LP Gangguan Istirahat Tidur Kdm-57866787
LP Gangguan Istirahat Tidur Kdm-57866787
Oleh :
2. Epidemiologi
Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di
provinsi Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di
malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16
tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja
menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan usia
median timbulnya insomnia adalah 11 tahun.Penelitian Halbower dan
Marcus yang menyatakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan
pada remaja adalah insomnia
3. Etiologi
5. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis
tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem
pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur
gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau
disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak,
meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement
(REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan
tidur yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak.
Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau
tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada
dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi
napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang
dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM
tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan
gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap
tersebut yaitu ; kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang
berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang
dapat diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena
terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang
bervoltase rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan
gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahapan tidur jenis NREM :
Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan
ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi,
frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini
disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga
sulit dibangunkan.
Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur
malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit.
Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi
seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
Biasanya disertai dengan mimpi aktif
Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolism meningkat
Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi
Cenderung hiperaktif
Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
Nafsu makan bertambah
Bingung dan curiga
Bangun (Pratidur)
NREM II NREM II
NREM IV
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur
sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
inisial insomnia. intermiten insomnia dan terminal insomnia. Inisial
insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau
memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap
tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal
insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah
bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan
besar disebakan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur
berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,
yang disebabkan oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi,
cemas, gangguan sususnan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dan
gangguan metabolisme.
c. Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang
banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur
NREM.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada
waktu tidur. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan
enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada
waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan tidur NREM.
Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
e. Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit
kemudian kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh
keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa
narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia
dapat tertidur pada saat dimana serangan tidur tersebut datang.
g. Night terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada
anak-anak. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat, dan ketakutan.
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap
pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak
dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
jika dilewati udara pernapasan.
Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan
tidur yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994),
yaitu :
a. Disomnia
Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang
berbeda dan dibagi lagi menjadi tiga kelompok besar, diantaranya :
Gangguan tidur intrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan
mempertahankan tidur, yaitu berbagai bentuk insomnia dan
gangguan rasa kantuk yang berlebihan seperti narkolepsi dan
apnea tidur obstruktif
Gangguan tidur ekstrinsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal,
yang jika dihilangkan menyebabkan hilangnya gangguan tidur.
Gangguan irama sirkadian sewaktu tidur dapat terjadi karena
ketidaksejajaran antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh
individu atau norma sosial.
b. Parasomnia
Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat
tidur diantaranya gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama
transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan
psikiatrik
Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan
gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi
gangguan tidur yang yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik,
atau gangguan medis lainnya.
6. Gejala Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan
prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak
NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar
mata, mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah
terlihat kusut dan lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun,
bicara lambat, postur tubuh tidak stabil
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien
di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik
sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.
9. Diagnosis
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer
oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi,
nyeri pada kaki, lingkungan yang mengganggu.
b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti
nafas saat tidur.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
10. Penanganan
Penanganan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
- Terapi relaksasi
- Terapi psikologi/psikiatri
b. Terapi Farmakologi
11. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi,
dan sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti
susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan
sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
Riwayat diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena
itu kondisi ini perlu dikaji :
- Penurunan berat badan yang drastis
- Selera makan yang menurun
- Pola makan dan minum sehari-hari
- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan
Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang
terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
5) Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien
Kesadaran
Pemeriksaan TTV
2. Diagnosa Keperawatan
Dari sekian penyakit yang berhubungan dengan gangguan pola tidur,
saya mengangkat penyakit insomnia. Pathway dari insomnia
(terlampir).
Diagnosa yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu:
- Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan (bising)
yang ditandai dengan pasien menyatakan sulit tidur
4. Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak
O: Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur
A: Insomnia
P: Intervensi dilanjutkan
Daftar Pustaka