5489 14462 1 PB
5489 14462 1 PB
Corresponding author:
Ratna Nur Utami
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5489
ratnanurutami@gmail.com
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020
e-ISSN:
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5489
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
pasca operasi yang melakukan tirah untuk
baring terlalu lama juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya
kekakuan atau penegangan otot-otot di
seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah,
gangguan pernafasan dan gangguan
peristaltik maupun berkemih bahkan
terjadinya dekubitus atau luka tekan
(Kartawijaya 2017).
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
METODE
HASIL
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
PEMBAHASAN
Data Demografi
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 2
Katz (2016) yang menyatakan bahwa
batu empedu lebih sering terjadi pada
wanita dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4:1. Wanita mempunyai
resiko 3 kali lipat untuk terkena
kolelitiasis dibandingkan dengan pria, ini
dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh
terhadap peningkatan
eskresi kolesterol oleh kandung empedu,
dan usia rata-rata tersering terjadinya
batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat
sedikit penderita batu empedu yang
dijumpai pada usia remaja, selain itu
dengan semakin bertambahnya usia
semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya batu empedu, sehingga pada
usia 90 tahun kemungkinannya adalah 2
dari 3 orang. Secara jurnal atau penelitian
(Maritasari et al., 2019)di Taiwan terjadi
peningkatan penderita batu empedu pada
kelompok umur 20 – 39 tahun baik pada
pria maupun wanita, peningkatan
kejadian batu empedu pada usia kurang
dari 40 tahun ini kemungkinan
disebabkan oleh interaksi dari beberapa
faktor yang lain yang mempengaruhi
kejadian batu empedu seperti wanita
atau laki-laki pada usia dibawah 40 tahun
juga memiliki penyakit penyerta DM,
dengan obesitas dan hiperlipidemia.
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
prosedur bedah untuk mengeluarkan seperti hot dog, burger, pizza dan mie
kandung empedu lewat luka insisi selebar instan serta jarang makan nasi dan sayur.
4 Data yang didapatkan pada pasien 1 dan
-5 cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat pasien 2 sesuai dengan teori Bhangu
diperlebar untuk mengeluarkan batu (2012) yang menyatakan bahwa faktor lain
kandung empedu yang berukuran lebih yang meningkatkan resiko terjadinya batu
besar. Salah satu hal yang akan terjadi pada empedu adalah makanan, aktifitas fisik,
pasien post operasi adalah merasakan riwayat keluarga dan obesitas. Gaya hidup
nyeri yang merupakan salah satu efek dari dan kebiasaan konsumsi makanan pada
proses operasi, nyeri yang dialami oleh masyarakat menjadi faktor dominan untuk
pasien post operasi adalah nyeri akut meningkatkan kasus kolelitiasis, gaya
(Perry & Potter, 2010). Pada pasien 1 dan hidup masyarakat yang sering
pasien 2 didapatkan data bahwa pasien mengkonsumsi makanan berlemak dan
mengalami nyeri, yang mana hal ini sesuai berkolesterol. Kolesterol yang merupakan
dengan teori Lynda Juall (2012) yang unsur normal pembentukan empedu
menyatakan bahwa nyeri merupakan bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya
keadaan ketika individu mengalami sensasi bergantung pada asam-asam empedu
ketidaknyamanan dalam merespon suatu lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada
rangsangan yang tidak menyenangkan. pasien yang cenderung menderita batu
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri empedu akan terjadi penurunan sintesis
menurut Baradero (2012) adalah teknik asam empedu dan peningkatan sintesis
pembedahan, nyeri pasca operasi hebat kolesterol dalam hati, keadaan ini
dirasakan pada pembedahan intratoraksi, mengakibatkan supersaturasi getah
intra-abdomen, dan pembedahan empedu oleh kolesterol yang kemudian
orthopedik mayor. Nyeri juga dapat terjadi keluar dari getah empedu, mengendap dan
akibat stimulasi ujung saraf saraf oleh zat- membentuk batu. Getah empedu yang
zat kimia yang dikeluarkan saat jenuh oleh kolesterol merupakan
pembedahan atau iskemia jaringan karena predisposisi untuk timbulnya batu empedu
terganggunya suplai darah. Suplai darah dan berperan sebagai iritan yang
terganggu karena ada penekanan, spase menyebabkan peradangan dalam kandung
otot, atau edema. Trauma pada serabut empedu (Smeltzer, 2012).
kulit mengakibatkan nyeri yang tajam dan
terlokalisasi. Respon perilaku nyeri pada Data Pemeriksaan Fisik
klien menurut Kozier (2010) adalah
mengaduh, menangis, sesak nafas, Pemeriksaan fisik pada pasien pertama
mendengkur, meringis, didapatkan data hasil pemeriksaan fisik
mengernyitkan dahi, menghindari abdomen, inspeksi : terdapat luka post
percakapan, mengernyitkan dahi dan operasi laparatomi pada perut kanan atas ±
menggigit bibir. 5cm, tidak ada tanda – tanda infeksi pada
luka post op, auskultasi : bising usus
Data Pola Kebutuhan Dasar 15x/menit, perkusi : timpani, palpasi :
adanya nyeri tekan pada perut kuadran
Pengkajian pola persepsi dan pemeliharaan kanan atas dengan skala 4, dan pada
kesehatan pada pasien pertama, klien ekstremitas bawah didapatkan data
mengatakan bahwa kebiasaan klien kekuatan otot 4/4. Pada pemeriksaan fisik
dirumah untuk makan lebih sering makan pada pasien kedua didapatkan data hasil
gorengan dan makanan bersantan pemeriksaan fisik abdomen, inspeksi :
meskipun klien sudah memiliki riwayat terdapat luka post operasi laparatomi pada
hipertensi. Pengkajian pola persepsi dan perut kanan tengah dibawah costa IX ±
pemeliharaan kesehatan pada pasien 5cm, tidak ada tanda – tanda infeksi pada
kedua, klien mengatakan bahwa kebiasaan luka post op, auskultasi : bising usus
klien selama ini adalah sering begadang 15x/menit, perkusi :timpani, palpasi :
dengan makan makanan yang cepat saji
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
adanya nyeri
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
tekan pada perut kuadran kanan skala 4, yang diakibatkan oleh peradangan maupun
dan pada ekstremitas bawah didapatkan sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
data kekuatan otot 4/4. Data yang koledukus distal kadang sulit dideteksi
didapatkan pada pasien 1 dan pasien 2 karena terhalang oleh udara didalam usus,
sesuai dengan teori Potter & Perry (2010) dengan USG punktum maksimum rasa
yang menyatakan bahwa pemeriksaan fisik nyeri pada batu kandung empedu yang
adalah metode pengumpulan data yang gangren lebih jelas daripada di palpasi
sistematik dengan memakai indera biasa. Sedangkan pemeriksaan
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan laboratorium dilakukan sebelum operasi
rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan laparatomi bertujuan apabila terjadi
klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat peradangan akut, dapat terjadi leukositosis.
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan
palpasi, dan perkusi. Secara umum, ditemukan kenaikan ringan bilirubin
pemeriksaan fisik yang dilakukan serum akibat penekanan duktus koledukus
bertujuan untuk mengumpulkan data dasar oleh batu, dan dilakukan pemeriksaan rutin
tentang kesehatan klien, untuk menambah, pasca operasi bertujuan untuk memonitor
mengkonfirmasi, atau menyangkal data komplikasi seperti memantau tanda gejala
yang diperoleh dalam riwayat infeksi melalui hasil leukosit(Judha &
keperawatan, untuk Syafitri, 2018).
mengkonfirmasi dan
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, Data Farmakoterapi
untuk membuat penilaian klinis tentang
perubahan status kesehatan klien dan Terapi yang diberikan pada pasien pertama
penatalaksanaan serta untuk mengevaluasi yaitu ketorolac iv 30 mg/8 jam,
hasil fisiologis dari asuhan. Smeltzer paracetamol oral 1000 mg/8 jam, dan
(2012) menyatakan bahwa hasil ampicillin sulbactam iv 1,5 g/8 jam,
pemeriksaan fisik yang biasa timbul pada sedangkan terapi yang diberikan pada
pasien post laparatomi diantaranya adalah pasien kedua yaitu ketorolac iv 30 mg/8
nyeri tekan pada area sekitar insisi jam, paracetamol iv 1 g/8 jam, dan
pembedahan, dapat terjadi peningkatan ciprofloxacin iv 400 g/8 jam. Berdasarkan
respirasi, tekanan darah, dan nadi, data farmakoterapi pasien 1 dan pasien 2
kelemahan, mual, muntah, serta anoreksia sesuai dengan Andarmoyo (2013) yang
dan konstipasi. menyatakan bahwa penatalaksanaan
farmakologi untuk nyeri adalah obat Nsaid
Data Pemeriksaan Penunjang diantaranya adalah ibuprofen untuk
desminore, naproksen untuk nyeri kepala
Pada pemeriksaan penunjang pasien vaskuler, indometasin untuk artritis
pertama dan pasien kedua yang dilakukan rheumatoid, tolmetin untuk cedera
adalah pemeriksaan USG abdomen dan jaringan lunak, piroksikam untuk gout dan
laboratorium. Pemeriksaan USG abdomen ketorolac untuk nyeri pasca operasi serta
dilakukan sebelum dilakukannya operasi nyeri traumatic berat. Perbedaan antara
laparatomi sedangkan pemeriksaan terapi pasien 1 dan pasien 2 terletak pada
laboratorium dilakukan sebelum dan terapi paracetamol dan jenis antibiotic,
setelah post operasi laparatomi. Data yang mana pasien 1 mendapatkan
pemeriksaan penunjang yang didapatkan paracetamol oral sedangkan pasien 2
pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan mendapatkan paracetamol injeksi, hal ini
teori (Judha & Syafitri, 2018)yang tidak menyebabkan perbedaan ataupun
mengatakan bahwa pemeriksaan efek samping yang bermakna, karena
penunjang yang harus dilakukan adalah belum ada bukti klinis yang menunjukkan
radiologi seperti USG untuk mengetahui bahwa paracetamol intravena dapat
indikasi dilakukannya laparatomi, dengan memberikan manfaat lebih dibandingkan
USG dapat dilihat dinding kandung empedu dengan pemberian secara oral.
yang menebal karena fibrosis atau udem
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
Parasetamol oral dan parasetamol
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
injeksi memiliki efektivitas yang sama infeksi, sindrom coroner akut, dan
dalam mengatasi nyeri pasca operasi glaukoma. Teknik pembedahan
dengan intensitas nyeri ringan sampai mengakibatkan rasa nyeri (Setyawati et al.,
sedang, tidak ada perbedaan bermakna 2018). Nyeri yang paling lazim adalah nyeri
kejadian mual dan alergi pada pemberian insisi. Nyeri terjadi akibat luka, penarikan,
parasetamol oral atau parasetamol injeksi manipulasi jaringan serta organ. Nyeri
Ismail (2013). Ismail (2013) juga pasca operasi hebat dirasakan pada
menyebutkan bahwa antibiotic jenis pembedahan intratoraksi, intra-abdomen,
ampicillin sulbactam dan ciprofloxacin dan pembedahan orthopedik mayor. Nyeri
memiliki manfaat yang sama yaitu untuk juga dapat terjadi akibat stimulasi ujung
mengatasi infeksi bakteri seperti infeksi saraf saraf oleh zat-zat kimia yang
infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran dikeluarkan saat pembedahan atau iskemia
pernafasan, infeksi saluran kemih, dan jaringan karena terganggunya suplai darah.
infeksi menular seksual. Suplai darah terganggu karena ada
penekanan, spasme otot, atau edema.
Analisis Diagnosa Keperawatan
Trauma pada serabut kulit mengakibatkan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien nyeri yang tajam dan terlokalisasi
1 dan pasien 2, maka penulis merumuskan (Baradero, 2010).
masalah keperawatan pada pasien 1 dan
Diagnosa keperawatan yang kedua resiko
pasien 2 yaitu nyeri akut berhubungan
infeksi sejalan dengan teori SDKI (2017)
dengan agen pencedera fisik (prosedur
yang mengatakan resiko infeksi adalah
operasi), resiko infeksi berhubungan
beresikonya seseorang mengalami
dengan trauma jaringan (luka post op), dan
peningkatan terserang organisme
gangguan mobilitas fisik berhubungan
patogenik. Faktor resiko yang
dengan nyeri. Berdasarkan diagnosa
menyebabkan terjadinya resiko infeksi
keperawatan pasien 1 dan pasien 2 sejalan
diantaranya adalah penyakit kronis (missal
dengan teori Standar Diagnosis
DM), efek prosedur invasive, kerusakan
Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) yang
integritas kulit, penurunan hemoglobin dan
menyatakan bahwa nyeri akut adalah
supresi respon inflamasi, sedangkan
pengalaman sensorik atau emosional yang
kondisi klinis yang terkait diantaranya
berkaitan dengan kerusakan jaringan
adalah AIDS, luka bakar, Diabetes mellitus,
aktual atau fungsional, dengan onset
tindakan invasive, gangguan fungsi hati,
mendadak atau lambat dan berintensitas
kanker, dan imunosupresi. Menurut Perry
ringan hingga berat yang berlangsung
& Potter (2010) pada pasien dengan
kurang dari 3 bulan. Penyebab nyeri akut
diabetes mellitus terjadi hambatan
ini adalah agen pencedera fisiologis
terhadap sekresi insulin akan
(inflamasi, iskemia, neoplasma), agen
mengakibatkan peningkatan gula darah,
pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.
iritan), agen pencedera fisik (abses,
Akibat hal tersebut juga akan terjadi
amputasi, prosedur operasi, trauma), yang
penurunan protein-kalori tubuh yang
mana ditandai dengan gejala tanda mayor
berakibat rentan terhadap infeksi.
diantaranya adalah mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, Diagnosa keperawatan yang ketiga
gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit gangguan mobilitas fisik sejalan dengan
tidur, serta gejala tanda mayor diantaranya teori SDKI (2017) yang mengatakan
tekanan darah meningkat, pola nafas gangguan mobilitas fisik adalah
berubah, nafsu makan berubah, menarik keterbatasan dalam gerak fisik dari satu
diri dan berfokus pada diri sendiri. Kondisi atau lebih ekstremitas secara mandiri,
klinis yang terkait penyebab nyeri akut penyebabnya adalah ketidakbugaran fisik,
diantaranya adalah kondisi pembedahan, penurunan kendali otot, penurunan
cedera traumatis, kekuatan otot, nyeri, kecemasan dan
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
tidak ada penurunan. Hal ini sesuai dengan diatasi secara adekuat mempunyai efek
harapan hasil akhir (outcome) yang telah
direncanakan. Hasil akhir antara pasien 1
dan pasien 2 dengan masalah nyeri akut
post laparatomi memiliki skala yang
berbeda, karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda.
Toleransi terhadap nyeri juga akan
berbeda antara satu orang dengan orang
lainnya, orang yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan
mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri yang kecil. Klien
dengan tingkat toleransi tinggi terhadap
nyeri mampu menahan nyeri tanpa
bantuan, sebaliknya orang yang toleransi
terhadap nyerinya rendah sudah mencari
upaya pencegahan nyeri sebelum nyeri
dating. Keberadaan enkefalin dan
endorphin membantu menjelaskan
bagaimana orang yang berbeda merasakan
tingkat nyeri yang beda dari stimulus yang
sama. Kadar endorphin berbeda tiap
individu, individu dengan endorphin tinggi
sedikit merasakan nyeri dan individu
dengan sedikit endorphin merasakan nyeri
lebih besar (Andarmoyo, 2013).
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
yang membahayakan di
luar ketidaknyamanan yang di
sebabkannya. Nyeri akut yang tidak
kunjung mereda dapat memengaruhi
system kardiovaskuler, gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik (Smeltzer,
2012). Terapi farmakologi seperti jenis
analgesik Nsaid mampu membantu
menurunkan skala nyeri seseorang
(Andarmoyo,2013), dan sejalan dengan
teori Clarke (2010) yang menyatakan
bahwa terapi non farmakologi seperti
aromaterapi lemon dapat digunakan
untuk menenangkan suasana. Aromanya
yang aromatic, aroma citrus dapat
meningkatkan rasa percaya diri, merasa
lebih santai, dapat menenangkan syaraf,
tetapi tetap membuat kita sadar. Minyak
lemon untuk tubuh bermanfaat untuk
mengatasi masalah pencernaan, untuk
meredakan sakit dan nyeri pada
persendian dan diterapkan untuk kondisi
rematik dan asam urat untuk meredakan
sakit kepala, dengan kandungan limonea
yang banyak dibandingkan dengan
senyawa lainnya, membuat minyak
lemon dapat berfungsi sebagai
aromaterapi. Penelitian (Rahmayati et al.,
2018)menyatakan terdapat perbedaan
intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lemon p-value
0.000.
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23- 3
Bloom, A., & Katz, J. (n.d.). Cholecystitis: Diunduh Yuwono. (2013). Pengaruh Beberapa Faktor Risiko
tanggal 24 Agustus 2019 Dari [online] Terhadap Kejadian Surgical Site Infection ( SSI
http://emedicine.medscape.com/article/1718 ) Pada Pasien Laparotomi Emergensi. Jmj,
86-overview. 1(1), 16–26.
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi