Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Penganggaran Dalam Sektor Publik”

KELOMPOK IV

Di susun oleh:

Vivi Wedyawang Djunaedy 200901602042

Yusmidar M.Liong 200901602043

Alfrianti Reski 200901602044

AKUNTANSI TERAPAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah
ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti.
Tidak lupa kami dari kelompok 4 yang beranggotakan 3 orang, yakni:
1. Vivi Wedyawang Djunaedy (200901602042)
2. Yusmidar M.Liong (200901602043)
3. Afrianti Reski (200901602044)

Makalah berjudul “PENGANGGARAN DALAM SEKTOR PUBLIK” ini disusun


untuk memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. yang
disusun dari data-data yang diperoleh dari berbagai sumber di media maupun di
buku.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Makassar, 21 Februari 2023

Penulis
PENDAHULUAN

Semua organisasi baik swasta maupun sektor publik didirikan untuk


mencapai satu atau lebih dari tujuan yang ada. Pemerintah memiliki banyak fungsi
dan tujuan yang harus dicapai seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan lain
sebagainya. Sektor swasta dan sektor publik sama-sama memiliki keterbatasan
sumber daya untuk mencapai tujuannya. Indikator kinerja yang menjadi
pertanggungjawaban manajemen di sektor swasta adalah keuntungan, sementara di
sektor publik adalah tujuan dari pemberian dan penggunaan dana yang diberikan
oleh publik.

Adanya keterbatasan sumber daya tersebut, tidak mungkin untuk


menyatakan hanya tujuan akhir tanpa membuat rencana untuk mencapai tujuan
akhir tersebut. Keputusan harus dibuat terkait keputusan atas perencanaan dan
keputusan atas pengendalian. Agar perencanaan dan pengendalian dapat dilakukan
dengan baik maka perlu ada informasi yang mendukung perencanaan dan
pengendalian tersebut. proses akuntansi manajemen merupakan proses yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi tersebut.

The Chartered Institute of Management Accountant menjelaskan bahwa


akuntansi manajemen menjelaskan tentang partisipasi dalam proses perencanaan
pada tingkatan strategis dan operasional, pembuatan dari panduan untuk keputusan
manajemen, dan memberikan kontribusi kepada pengawasan dan pengendalian
kinerja, melalui pembuatan laporan atas kinerja organisasi. Proses akuntansi
manajemen merupakan integrasi yang tidak terpisahkan antara perencanaan dan
pengendalian.

Setelah tujuan dan sasaran yang bersifat fundamental telah diidentifikasi,


proses manajemen strategis dapat dipergunakan kemudian untuk menentukan
strategi dan tindakan yang diperlukan dalam implementasinya. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya tahapan perencanaan operasional. Tujuannya adalah untuk
menurunkan tujuan dan sasaran dasar dalam beberapa target untuk dicapai. Rencana
operasional biasanya meliputi periode waktu untuk jangka pendek atau jangka
menengah dan dapat dinyatakan baik secara finansial maupun non finansial.
Penggunaan indikator kinerja dan target yang bersifat non finansial menjadi
semakin penting dalam perencanaan operasional. Setelah aktivitas jangka pendek
yang perlu dilakukan telah teridentifikasi, mereka lalu dinyatakan secara finansial.
Tahap ini disebut dengan tahap penganggaran.

Makalah berjudul “Penganggaran Sektor Publik” kami ajukan dengan


tujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang anggaran sektor publik bagi
pembaca serta kami sendiri sebagai mahasiswa. Adapun yang akan kami bahas
dalam makalah ini meliputi : konsep anggaran, peran penting dan pengertian
anggaran, fungsi anggaran sektor publik, jenis-jenis anggaran sektor publik,
prinsip-prinsip anggaran sektor publik, proses penyusunan anggaran, dan prinsip-
prinsip pokok siklus anggaran. Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi
salah satu referensi dan sumber pembelajaran yang efektif bagi pembaca sekalian.

Konsep Anggaran Sektor Publik

Proses penyusunan anggaran seringkali menjadi isu penting yang menjadi


sorotan masyarakat. Contohnya saja Pidato Presiden setiap bulan Agustus
mengenai Nota Keuangan dan Rancangan APBN. Peristiwa ini selalu menjadi
indikator perekonomian negara selama satu tahun ke depan. Dan seringkali APBN
menjadi alat politik.

Menurut Governmental Accounting Standarts Board (GASB),


anggaran/budget merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi
pengeluaran dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam
periode waktu tertentu. Dalam sektor publik, anggaran menjadi rahasia publik yang
wajib untuk dikritik dan didiskusikan. Anggaran sebagai bentuk pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program pemerintah.

Lebih lanjut, penganggaran sektor publik sendiri mempelajari tentang


proses penentuan jumlah alokasi dana untuk setiap program yang direncanakan
dalam satuan moneter. Tahap ini menjadi sangat penting, karena ketidakefektifan
pada kinerja dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Dalam
anggaran sektor publik, aspek perencanaan, pengendalian, dan akuntanbilitas
publik akan menjadi efektif jika diawasi lembaga pengawas khusus yang
mengontrol aspek-aspek tersebut.

Pengertian dan Pentingnya Anggaran Sektor Publik


Dalam arti sempit anggaran sektor publik memiliki pengertian sebagai
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi. Sedangkan
dalam arti luas, anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Anggaran menjelaskan tentang estimasi mengenai hal-hal yang
akan dilakukan organisasi pada periode yang akan datang. Singkatnya,anggaran
menceritakan secara finansial terkait biaya atas rencana-rencana yang dibuat
(pengeluaran) dan bagaimana cara untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).

Menurut Freeman, anggaran dijelaskan sebagai proses yang dilakukan


organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
dalam kebutuhan yang tidak terbatas. Organisasi sektor publik mungkin ingin
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tapi seringkali terkendala
oleh sumber daya yang terbatas. Hal ini mengungkapkan peran strategis anggaran
dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi politik.

Semua aspek kehidupan masyarakat tidak termasuk dalam anggaran sektor


publik. Anggaran sektor publik hanya terkait dengan hal-hal yang membantu
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas
kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran
yang dibuat pemerintah menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Anggaran adalah alat utama kebijakan fiskal. Dan juga sebagai alat
ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial
dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Anggaran sektor publik harus menggambarkan perubahan prioritas
kebutuhan dan keinginan masyarakat, serta penerimaan dan pengeluaran
departemen-departemen pemerintah.

Anggaran sektor publik menjadi alat bagi pemerintah dalam mengarahkan


pembangunan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Adanya
masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resource), pilihan (choice), dan
trade off juga menjadi point penting dalam anggaran sektor publik. Dalam bidang
pemerintahan, anggaran menjadi bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap
rakyat. Hal ini menunjukkan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga publik yang ada.
Fungsi Anggaran Sektor Publik

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (planning tool)


Anggaran sektor publik sebagai alat perencanaan, dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dan harus dilakukan oleh pemerintah,
banyaknya biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh di akhir
periode. Anggaran ini digunakan untuk merumuskan tujuan atau sasaran
kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan, merencanakan
berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya, mengalokasikan dana pada
berbagai program kegiatan yang telah disusun, dan menentukan indikator
kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool)
Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Anggaran ada untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan)
eksekutif. Dan sebagai instrumen pengendalian, anggaran digunakan untuk
menghindari over-spending, underspending, dan salah sasaran
(misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang
bukan prioritas. Anggaran juga digunakan untuk memonitor kondisi keuangan
dan pelaksanaan operasional program pemerintah.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain: (a)
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan, (b)
menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances), (c)
menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable), serta (d) merevisi standar biaya atau target
anggaran untuk tahun berikutnya.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal (fiscal tool)
Anggaran menunjukkan arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat
dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran mendorong,
menfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam kebijakan fiskal
pemerintah, anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik (political tool)
Dalam sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai
bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
publik untuk kepentingan tertentu. Pembuatan anggaran publik membutuhkan
political skill, coalition skill, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Kegagalan
dalam mewujudkan apa yang telah direncanakan dapat menjatuhkan
kepimpinan maupun kredibilitas pemerintah.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination and
communication tool)
Anggaran yang dibuat harus dikomunikasikan ke seluruh bagian
organisasi untuk dilaksanakan. Setiap unit kerja pemerintahan harus terlibat
dalam proses penyusunan anggaran tersebut. Anggaran yang telah dibuat
dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja
dalam pencapaian tujuan organisasi.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (performance measurement tool)
Kinerja eksekutif dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran
dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Apakah eksekutif dapat mencapai target-
target yang dijanjikannya di awal jabatan? Jadi, dengan adanya anggaran,
lingkungan eksekutif dapat lebih terkendali dan kinerja eksekutif juga dapat
terukur. Hal ini merupakan komitmen dari budget holder kepada pemberi
kuasa.
7. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool)
Anggaran yang dibuat harus bersifat challenging but attainable atau
demanding but achieveable untuk memotivasi para pembuat anggaran.
Sehingga para manajer dan staf dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan
efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public sphere)
Anggaran publik harus melibatkan banyak kalangan seperti kabinet,
birokrat, DPR/DPRD, LSM, Perguruan Tinggi, masyarakat, dan berbagai
organisasi kemasyarakatan. Dengan adanya keterlibatan semua elemen
tersebut anggaran publik akan menciptakan ruang publik. Kelompok yang
terorganisir akan menuntut pencapaian target dari anggaran tersebut.
Sementara kelompok yang tidak terorganisir akan menyerahkan keseluruhan
pencapaian anggaran kepada pemerintah.
Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

1. Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)


Anggaran operasional berisi perencanaan tentang kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang termasuk
dalam anggaran operasional adalah belanja rutin. Belanja rutin (recurrent
expenditure) merupakan pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak dapat menambah aset pemerintah. Contoh anggaran
operasional adalah Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan
Pemeliharaan.
2. Anggaran Modal/Investasi (capital/investment budget)
Belanja investasi/modal manfaatnya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan menambah aset atau kekayaan pemerintah, serta menambah
anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya. Anggaran
menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap.
Meskipun demikian, pemerintah tidak mungkin untuk memenuhi permintaan
seluruh stakeholder. Pemerintah harus memiliki prioritas untuk menggunakan
finansial yang dikuasainya dengan syarat untuk kepentingan publik.
Prinsip – Prinsip Anggaran Sektor Publik

Meliputi :

1. Otorisasi oleh legislative


Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu
sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggran tersebut.
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Oleh karena itu, adanya dana non – budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip
anggaran yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary appropriation
Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisien, dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau
multitahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
yang dapat dijadikan sebagai kantong – kantong pemborosan dan inefisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan
overestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)


memberi informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program –
program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan rakyat, dan bagaimana program – program tersebut dibiayai. Proses
penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses
anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu :

a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi


antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang
dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
d. Meningkatkan transparasi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

 Tujuan dan target yang hendak dicapai.


 Ketersediaan sumber daya (faktor – faktor produksi yang dimiliki
pemerintah).
 Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
 Faktor – faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti : munculnya
peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan
politik, bencana alam, dan sebagainya.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu :

 Aspek penganggaran
 Aspek akuntansi
 Aspek pengendalian
 Aspek auditing
Prinsip – Prinsip Pokok Dalam Siklus Anggaran

Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasi tiga


pertimbangan ekonomis mengapa pemerintah perlu “terlibat” dalam “bisnis”
pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat. Ketiga pertimbangan ekonomis
tersebut adalah stabilisasi ekonomi, retribusi pendapatan, dan alokasi sumber daya.
Ketiga hal tersebut saling terkait karena pada umumnya sektor swasta hanya
menyediakan “pure public goods” dan “partial public goods”. Stabilisasi ekonomi
dan retribusi pendapatan hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan
alokasi sumber daya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. Karena ketiga
pertimbangan itulah anggaran diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian atas
penerimaan dan pengeluaran dana dalam rangka pencapaian tujuan akhir
pemerintah.

Kapabilitas dan efektivitas pemerintah dalam perencanaan dan


pengendalian keuangan saat ini masih terlalu lemah. Lembaga – lembaga
pemerintah belum menjalankan fungsi dan perannya secara efisien, dan
pemborosan merupakan fenomena yang umum terjadi di berbagai departemen
pemerintahan. Kondisi ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam
penentuan besar alokasi dana untuk setiap kegiatan adalah pendekatan
incrementalism yang didasarkan pada perubahan satu atau lebih variable yang
bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk dan analisis untuk
mengetahui struktur, komponen, dan tingkat biaya untuk setiap kegiatan masih
sedikit sekali dilakukan. Padahal studi seperti ini akan menjamin teridentifikasinya
jumlah kebutuhan alokasi dana yang lebih akurat sesuai dengan kebutuhan riil dari
seluruh kegiatan.

Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya


underfinancing atau overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan
efektivitas anggaran. Situasi ini menyebabkan banyak layanan publik dijalankan
secara tidak efisien dan kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik,
sementara dana pada anggaran yang pada dasarnya merupakan dana publik habis
dibelanjakan. Dalam jangka panjang, kondisi seperti ini cenderung memperlemah
peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator, dan entrepreneur
dalam proses pembangunan.

Persiapan
(preparation)

(
Pemeriksaan Persetujuan
(post audit) (enactment)

Pelaporan Administrasi
(reporting) (administration)

Gambar 1
Siklus Anggaran

Prinsip – prinsip dan mekanisme penganggaran antara sektor publik


dengan sektor swasta relatif tidak berbeda. Siklus anggaran meliputi 4 tahap yang
terdiri atas:

1. Tahap persiapan anggaran (preparation)

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar


taksiran pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran
pendapatan secara lebih akurat. Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat
perhatian adalah terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian)yang
cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami betul
dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran.

Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item


budgeting” akan berbeda pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau
“zero based budgeting”.

Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru


menekankan pada pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah
kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan
pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa
GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPE NAS), Rencana Strategis
(RESENTRA), dan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA). Sinkronisasi
perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat dengan
perencanaan pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 105 dan 108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat, perencanaan
pembangunan dimulai dari peyusunan PROPENAS yang merupakan
operasionalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk
RESENTRA. Berdasarkan PROPERNAS dan RESENRA serta analisis fiscal dan
makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan APBN dan REPETA. Sementara itu, di
tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkan untuk membuat
dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPEDA (RENSTRADA).
Dokumen perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari
PROPENAS dan RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA
dimungkinkan adanya penekanan prioritas program pembangunan yang berbeda
dari satu daerah dengan daerah yang lain sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan DPRD
dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan
pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Penjabaran rencana strategis jangka
panjang dalam REPETADA tersebut dilengkapi dengan:

1. Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja


pemerintahdaerah pada periode sebelumnya.

2. Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.

3. Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui


kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan
dihadapi.

2. Tahap ratifikasi (approval/ratification)


Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap
yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan
eksekutif dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus
mempunyai “ political skill” salesmanship´dan ‘coalition building’ yang memadai.
Integritas dan kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap
ini.
3. Tahap implementasi (implementation)
(Budget Implementation) Sistem informasi akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
anggaran. Manajer keuangan public dalam hal ini bertanggung jawab untuk
menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan
pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk
tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting & evaluation)


Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi
anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasionalanggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan
aspek akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap
budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

Dalam buku Deddi Noerdiawan, siklus pembuatan anggaran terbagi dalam 5


tahapan yaitu :

a. Persiapan (preparation)
Pada tahap ini, bagian anggaran menyiapkan format anggaran yang akan
dipakai. Kemudian masing – masing unit dipemerintahan mengajukan
anggaran yang selanjutnya akan dikonsolidasikan oleh bagian anggaran.
Setelah ditelaah dan diadakan dengar pendapat ke semua unit, anggaran ini
akan disetujui oleh kepala pemerintahan.
b. Persetujuan lembaga legislatif (legislative enactment)
Anggaran diajukan ke lembaga legislative untuk mendapatkan persetujuan.
Lembaga legislative terutama komite anggaran akan mengadakan
pembahasan guna memperoleh pertimbangan – pertimbangan untuk
menyetujui atau menolak anggaran tersebut. Dan sebelum lembaga
legislative menyetujui atau menolaknya diadakan dengar pendapat (public
hearing).
c. Administrasi (administration)
Setelah anggaran disahkan, pelaksanaan anggaran dimulai baik
pengumpulan pendapatan yang ditargetkan maupun pelaksanaan belanja
yang telah direncanakan. Bersamaan dengan tahap pelaksanaan ini
dilakukan pula proses administrasi anggaran yang meliputi pencatatan
pendapatan dan belanja yang terjadi.
d. Pelaporan (reporting)
Pada akhir periode atau pada waktu – waktu tertentu yang ditetapkan
dilakukan pelaporan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
akuntansi yang telah berlangsung selama proses pelaksanaan.
e. Pemeriksaan (post - audit)
Laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran kemudian
diperiksa/diaudit oleh lembaga pemeriksa independen. Hasil pemeriksaan
akan menjdi masukan atau umpan balik (feedback) untuk proses
penyusunan periode berikutnya.

Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

A. Perkembangan Anggaran Sektor Publik

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi


instrument kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi.Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya
anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik
yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat
pengendalian. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang sesuai dinamika
perkembangan manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat.
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar ada dua pendekatan utama
yang memiliki perbedaan mendasar, yaitu :

1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

2. New public management

B. Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di


negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini yaitu:
(a) Cara penyusunan anggaran didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b)
Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item. Ciri lain yang melekat pada
pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah cenderung sentralistis, bersifat
spesifikasi, tahunan, dan mengggunakan prinsip anggaran bruto.

Incrementalism

Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada


pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat
incrementalism yaitu hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item
anggaran yang ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya
sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.Masalah utama anggaran tradisional adalah
berkaitan dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money.

Konsep ekonomi, efesiensi dan efektivitas sering tidak dijadikan


pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan ketiadaan perhatian
pada konsep value for money ini, sering kali pada akhir tahun anggaran terjadi
kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-
aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.Anggaran tradisional
cenderung menggunakan konsep historic cost of service.

Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu


item, program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya
meski item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh
jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk,
dan lainnya.

Line-item

Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item


yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran.Metode
line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya
secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam periode
sekarang. Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi
alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran.

Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat


penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan,
pendapatan dari pajak,atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional

Beberapa kelemahan anggaran tradisional antara lain:

 Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan


denganrencana pembangunan jangka panjang.
 Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernahditeliti secara menyeluruh efektivitasnya.
 Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut
menyebabkananggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk
membuat kebijakandan pilihan sumberdaya, atau memonitor kinerja.
 Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional
secarakeseluruhan sulit dicapai.
 Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
 Anggaran tradisional bersifat tahunan
 Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai
akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.
 Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya
dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.

Aliran informasi (sistem informasi financial yang tdak memadai yang menjadi
dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

C. Anggaran Publik Dengan Pendekatan Npm

Era New Public Management


Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen
sektor publik menjadi model sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
pasar. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul
dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public
Management.

Pada tahun 1980-an model New Public Management mulai dikenal dan
kembali populer tahun 1990-an. New Public Management berfokus pada
manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi
kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management tersebut menimbulkan
beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk
melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.

Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah


model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang
dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government”.
Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:

a. Pemerintahan Katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi


pelayanan publik. Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan publik,
tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses produksinya
(producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah harus dijadikan
sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah hanya memproduksi
pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.
b. Pemerintah Milik Masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada
melayani. Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat
sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya
sendiri (self-help community).
c. Pemerintah Yang Kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan
kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa
harus memperbesar biaya.
d. Pemerintah Yang Digerakkan Oleh Misi : mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
e. Pemerintah Yang Berorientasi Hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada
pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja
ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin kompleks
masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana yang dialokasikan.
f. Pemerintah Berorientasi Pada Pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan,
bukan birokrasi. Pemerintah tradisional seringkali salah dalam
mengidentifikasikan pelanggannya. Penerimaan pajak memang dari
masyarakat dan dunia usaha, tetapi pemanfaatannya harus disetujui oleh
DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah seringkali menganggap bahwa
DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah
pelanggannya.
g. Pemerintahan Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan. Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan
beberapa pusat pendapatan, misalnya: BPS dan Bappeda, yang dapat menjual
informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian (BUMN/BUMD)
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan
masyarakat, seperti misalnya penyertaan modal, dan lain-lain.
h. Pemerintah Antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah
tradisonal yang birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik
untuk memecahkan masalah publik.
i. Pemerintah Desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
Pada saat sekarang perkembangan teknologi sudah sangat maju, kebutuhan/
keinginan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, dan staf pemerintah
sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan keputusan
harus digeser ke tangan masyarakat, asosiasi-asosiasi, pelanggan, dan lembaga
swadaya masyarakat.
j. Pemerintah Berorientasi Pada (Mekanisme) Pasar : mengadakan perubahan
dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme
administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara alokasi
sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif. Dari
keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasi
sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif
yaitu menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan
definisi baku dan kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya
(sesuai dengan prosedur tersebut). Pemerintah wirausaha menggunakan
mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi
mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak
melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
Munculnya konsep NPM berpengaruh langsung terhadap konsep anggaran
publik. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari
model anggaran tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.
PENUTUP

Penganggaran sektor publik merupakan proses yang sangat vital bagi


organisasi sektor publik. Anggaran politik penting sebab anggaran membantu
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat. Anggaran merupakan instrument
kebijakan fiscal pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekonomi melalui
kebijakan pengeluaran dan perpajakan. Dengan anggaran, pemerintah dapat
mengalokasikan sumber daya yang langka untuk menggerakkan pembangunan
sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran merupakan sarana untuk
menunjukkan akuntabilitas pemerintah terhadap publik.

Anggaran publik terdiri dari anggaran operasional dan anggaran modal.


Anggaran operasional adalah pengeluaran yang dilakukan secara rutin dan tidak
menambah kekayaan serta manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran.
Sedangkan anggaran modal manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan
menambah kekayaan.

Dalam menyusun anggaran sektor publik terdapat 2 pendekatan, yaitu


pendekatan tradisional dan pendekatan New Public Management. Pendekatan
tradisional memiliki ciri utama line – item dan incrementaism. Pendekatan NPM
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari system tradisional. Anggaran
dengan pendekatan NPM terdiri dari beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB,
dan PPBS. Beberapa jenis anggaran tersebut perlu dikaji lebih mendalam sebelum
diaplikasikan, karena pada masing – masing jenis anggaran tersebut memiliki
kelebihan dan kelemahan. Penerapan system anggaran perlu mempertimbangkan
aspek social, kultural, dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.


Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai