Natural Environment
Dosen Pengajar:
Disusun oleh:
21/485639/PEK/27659
YOGYAKARTA
2022
1. Latar Belakang
Sustainable Development atau Pembangunan berkelanjutan memiliki makna
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari
generasi sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan
sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. Tujuan dari pembangunan
berkelanjutan adalah stabilitas ekonomi dan lingkungan jangka panjang; ini hanya dapat
dicapai melalui integrasi dan pengakuan atas masalah ekonomi, lingkungan dan sosial di
seluruh proses pengambilan keputusan. Dalam penerapan definisi pembangunan
berkelanjutan ini, satu masalah menyangkut substitusi faktor. Ada beberapa jenis faktor yaitu
budaya, alam dan buatan manusia. Gabungan dari ketiga factor ini lah yang menjadi dasar
pembangunan berkelanjutan yang dimana terdapat tingkat tinggi atau rendahnya
pembangunan. Prinsip utama pembangunan berkelanjutan yang mendasari semua hal
lainnya adalah integrasi kepedulian lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam semua aspek
pengambilan keputusan (Emas, 2015). Dalam penerapan pembangunan berkelanjutan
dibutuhkan adanya kesinambungan antara ketiga factor tersebut yang biasa disebut dengan
ABC Environment yang terdiri dari Abiotic Environment (buatan manusia), Biotic Environment
(alam) dan Cultural Environment (budaya).
(Rahman,2011)
Dilihat jelas pada Gambar 1 dimana ketiga factor tadi saling beririsan dan saling
bergantung satu sama lain dalam pengambilan keputusan supaya pembangunan yang
berkelanjutan dapat berjalan dengan sebaik mungkin. Sumber daya alam anorganik dikenal
dengan Lingkungan Abiotik yang mencakup 3 elemen yaitu air, tanah serta udara. Lingkungan
alam organik atau Biotik yaitu vegetasi, hewan serta mikroba. Dan Lingkungan Budaya
mencakup sumber daya manusia yang berkaitan dengan kesejahteraan individu, interaksi
sosial dan kesejahteraan masyarakat sehingga membentuk Budaya.
Upacara sedekah laut merupakan bagian dari warisan berupa kegiatan ritual di
pulau Jawa, khususnya bagi masyarakat di wilayah pesisir. Upacara sedekah laut adalah
pelemparan sesaji ke laut atau ke dalam air sungai yang bermuara ke laut. Di wilayah Jawa,
upacara sedekah laut dilakukan dengan memberikan berbagai sesaji kepada mbau reksa
yaitu orang yang mengendalikan laut selatan yang dikenal sebagai Kanjeng Ratu Kidul (Nyi
Roro Kidul). Sedekah Laut yang terletak di Kabupaten Cilacap dilaksanakan setahun sekali,
yaitu pada bulan Sura bertepatan dengan hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan
tersebut. Secara keseluruhan, tujuan dari ritual ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur
atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan berdoa untuk keselamatan para
nelayan dan keluarganya agar dalam menjalankan tugas sehari-hari mereka sebagai nelayan
dan tidak diganggu saat melaut sehingga akan berlimpah akan hasil lautnya. Pada awalnya
memberi sedekah di laut lepas merupakan bentuk rasa syukur atas rasa terima kasih nelayan
kepada Ratu Kidul, namun kemudian kesadaran tersebut lama kelamaan menjadi amalan
syukur dan doa tersampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ritual sedekah laut merupakan
suatu bentuk ekspresi persembahan sebagai permohonan ijin kepada penguasa pantai
selatan. Upacara tradisional Sedekah Laut yang merupasan salah satu upacara ritus yang
sampai saat ini masih diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini disebabkan
oleh masyarakat pendukungnya masih percaya bahwa tradisi tersebut dapat menciptakan
keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat memberi
rasa aman, tentram, dan sejahtera, ada perasaan khawatir dan cemas jika masyarakat tidak
melakukan ritual sedekah laut, sehingga muncul berbagai macam jenis sesaji yang disiapkan
yang bergantung kepada tujuan sedekah dan dengan cara bagaimana persembahan itu
dilakukan dengan proses ritual sehingga tujuan dari ritual ini dapat tercapai dan dianggap
sebagai permohonan dan doa. Pelaksanaan upacara ini banyak mengandung simbol yang
merupakan nilai-nilai kearifan lokal warisan nenek moyang. Melalui Sedekah Laut,
masyarakat percaya apabila tradisi terus diselenggarakan maka masyarakat akan dapat
mencapai keselamatan bersama. Selain itu, upacara tradisional ini dianggap dapat
menciptakan keselarasan vertikal maupun horizontal dalam kehidupan bermasyarakat
sehingga dapat memberikan rasa aman, tentram, sejahtera, dalam kehidupan masyarakat
pendukungnya. Dengan demikian, pelaksanaan Sedekah Laut memiliki makna dan nilai-nilai
kearifan lokal bagi masyarakat pendukungnya.
Menurut Suyanti (2017) berikut merupakan tahapan prosesi upacara Sedekah Laut:
1. Pemasangan baliho dan iklan oleh pihak pemerintah mengenai jadwal dan
tempat pelaksanaan.
2. Sebelum hari pelaksaan, dilakukan nyekar atau ziarah ke Pantai Karang
Bandung (Pulau Majethi).
3. Pengambilan air suci di sekitar Pulau Majethi, sebagai tempat tumbuhnya
bunga Wijayakusuma.
4. Malam harinya dilanjutkan dengan Tirakatan di Pendopo Kabupaten
5. Pemotongan tumpeng, pembuatan sesaji dan jolen tunggul berbentuk
rumah joglo, serta pernak-pernik kelengkapan yang akan di larung,
termasuk pemotongan kepala kerbau.
6. Esoknya, pembawaan sesaji (jolen) ke laut di iringi jolen tunggul dan jolen
pendamping.
7. Pembawaan sesaji ke kapal nelayan yang telah dihiasi hiasan warna-warni
untuk dilepaskan ke lautan.
8. Pelepasan sesaji ke laut, dilaksanakan secara khidmat.
9. Malam harinya, diadakan pertunjukaan wayang semalam suntuk dan acara
berlangsung 2 hari penuh.
3. Keterangan Empiris
Makalah ini menggunakan beberapa jurnal dari penelitian terdahulu serta artikel
sebagai bahan acuan dan referensi yang terdiri dari:
1) Suryanti (2017) dalam jurnalnya yang berjudul “Upacara Adat Sedekah Laut”
menjelaskan mulai dari apa yang melatarbelakangi dari upacara Sedekah Laut dan
juga terkait dengan tata cara pelaksanaan nya mulai dari kapan acara biasanya
diadakan, apa saja yang perlu di siapkan, bagaimana tahapan proses upacaranya
serta makna dari upacara dan sesaji apa yang dibawa juga memiliki arti yang
berbeda-beda.
2) Kusmintayu (2014) dalam thesisnya yang berjudul “Upacara Tradisinoal Sedekah
Laut Kabupaten Cilacap (Tinjauan Makna, Kearifan Lokal dan Relevansinya
dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA/SMK) memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan makna, kearifan local dan relevansi sedekah laut dengan
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA/SMK. Dalam thesisnya menjelaskan
bahwa Sedekah laut ini merupakan kearifan local asli dari Cilacap yang sudah ada
semenjak zaman dahulu kala dan dapat dilestarikan budayanya karena
merupakan salah satu peninggalan dari nenek moyang yang kita terdahulu serta
hal yang ada dalam upacara tersebut dapat dikaitkan dengan pelajaran bahasa
Indonesia untuk SMA/SMK. Pelajaran Bahasa Indonesia yang dapat diambul dan
dimasukan dalam kurikulumnya yaitu menjelaskan bahwa pengetahuan tentang
budaya perlu dipahami siswa baik secara fakta, konsep, maupun prosedur
pelaksanaannya.
3) Murtadlo (2009) dalam thesisnya yang berjudul “Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
Dalam Tradisi Upacara Sedekah Laut di Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap”
memiliki tujuan untuk menggali nilai-nilai islam yang terkandung dalam upacara
Sedekah Laut dan mengetahui persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam
dengan kebudayaan local dalam Upacara Sedekah Laut. Dalam thesisnya juga
disebutkan bahwa ada nilai islam dalam upacara laut seperti nilai aqidah yang
tercontoh dalam pelafalan kalimat syahadat, nilai ibadah yang tercontoh dalam
pemujatan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang terakhir adalah nilai
akhlak yang tercontoh dalam kebersamaan masyakarat dalam membersihkan
lingkungan sekitar. Selain itu masyarakat sana juga menyikapi adanya akulturasi
antara agama islam dengan budaya mereka.
1) Nilai religi yang meliputi: berdoa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
2) Nilai sosial meliputi: tanggung jawab, musyawarah, dan gotong-royong.
3) Nilai sejarah, yaitu sejarah dari pemerintah daerah dan nelayan.
4) Nilai budaya yang bermuara pada pelestarian budaya lokal serta kesenian dan
permainan tradisional.
5) Nilai ekonomi, dapat meningkatkan pendapatan nelayan, masyarakat
disekitarnya, dan daerah.
5. Usulan
Pelaksanaan Sedekah Laut memiliki tujuan utama yang dipercaya yaitu sebagai
bentuk rasa syukur masyarakat kepada sang penjaga laut dikarenakan sudah dipermudah
dalam menjalankan hidup mereka, selain itu dengan adanya upacara ini adanya
kebersamaan yang terbangun dan rasa saling peduli dan terimakasih serta menghargai
satu sama lain dangat dijunjung tinggi, hal ini lah yang perlu terus dilestarikan supaya
menjadi ciri khas dari masyarakat cilacap dalam menjalankan hidupnya. Namun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanya bahwa hal ini sangat
bersinggungan dengan hukum agama Islam dimana ini masih garis abu-abu antara
kegiatan yang sifatnya mengutukan Allah SWT atau bukan maka dari itu kegiatan
Sedekah Laut ini sebaiknya di lakukan untuk pelaksanaan budaya upacara adat istiadat
saja, tidak perlu sampai dipercaya adanya penjaga laut selatan yang melindungi karena
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik tuhan.
6. Daftar Pustaka
Dewi. Rizka Muliana (2009). PERBEDAAN SIKAP DALAM TRADISI SEDEKAH LAUT DI
MASYARAKAT PESISIR TELUK PENYU CILACAP. Skripsi UMS
Emas. Rachel (2015). THE CONCEPT OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT: DEFINITION
AND DEFINING PRINCIPLES. Florida International University.
Kusminta. Ayu. (2014). UPACARA TRADISIONAL SEDEKAH LAUT DI KABUPATEN
CILACAP (Tinjauan Makna, Kearifan Lokal, dan Relevansinya dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA/SMK). Thesis UNS
Rahman. MS Khabibur. (2011). IMPLEMENTASII PERATURAN PEMERINTAH NP. 82
TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO.416 TAHUN 1990 DI
INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM KABUPATEN PACITAN 2011. Thesis UNS
Suryanti. Ani (2017). UPACARA ADAT SEDEKAH LAUT Di Pantai Cilacap. Jurnal Kajian
Kebudayaan