Anda di halaman 1dari 13

REVIEW ARTIKEL

Nama : Eka Fristiya Fitriani


NIM :200105510003
Kelas : ICP of Chemistry Education

Artikel 1

Judul Pengaruh Permainan Teka -Teki Silang dalam Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas
X SMAN 1 Larompong (Studi pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi).

Nama Jurnal ChemEdu (Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia)


Volume & Halaman 2(1) & 86-94
Tahun 2021
Penulis Nurlaili Dwi Ulfah, Jusniar, dan Suriati Eka Putri

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh permainan teka -teki silang dalam model
pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap minat dan hasil belajar
siswa kelas x sman 1 larompong (studi pada materi reaksi reduksi
oksidasi).
Pendahuluan Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah belum maksimalnya hasil
belajar kimia di SMAN 1 Larompong yang diperoleh berdasarkan hasil
observasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya
minat belajar kimia siswa yang kurang serta minimnya tetertarikan siswa
untuk menyatakan pendapat terhadap materi kimia yang didasarkan pada
hasil wawancara dengan siswa. Untuk mengatasi permasalahn ini,
peneliti menggunakan teka-teki silang (TTS) sebagai media
pembelajaran karena dapat melatih penguasaan konsep dan keterampilan
kognitif serta social peserta didik. Pembelajaran yang sesuai dengan TTS
yaitu model kooperatif tipe STAD yang merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran berkelompok dimana guru sebagai sumber sebagian besar
informasi yang diterima siswa juga sebagai organisator selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun materi yang sesuai, yaitu materi
yang kaya konsep pada kelas X ialah materi Reaksi Reduksi Oksidasi
yang merupakan materi kedua di semester genap. Materi ini memiliki
banyak konsep dengan banyak kata singkat yang dapat menjadi kunci
untuk melengkapi dan menghubungkan informasi satu dengan informasi
lain dalam konsep tersebut.
Populasi & Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X (sepuluh) SMAN 1
Larompong tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 228 siswa yang
tersebar dalam 8 kelas. Sampel yaitu kelas X3 sebanyak 30 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas X4 sebanyak 29 siswa sebagai kelas kontrol.

Metode penelitian Metode penelitian kuantitatif dimana dalam penelitian ini digunakan
eksperimen semu (quasi experimental) berbentuk Pretest-Posttest
Control Grup Design dengan menggunakan 2 kelas yaitu kelas control
dan kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari
instrumen minat belajar, hasil belajar, dan lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Adapun analisisdatanya yaitu analiisis
statistic deskriptif untuk minat belajar dah hasil belajar dan analisis
statistic inferensial untuk menguji hipotesisi. Penelitian ini dilaksanakan
di SMAN 1 Larompong pada 28 Januar - 25 Februari
2016.
Hasil dan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh
pembahasan permainan teka -teki silang dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas x sman 1 larompong
(studi pada materi reaksi reduksi oksidasi). HaL tersebut dapat dilihat
dari hasil analisis data dimana pada kelas eksperimen yang diberikan
treatment berupa permainan teka teki dengan model STAD
menunjukkan indikator perhatian adalah 91,42%, indikator percaya diri
ialah 91,67%, dan indikator kepuasan yaitu 92,33%. Berbeda jauh
dengan kelas control menunjukkan persentase indikator perhatian yaitu
82,72%, indikator percaya diri ialah 84,14%, dan indikator kepuasan
adalah 87,01%. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen,
siswa merasa lebih tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran
dibandingkan siswa di kelas kontrol. Adanya pengaruh positif ini
disebabkan karena permainan TTS dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berkesan bagi siswa dan meningkatkan minat
siswa untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran sehingga siswa
mampu memahami konsep dan materi yang diberikan. Dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatiftipe STAD tanpa permainan TTS
yang diterapkan di kelas control. Karena minat siswa meningkat maka
hasil belajar yang diperoleh pun lebih tinggi karena siswa menjadi
lebih tertarik untuk mengerjakan
soal-soal kimia.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarikkesimpulan,
bahwa ada pengaruh positif penggunaan TTS dalam model
pembelajaraan kooperatif tipe STAD terhadap minat dan hasil belajar
kimia siswa kelas X SMAN 1 Larompong.
Kekuatan Data dan presentase hasil penelitian pengaruh permainan teka -teki
Penelitian silang dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap minat
dan hasil belajar siswa kelas x SMAN 1 larompong (studi pada materi
reaksi reduksi oksidasi) disajikan dengan lengkap dan akurat sehingga
pembaca dapat mudah memahami artikel dan memudahkan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini juga menarik karena tidak hanya
meneliti terkait hasil belajar peserta didik tetapi juga minat dari
peserta didik itu sendiri. Karena biasanya penelitian yang ada hanya
terfokus pada hasil belajar peserta didik saja.
Kelemahan Dalam artikel tersebut, peneliti tidak menjelaskan lebih mendalam
Penelitian terkait permasalahan yang dihadapi peserta didik sehingga dilakukan
penelitian tersebut. Selain itu, peneliti belum mencantumkan lebih
banyak literature terkait penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan untuk mempelkuat hasil
yang diperoleh.
Solusi: Sebaiknya peneliti memaparkan dengan lebih jelas terkait
permasalahan yang dihadapi peserta didk sehingga perlu dilakukan
penelitian ini. Kemudian, penelii juga sebaiknya menjelaskan mengapa
dalam penelitian ini digunakan materi redoks untuk melihat pengaruh
minat dan hasil belajar peserta didk selain karena redoks merupakan
materi yang memiliki banyak konsep. Penelitian- penelitian sebelumnya
yang relevan dari penelitian ini juga sebaiknya dicantumkan agar dapat
digunakan sebagai tolak ukur peneliti untuk menulis dan menganalisis
suatu penelitian serta untuk memperkuat
hasil penelitian yang diperoleh.

Artikel 2

Judul Pengaruh Pengaruh Pemberian Kuis di Awal Pembelajaran pada


Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMK Negeri 2 Parepare ( Studi pada Materi Pokok Ikatan Kimia).

Nama Jurnal Chemical


Volume & Halaman 18(1) & 26-34
Tahun 2017
Penulis Sumiati Side, Taty Sulastry, dan Rafsanjani Supardi

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui mengetahui pengaruh pemberian kuis di awal


pertemuan pada model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa
kelas X SMK Negeri 2 Parepare.
Pendahuluan Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada
mata pelajaran kimia sangat kurang dibandingkan dengan mata pelajaran
lain, Salah satu fakta yang ditemukan bahwa hasil belajar kimia siswa
memprihatinkan yaitu pada proses pembelajaran mata pelajaran kimia,
guru masih mendominasi proses pembelajaran (teacher centered), metode
yang digunakan guru belum bervariasi sehingga pembelajaran masih
bersifat satu arah, hal ini menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa
dan hasil belajar siswa belum maksimal. Untuk itu peneliti melakukan
penelitian untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu perlakuan
yang tepat adalah pemberian kuis di awal pembelajaran dengan alas an
bahwa ketika siswa mengetahui akan diberikan kuis, maka siswa akan
termotivasi untuk belajar pada pelajaran matematika. Kemudian
diperlukan pembelajaran multi arah yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan
diingat oleh siswa. Solusi yang dihadirkan yaitu kuis diawal
pem,belajaran dan penerapan model inkuiri. Model pembelajaran inkuiri
adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, logis, analitis sehingga
siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan sikap penuh percaya diri.
Populasi & Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas X SMK Negeri 2
Parepare yang terdiri dari 18 kelas dengan jumlah 537 peserta didik.
Sampel dipilih 2 kelas secara acak, yaitu kelas X TKR C dengan jumlah
32 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas X TLAS B dengan
jumlah 33 peserta didik sebagai kelas kontrol.
Metode penelitian Metode penelitian kuantitatif dimana dalam penelitian ini Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian penelitian eksperimen semu. Desain
dalam penelitian ini adalah posttest only control group design.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
berupa tes objektif yang terdiri 30 item soal pilihan ganda terpilih yang
telah divalidasi oleh tim ahli. Teknik analisis data dilakukan dengan
analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan pencapaian
pemahaman peserta didik terhadap hasil belajar secara proses dan analsis
statistik inferensial untuk menganalisis data sampel. Namun sebelumnya
dilakukan uji prasyarat yaitu uji nomalitas dan homogenitas. Penelitian
ini berlokasi di SMK Negeri 2 Parepare dilakukan pada semester ganjil
tahun ajaran 2014/2015
selama 4 kali pertemuan.
Hasil dan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu berdasarkan analisis
pembahasan deskriptif dengan perhitungan secara manual menunjukkan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang diajar dengan pemberian
kuis diawal pembelajaran lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
diajar tanpa pemberian kuis diawal pembelajaran. Nilai rata-rata posttest
untuk hasil belajar kelas eksperimen sebesar 78,50 sedangkan untuk kelas
kontrol 72,16. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian kuis
diawal pembelajaran pada model inkuiri terhadap hasil elajar peserta
didik. Hal tersebut juga dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan untuk hasil belajar pada kelas eksperimen lebih banyak
yakni 20 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 62,50%. Sedangkan
kelas kontrol hanya 16 orang dengan persentase sebesar 48,48%.
Pemberian kuis diawal pembelajaran merupakan pemberian tes singkat di
awal pembelajaran dengan menggunakan soal yang sederhana. Pemberian
kuis ini akan memberikan dampak kepada siswa seperti membuat siswa
lebih teratur dalam belajar, lebih rajin serta tekun. Pada saat proses
pembelajaran siswa akan aktif dalam bertanya mengenai materi yang
dibahas. Hal ini dikarenakan siswa akan mengetahui akan diadakan kuis
untuk pertemuan selanjutnya. Model pembelajaran inkuiri mampu
mengaktifkan siswa dalam belajar karena siswa berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dan
pemberian kuis menjadi suatu inovasi dalamrangka mengoptimalkan hasil
belajar yang focus pada pemahaman konsep dan penemuan. Strategi
inkuiri sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai
konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu
tertentu, dalam hal ini materi ikatan
kimia.
Kelemahan Dalam artikel tersebut, peneliti tidak menjelaskan mengapa penelitian
Penelitian dilakukan pada materi ikatan kimia, terkait permasalahan yang diperoleh
peserta didik pada materi tersebut sehingga penelitian ini perlu
dilakukan. Selain itu, peneliti belum mencantumkan lebih banyak
literature terkait penelitian-penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan untuk memperkuat hasil yang
diperoleh.
Solusi: Sebaiknya peneliti memaparkan dengan lebih jelas terkait
permasalahan yang dihadapi peserta didk sehingga perlu dilakukan
penelitian ini. Kemudian, peneliti juga sebaiknya menjelaskan mengapa
dalam penelitian ini digunakan materi ikatan kimia untuk melihat
pengaruh pemberian kuis di awal pertemuan pada model pembelajaran
inkuiri terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Pare-Pare.
Dan terakhir peneliti juga sebaiknya mencantumkan penelitian-
penelitian yang sbelumnya sebelumnya yang relevan dari penelitian ini
juga sebaiknya dicantumkan agar dapat digunakan sebagai tolak ukur
peneliti untuk menulis dan menganalisis suatu penelitian serta untuk
memperkuat hasil penelitian
yang diperoleh.

Artikel 3

Judul The identification and analysis of students’ misconception in chemical


equilibrium using computerized two-tier multiple-choice instrument.

Identifikasi dan analisis miskonsepsi siswa dalam kesetimbangankimia


menggunakan instrumen pilihan ganda dua tingkat terkomputerisasi.

Nama Jurnal Journal of Physics


DOI 10.1088/1742-6596/1157/4/042015
Volume & Halaman 1-7
Tahun 2019
Penulis S Yamtinah, N Y Indriyanti, S Saputro, S Mulyani, M Ulfa, L
Mahardiani, T Satriana, dan A S Shidi

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang kesetimbangan kimia


menggunakan instrumen Computerized Two-Tier-Multiple-Choice
(CTTMC).
Pendahuluan Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah miskonsepsi peserta
didik pada materi kesetimbangan kimia. Miskonsepsi dapat diartikan
sebagai kesalahpahaman terhadap fenomena yang terjadi di dunia nyata
yang tidak sesuai dengan penjelasan ilmiah tentang fenomena tersebut
Kesalahpahaman ini biasanya berdampak negatif pada pembelajaran
Kimia di kemudian hari karena mengarah pada konsep yang salah yang
menghambat perolehan lebih lanjut dari konsep yang diterima secara
ilmiah dan dengan demikian berdampak negatif pada proses
pembelajaran. Konsep kesetimbangan kimia sendiri sangat penting
untuk dipahami siswa. Konsep ini menjadi pengetahuan prasyarat untuk
banyak topik Kimia seperti asam dan basa, hidrolisis, buffer dan
kelarutan. Konsep kesetimbangan kimia adalah konsep sentral dan
kompleks dalam Kimia. Ini dianggap sebagai salah satu topik tersulit
dalam pendidikan Kimia. Ciri-ciri materi kesetimbangan kimia yang
memiliki konsep abstrak sulit untuk dipahami. Hal Ini mendorong siswa
terhadap miskonsepsi dalam memahami materi tersebut.
Untuk itu, dilakukan penelitian untuk menganalisis miskonsepsi
siswa pada materi kesetimbangan menggunakan instrumen
Computerized Two-Tier-Multiple-Choice (CTTMC). Two-Tier Multiple
Choice (CTTMC) adalah bentuk soal yang lebih berkualitas dari soal
pilihan ganda. Tingkat pertama menyerupai pilihan ganda tradisional,
yang biasanya terkait dengan keadaan pengetahuan. Tingkat kedua
menyerupai format masalah pilihan ganda tradisional
tetapi bertujuan untuk mendorong kemampuan berpikir dan menalar
yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan penelitian ini memberikan
kontribusi yang berharga, tidak hanya mendeteksi miskonsepsi, tetapi
juga untuk membantu guru mendeteksi pemahaman konseptual siswa
SMA terkait dengan kesetimbangan kimia.
Populasi & Sampel Populasi pada penelitian ini adalah siswa dari 3 sekolah yang berbeda.
Kemudian sampelnya sebanyak 158 siswa.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian dilakukan pada tiga sekolah berbeda dengankategori tinggi,
sedang dan rendah. Teknik pengumpulan data miskonsepsi
menggunakan tes. Instrumen yang digunakan dalam pengujian ini adalah
instrumen Computerized Two-Tier-Multiple- Choice (CTTMC) yang
dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran kesetimbangan
kimia. Instrumen ini terdiri dari tingkat pertama digunakan untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang materi kesetimbangan kimia,
sedangkan tingkat kedua digunakan untuk mengenali konsepsi siswa.
Respon siswa dari Instrumen dianalisis secara otomatis dan
diklasifikasikan menurut tiga kategori yaitu paham, tidak paham, dan
miskonsepsi.
Hasil dan Berdasarkan data dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pemahaman
pembahasan konsep kesetimbangan kimia berbeda-beda pada setiap sekolah.
Persentase pemahaman tertinggi berada di sekolah berkategori tinggi.
Miskonsepsi tertinggi terjadi pada sekolah berkategori rendah.
Perbedaan miskonsepsi antara ketiga sekolah tersebut tidak terlalu
signifikan yaitu pada sekolah berkategori tinggi sebesar 53,8%, sedang
sebesar 43,2 %, dan rendah 20.1%. Analisis miskonsepsi siswa
dilakukan dengan melihat pola jawaban siswa pada instrument tes yang
digunakan dimana distribusi pada tingkat pertama dan kedua. Pola
jawaban pada tingkat kedua yang merupakan alasan dari jawaban siswa
dapat dijadikan dasar untuk menentukan alternatif konsepsi siswa. Data
konsepsi alternatif siswa disajikan menunjukkanbahwa indikator yang
menafsirkan hasil eksperimen pada konsentrasi reaktan dan produk
reaksi dalam kesetimbangan dan menyimpulkan bahwa konstanta
kesetimbangan adalah yang paling menyebabkan
miskonsepsi/kesalahpahaman. Indikator memprediksi arah pergeseran
kesetimbangan dengan menggunakan prinsip Le Chatelier dan
menjelaskan prinsip-prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pencapaian tertinggi dalam tingkat pemahaman.
Kesalahpahaman ini disebabkan oleh penekanan yang berlebihan dari
perubahan-kemudian meminimalkan logika prinsip Le Châtelier dalam
kurikulum dan buku pelajaran Kimia sekolah.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa
siswa cukup memahami kesetimbangan kimia, tetapi masih memiliki
miskonsepsi terutama untuk menjelaskan kesetimbangan dinamis dan
pergeseran kesetimbangan CTTMC berguna untuk mendeteksi
miskonsepsi siswa. Dengan CTTMC, siswa bisa
mendapatkan umpan balik instan setelah ujian berakhir.
KekuatanPenelitian Penelitian ini memiliki banyak manfaat dan berkontribusi terkait analisis
miskonsepsi yang dialami peserta didik. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan
dilakukan kedepannya dan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengatasi miskonsepsi dengan cara yang tepat.

KelemahanPenelitian Dalam artikel tersebut, peneliti belum memaparkan lebih jelas


mengapa penelitian dilakukan dengan menggunakan instrument
Computerized Two-Tier-Multiple-Choice (CTTMC).
Solusi : Sebaiknya,peneliti memaparkan keunggulan dari instrument
Computerized Two-Tier-Multiple-Choice (CTTMC) dibandingkan
dengan instrument lain yang dapat digunakan ujntuk menganalisis
miskonsepsi siswa.
Artikel 4

Judul Pengaruh Permainan Teka-Teki Silang dalam Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa
Kelas X
SMAN 1 Larompong (Studi pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi)

Nama Penulis Nurlaili Dwi Ulfah, Jusniar, Suriati Eka Putri


Nama Jurnal Jurnal ChemEdu
Volume, No., dan Vol.2, No.1, Hal. 86-94
Halaman
Tahun 2021

Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menguraikan tujuan


Masalah pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Merujuk pada tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
salah satu indikator proses pembelajaran di sekolah dapat ditinjau
dari tingginya hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud mencakup
segala aspek siswa, mulai dari kognitif, afektif, psikomotorik, hingga
psikologis siswa terhadap proses belajar yang dialaminya.
Kondisi yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional ternyata
belum tercapai maksimal di SMAN 1 Larompong, terutama di mata
pelajaran kimia. Observasi yang dilakukan peneliti pada siswa
SMAN 1 Larompong menunjukkan hasil belajar kimia tidak
maksimal pada setiap stratakelas. Terutama pada delapan kelas dasar
di kelas X yang memang belum berfokus pada penjurusan.
Rendahnya hasil belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya yaitu minat belajar kimia siswa yang kurang. Siswa
cenderung kurangperhatian dalam proses pembelajaran kimia, serta
minimnya ketertarikan siswa untuk menyatakan
pendapat terhadap materi kimia. Teka-teki silang (TTS) merupakan
salah satu permainan yang dapat digunakan untuk melatihkan
penguasaan konsep dan keterampilan kognitif serta keterampilan
sosial. Dengan pengarahan dalam proses pembelajaran, maka siswa
dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan
menyelesaikan TTS. TTS dapat dimainkan secara perseorangan,
namun dapat pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang
dilakukan oleh siswa secara berkelompok akan meningkatkan
kemampuan interaksi sosial siswa.
Pembelajaran yang sesuai dengan TTS ialah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran berkelompok dimana guru sebagai sumber sebagian
besar informasi yang diterima siswa juga sebagai organisator selama
proses pembelajaran
berlangsung.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan teka-
teki silang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap minat belajar dan hasil belajar siswa
kelas X SMAN 1 Larompong.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi


Penelitian experimental) berbentuk Pretest- Posttest Control Grup Design.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis
deskriptif.

Subjek Penelitian Kelas X3 sebanyak 30 siswa sebagai kelaseksperimen dan kelas


X4 sebanyak 29 siswa
sebagai kelas kontrol.
Objek Penelitian Pengaruh Permainan Teka-Teki Silang dalam Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa
Kelas X
SMAN 1 Larompong.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data deskriptif dengan menggunakan
perhitungan manual, terlihat bahwa skor minat belajar siswa kelas
eksperimen untuk indikator perhatian adalah 91,42%, indikator
percaya diri ialah 91,67%, dan indikator kepuasan yaitu 92,33%.
Sementara kelas kontrol, persentase
indikator perhatian yaitu 82,72%, indikator percaya diri ialah
84,14%, dan indikator kepuasan adalah 87,01% (Tabel 5). Selisih
untuk masing- masing indikator yaitu 8,70%, 7,53%, dan 5,32%,
dimana persentase minat belajar siswa pada kelas eksperimen yang
diajar dengan permainan TTSdalam model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
diajar tanpa permainan TTS. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas
eksperimen, siswa merasa lebih tertarik dan terlibat dalam proses
pembelajaran dibandingkan siswa di kelas kontrol. Analisis
inferensial untuk minat belajar siswa menunjukkan data terdistribusi
normal pada masing-masing kelas eksperimen dan kelaskontrol, juga
dinyatakan berasal dari populasi yang homogen. Sedangkan, pada
pengujian hipotesis memberikan hasil bahwa ada pengaruh positif
dari penggunaan permainan TTS dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap minat belajar siswa. Hal ini
dibuktikan dengan analisis deskriptif yang telah diuraikan
sebelumnya.
Kelebihan - Pada metode penelitian, peneliti tidak hanya menggunakan
teknik analisis deskriptif, akan tetapi juga menggunakan
analisis inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian menggunakan uji-t.
- Pada hasil penelitian, dipaparkan dengan jelas mulai dari
deskripsi minat belajar, hasil belajar, presentase kelompok
setiap indikator, hingga kategori ketuntasan hasil belajar yang
disajikan dalam tabel.
- Instrumen yang digunakan pada penelitian terdiri dari
instrumen minat belajar dan instrumen hasil belajar.
Instrumen minat belajar yang digunakan ialah instrumen
non-tes berupa angket tertutup dengan 28 pernyataan yang
valid oleh ahli. Instrumen hasil belajar yang digunakan adalah
objektif tes dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal
yang dinyatakan valid oleh ahli dan telah melalui
validasi item.
Kekurangan - Tidak dijelaskan secara rinci alasan mengapa
memilih subjek hanya 2 kelas saja.

Artikel 5

Judul Pengembangan Model Pembelajaran InquiriDinterferensi


Pendekatan Scientific untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir IlmiahSiswa SMA.

Nama Penulis Jusniar, dan Sumiati Side


Nama Jurnal Jurnal Chemica
Volume, No., dan Vol.16, No.1, Hal. 13-26
Halaman
Tahun 2015
Latar Belakang Rendahnya keterampilan berpikir siswa di Indonesia menurut
Masalah Mustaji (2013) yakni dalam hal berpikir analisis sintesis dan evaluasi
kreasi disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru
kurang melibatkan keterampilan berpikir siswa. Akibatnya
kemampuan siswa hanya terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami dan menggunakan yang masih merupakan kategori
berpikir tingkat rendah.
Pada kalangan siswa SMA, mata pelajaran kimia bukanlah pelajaran
yang terlalu diminati bahkan terkesan kurang menarik bagi sebagian
besar siswa. Masalah tersebut diduga terjadi karena beberapa hal: 1)
model pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran kimia
masih didominasi dengan pembelajaran satu arah (model Direct
Instruction); 2) kurang melibatkan siswa dalam penemuan konsep
melalui prosesproses inquiry (teori pemrosesan informasi Gagne); 3)
siswa belum terbiasa menerapkan atau menggunakan langkah-
langkah berpikir ilmiah dalam proses pembelajaran yakni dengan
proses 5M (mengobservasi, menanya, menalar, mencoba dan
mengkomunikasikan); 4) alasan waktu yang terbatas menjadi salah
satu faktor kurangnya pembiasaan siswa untuk bertanya.
Dalam mengatasi hal tersebut, maka pembelajaran
kimia perlu untuk melibatkan siswa secara langsung melalui model
scientific–inquiry. Model scientific–inquiry yang telah diuji tentunya
memberikan respon positif baik siswa maupun bagi guru. Hal inilah
yang mendasari Tim Peneliti untuk lebih memperdalam dengan
mengembangkan model paduan antara pendekatan scientific dan
model inquiry dengan menghasilkan model Scientific-Inquiry beserta
perangkat pembelajarannya khusus pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit untuk upaya meningkatkan keterampilan berpikir
ilmiah siswa
SMA.

Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
menghasilkan buku model pembelajaran Scientific–Inquiry serta
perangkat pendukungnya berupa RPP, LKS dan perangkat penilaian
yang valid, praktis dan efektif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir ilmiah siswa.

Metode Metode pengembangan yang digunakan adalahPlomp (1997) yang


Penelitian terdiri dari empat tahapanyaitu pengkajian awal, tahap
perencanaan, tahaprealisasi atau konstruksi, dan tahap
implementasibelum dilakukan untuk penelitian tahun I.
Pengumpulan Data akan dilakukan denganmenggunakan
berbagai instrumen pengumpulandata yaitu format wawancara
dengan guru dansiswa (analisis awal), format validasi ahli, angket,
lembar observasi aktivitas siswa, tes hasil belajar (tes keterampilan
ilmiah produk) dan lembarpengamatan keterlaksanaan perangkat.
Data yang terkumpul dari hasil wawancara dan observasi awal
dianalisis secara deskriptif kualitatif melalui analisis evaluasi dan
teknik persentase.

Subjek Penelitian Siswa dan guru Kimia SMAN 1 Bajeng.


Objek Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Inquiri Dinterferensi
Pendekatan Scientific untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Ilmiah
Siswa SMA.
Hasil Penelitian Hasil uji kevalidan dari tiga orang ahli untuk buku model dan
perangkatnya diperoleh masing-masing(buku model = 3,23; RPP =
3,29; LKS = 3,19 dan perangkat assesment = 3,10) total rata-rata 3,20
dengan koefisien indeks judment of expert sama
dengan satu kategori valid. Uji kepraktisan model
dan perangkat Scientific – Inquiry melalui angket persepsi diperoleh rata-
rata 89,47% siswa (dari 32 siswa) yang merespon positif terhadap
penerapan model dan perangkatnya dan dari tiga guru kimia di SMAN 1
Bajeng rata-rata 90,05% memberikan respon positif terhadap model dan
perangkatnya. Uji keefektifan terlihat dari hasil tes menunjukkan
ketuntasan kelas sebesar 81,25% (26 siswa tuntas). Keterlaksanaan
pembelajaran dapat dilihat dari observasi aktivitas siswa terkait dengan
merumuskan masalah, mengobservasi, bertanya, memberikan argimen,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data,
berdiskusi, kerjasama kelompok dan menyimpulkan rata-rata 75,83%.
Berdasarkan dua indikator ini menunjukkan bahwa model dan perangkat
ini efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan
keterampilan berpikir ilmiah.

Kelebihan - Pada hasil penelitian, dipaparkan dengan jelas mulai dari tahap
pengkajian awal, tahap perencanaan, hingga tahap pengembangan
yang dijelaskan secara rinci yang disajikan dalam bentuk tabel.
- Terdapat penjelasan serta kesimpulan mengenai tabel yang disajikan.
- Jurnal ini telah mengembangkan model paduan antara pendekatan
scientific dan model inquiry yang menghasilkan model Scientific-
Inquiry.

Kekurangan - Tidak dijelaskan secara rinci mengenai


populasi dan sampel penelitian

Anda mungkin juga menyukai