nama : Holyvia Bongga Pasau

NIM : K011201206
Kelas : C
Critical review (point of review)
STRATEGI PENANGGULANGAN STUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama
kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021,
prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.

SEBARAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN KARAKTERISTIK MASALAH DI


PROVINSI SUL-SEL, SSGI 2021
Dari 24 Kab/kota di Provinsi Sul-sel :
▪ Terdapat satu kab/Kota dengan kategori baik (stunted <20% dan wasted <5%) Yaitu kota
makassar
▪ Terdapat dua kab/kota dengan kategori akut yaitu Kb. Luwu timur dan Luwu Utara
▪ Terdapat tiga kab/kota dengan kategori kronis yaitu Kab Gowa, Tana Toraja dan Toraja
Utara
▪ Terdapat 18 Kab/kota dengan kategori kronis + akut

STRANAS P2AK
• Disusun berdasarkan bukti-bukti dan pengalaman Indonesia dan global terkait dengan
upaya pencegahan stunting
• Bertujuan memastikan sumber daya diarah dan dialokasikan untuk mendukung dan
membiayai kegiatan prioritas, terutama cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada rumah
tagga 1.000 HPK
• Dirancang agar semua pihak di semua tingkatan dapat bekerja sama/berkolabprasi
sinergik untuk mencapai penurunan stunting
• Penyusunannya melibatkan K/L, akademisi dan organisasi profesi, masyarakat madani,
dunia usaha, dan mitra pembangunan/donor.

FRAMEWORK INTERVENSI PENURUNAN STUNTING


▪ Intervensi Spesifik
Pada intervensi spesifik, terdapat beberapa persyaratan antara lain jumlah target
yang jelas, kualitas yang harus sesuai dengan standard an dapat diterima oleh seluruh
sasaran dan dapat digunakan sasaran sesuai dengan ketentuan. Misalnya pada pembagian
makanan dan nutrisi tambahan, sasaran tidak hanya menerima saja namuan sasaran juga
harus dipastikan dapat mengonsumsi makanan tersebut sesuai anjuran misalnya pada
makanan pendamping ASI atau biskuit ibu hamil. Selain itu, hal lain yang perlu
dipastikan adalah jumlah yang terpenuhi, artinya semua sasaran dapat menerima sesuai
dengan target yang telah ditentukan

▪ Intervensi sensitive
Beberapa contoh intervensi sensitive antara lain :
1. Bantuan pangan non tunai
Misalnya penambahan bariasi bantuan pangan (beras, telur dan MPASI),
kemudian harus memiliki jumlah sasaran yang jelas
2. PKK
✓ Peningkatan pengetahuan pendamping PKH tentang stunting dan Sesi
Pertemuan
✓ Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dengan modul kesehatan dan
gizi.
3. PAUD
Peningkatan kapasitas guru PAUD (pelatihan dan pencegahan stunting).
4. Air minum dan sanitasi
Contoh nya yakni desa lokasi prioritas penanganan stunting dan menyasar
rumah tangga 1.000 PHK.

TANTANGAN PENURUNAN STUNTING


▪ Intervensi belum terintegrasi dengan baik sehingga belum sepenuhnya efektif untuk
percepatan penurunan stunting.
▪ Kebijakan dan program penurunan stunting belum diterjemahkan dengan baik ke dalam
perencanaan dan penggaran daerah
▪ Kapasitas pelaksana program di daerah masih lemah. Pelaksana program atau kader-
kader di daerah masih banyak yang bekum memenuhi kriteria karena masih minimnya
pemahaman tentang program yang akan dilaksanakan.
▪ Kelembagaan dan koordinasi di pusat dan daerah sampai desa masih belum optimal
▪ Perilaku masyarakat belum sejalan dengan upaya perceoatan penurunan stunting dan
dukungan sosial masih rendah. Banyak masyarakat yang masih tidak terlalu peduli
terhadap kasus stunting, mereka menganggap stunting bukanlah masalah yangs serius dan
memjadikan hal tersebut sebagai hal yang lumrah.

Anda mungkin juga menyukai