Anda di halaman 1dari 5

Building requirements for elderly people

Building code merupakan sebuah perangkat aturan mengenai desain, kontruksi dan cara pemeliharaan
bangunan yang sesuai dengan karakteristik kawasannya. Selain soal teknis, building code juga
mengatur soal standar kesehatan, kenyamanan, dan keamanan untuk penghuninya. ITS sendiri terlibat
langsung dalam penyusunan building code di Aceh pada tahun 2005 lalu.
Selain persoalan teknis, building code juga mengatur soal standar kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan untuk penghuninya. ITS pun terlibat langsung dalam penyusunan building code di Aceh
pada 2005. Menurut Priyo, 95 persen korban gempa adalah masyarakat yang tergolong dalam kelas
menengah bawah. ''Oleh sebab itu, yang harus mendapat perhatian khusus justru rumah sederhana
atau non engineering structure karena yang paling banyak terkena dampak gempa,'' papar mantan
Rektor ITS tersebut.
Standar bangunan untuk lansia :
Permen PU-No 30-2006
1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet
Indonesia Bersatu;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
Dalam merencanakan, dan melaksanakan pembangunan bangunan gedung dan lingkungan, harus
dilengkapi dengan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas.
Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan
bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan
teknis fasilitas dan aksesibilitas yang diatur dalam Peraturan ini.
Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
1. Ukuran dasar ruang;
2. Jalur pedestrian;
3. Jalur pemandu;
4. Area parkir;
5. Pintu;
6. Ram;
7. Tangga;
8. Lif;
9. Lif tangga (stairway lift);
10. Toilet;
11. Pancuran;
12. Wastafel;
13. Telepon;
14. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol;
15. Perabot;
16. Rambu dan Marka.
Anthropometric (lansia)
Antropometri adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang dimensi tubuh manusia.
Antropometri berasal dari ‘antro’ yang berarti manusia dan ‘metri’ yang mempunyai arti pengukuran.
Oleh sebab itu, ilmu antropometri digunakan sebagai bidang yang akan membahas perihal pengukuran
manusia secara fisik.
Subyek penelitian menjalani tes pre perlakuan berupa pencatatan profil umum subyek
penelitian (nama, jenis kelamin, umur, suku/ etnik, pendidikan tertinggi, pekerjaan terakhir, status,
tempat tinggal (community dwelling atau elderly care/ nursing home), merokok atau tidak merokok
aktif, kemampuan berjalan/ mobilisasi. Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuran terhadap 42
dimensi tubuh, Handgrip Strength (pengkuran kekuatan tangan)menggunakan protokol American
Hand Society of Therapist (AHST) (Philips dkk., 2004), MMSE untuk mengetahui klasifikasi
cognitive partisipan (Creavin dkk., 2016; Folstein dkk., 1975; Tombaugh & MA, 1992; Vertesi dkk.,
2001), dan SARC-F untuk skiring awal kondisi sarcopenia berdasarkan persepsi partisipan (Cruz-
Jentoft dkk., 2019; Malmstrom dkk., 2016; Malmstrom & Morley, 2013). Pengukuran data dimensi
menggunakan kursi antropometri, meteran, Electronic Hand Grip Dynamomemter Camry, tipe
EH101("Electronic Hand Dynamometer - Instruction for use,"), dan alat bantu meteran kayu yang
dirancang oleh peneliti. Dimensi antropometri diambil berdasarkan beberapa acuan dari Panero dan
Pheasant (Panero & Zelnik, 1979; Pheasant & Haslegrave, 2006) dengan jumlah dimensi 43 termasuk
dimensi tambahan MMSE, SARC-F dan pengukuran kekuatan tangan.
Data profil responden yang berhasil dikumpulkan, diolah menggunakan statistika deskriptif
untuk mengetahui kecenderungan penyebaran data. Data-data dimensi yang telah diperoleh harus diuji
kenormalan data, keseragaman data, dan kecukupan data. Tujuannya adalah untuk mengetahui
distribusi data yang terdistribusi normal dan diasumsikan berasal dari populasi yang normal, tidak ada
data di luar batas kontrol, dan data memenuhi kecukupan data. Setelah itu 25 dimensi data lansia ini
akan dibandingkan dengan data dimensi dewasa dengan rentang umur 18-25 tahun dengan
menggunakan Uji t di SPSS. Keterbatasan dimensi ini dikarenakan untuk data dimensi dewasa hanya
tersedia 25 dimensi saja saat ini pada database. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan rata-rata antar dimensi tubuh dewasa dengan dimensi tubuh lansia baik untuk jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan. Setelah itu akan dilanjutkan dengan perhitungan data P5, P50 dan P95
bagi dimensi tubuh, tangan, dan kekuatan genggaman tangan lansia. Data MMSE yang diperoleh akan
dikelompokkan berdasarkan usia dan pendidikan dan dilakukan Uji ANOVA 2 arah untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh kelompok usia dan pendidikan terhadap nilai MMSE yang diperoleh baik
untuk lansia laki-laki maupun perempuan. Data berat badan akan dikonversikan terhadap nilai BMI,
sedangkan nilai SARC-F dan nilai BMI diuji menggunakan Uji ANOVA 1 arah untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh kelompok BMI terhadap nilai SARC-F yang diperoleh baik untuk lansia
laki-laki maupun perempuan dan mengetahui apakah terdapat pengaruh kategori tempat tinggal
terhadap nilai persepsional SARC-F.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh 56 orang perempuan (53,33%) dan 49 orang laki-laki
(46,47 %) dengan rentang usia 55- 94 tahun yang berasal dari Etnik Betawi (0,95%), Jawa (9,52%),
Lampung (0,95%), Maluku (0,95%), Sumatera (0,95%), Sunda (20,95%), dan Tionghoa (65,71%).
Seluruh responden memiliki latar belakang pendidikan dasar sampai dengan Strata Tiga dengan
kriteria tempat tinggal pada panti werdha (20,95%) dan masyarakat umum (79,05%) serta tergolong
ke dalam kategori lansia potensial (95,24%) dan tidak potensial (4,76%). Perancangan alat bantu atau
alat lainnya untuk lansia, seringkali masih menggunakan data dimensi tubuh orang dewasa karena
belum adanya basis data dimensi tubuh lansia yang tersedia di Indonesia. Padahal berdasarkan hasil
pengolahan data terdapat data dimensi tubuh orang dewasa dengan rentang umur 18-22 tahun tidak
sama dengan data dimensi tubuh lansia dengan umur ≥ 55 tahun. Berikut hasil perbandingan nilai
rata-rata dimensi tubuh orang dewasa dengan lansia:
Tabel perbandingan nilai rata-rata dimensi tubuh dewasa dengan lansia di indonesia
Ergonomic (lansia)
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi kompleks antara aspek pekerjaan yang meliputi
peralatan kerja, tatacara kerja, proses atau sistem kerja dan lingkungan kerja dengan kondisi fisik,
fisiologis dan psikis manusia / karyawan untuk menyesuaikan aspek pekerjaan dengan kondisi
karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman, efisien, dan lebih produktif.
Ergonomi perkantoran penting untuk diperhatikan karena merupakan salah satu potensi bahaya dan
resiko yang mengancam pekerja di kantor.
Fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup.
Perubahan pada lansia :

 Perubahan kondisi fisik (tenaga berkurang, energi menurun, kulit berkeriput, gigi rontok,
tulang rapuh, penglihatan rabun, dan pendengaran menurun)
 Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual (gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan
metabolisme seperti diabetes, dan kekurangan gizi)
 Penurunan Aspek Psikososial Fungsi Kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, dan perhatian Fungsi Psikomotrik, meliputi gerakan dan tindakan koordinasi
 Penurunan Aspek Psikologis
Hal yang dibutuhkan lansia :
1. Peregangan Bantulah orang yang telah lanjut usia untuk melakukan peregangan setiap setelah
bangun tidur atau setelah duduk dengan durasi yang cukup lama. Lalu ajaklah untuk bergerak
di alam terbuka.
2. Pencahayaan Lebih Semakin bertambahnya usia, kemampuan lensa mata semakin menurun.
3. Mengurangi beban yang berat Saat usia 60 tahun, kemampuan otot berkurang 30%.
Disarankan kepada lansia untuk mengurangi beban yang dibawa.
4. Tombol yang lebih besar Karena kekuatan dan penglihatan lansia semakin menurun,
sebaiknya diperlukan penggunaan tombol yang lebih besar dari biasanya.
5. Menggunakan lebih banyak handle Dengan penggunaan handle, beban yang diangkat akan
merata beratnya secara keseluruhan. Sehingga memudahkan lansia dalam bekerja
6. Penggunaan Label Penggunaan label yang besar pada benda atau mengkategorikan sesuai
dengan warna, memudahkan lansia untuk mengenali dan mengingat secara mudah.
Produk aplikasi Ergonomi untuk lansia di toilet

 Pegangan (Handrail)
Dipasang mulai dari dekat pintu masuk sampai tempat-tempat yang diperlukan. Hal ini
menjaga agar orang lansia bisa berpegangan ketika mau jatuh. Dan juga berguna untuk orang
lansia yang mudah lelah ketika berjalan agak jauh. Handrail sebaiknya digunakan bahan
stainless steel, sehingga tidak mudah berkarat dan bagus disisi desain interior kamar mandi.
 Toilet
Untuk pemilihan toilet sebaiknya menggunakan toilet duduk. Hal ini untuk menjaga agar
orang lansia tidak kesulitan bangun ketika selesai buang air.
 Cara ambil air
Sebaiknya kita menambahkan shower untuk kamar mandi lansia, dengan menggunakan
shower tidak ada tenaga lebih yang harus digunakan ketika menggunakan kamar mandi.
 Keramik
Pilih keramik yang tidak licin. walaupun tidak licin permukaan nya diusahakan dicari yang
sehalus mungkin.
 Lampu
Gunakan lampu dengan penerangan yang cukup baik. Untuk pemilihan / pemasangan lampu
sebaiknya dibicarkan dulu dengan orang lansia, untuk mendapatkan besar cahaya yang sesuai
dengan tingkat kenyamanan mereka.

Produk aplikasi ergonomi untuk lansia dalam berkomunikasi


Merupakan sebuah Telepon yang didesain dengan sound yang keras sehingga memudahkan para
lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran untuk berkomunikasi dengan telepon. Selain
itu, telepon itu juga memiliki kemampuan untuk memperjelas suara huruf yang memiliki pelafalan
sama. Desain tombol telepon juga dibuat besar dan dengan font yang besar untuk mempermudah
manula yang memiliki penurunan fungsi penglihatan atau manula yang mengalami artritis pada
tangannya.

Anda mungkin juga menyukai