Anda di halaman 1dari 3

Nama angggota :

1. Dedi Putra Sanjaya (2498010186)


2. Dewi Nur Rohmah (2498010192)
3. Dikie Kurniawan (2498010179)
4. Dwika Wuri C (2498010206)
5. Fitri Nurjaya K (2498010190)
6. Gono Tri Nugroho (2498010223)

Topik 2- Ruang Kolaborasi - Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

Penerapan Nilai Sosial Kultural Budaya Jawa untuk Pembelajaran


Berdasarkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang konteks sosial-kultural menjadi proses menebalkan


kekuatan kodrat siswa yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun sisa
untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia
seutuhnya. Dalam proses menuntun siswa diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong
dalam memberi tuntunan dan arahan agar siswa tidak kehilangan arah dan membahagiakan
dirinya. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan juga berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam yaitu sifat dan bentuk lingkungan di mana siswa berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa “kekuatan sosial budaya di Indonesia yang beragam
menjadi kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman. Maka dari itu, tuntunlah peserta didik sesuai
dengan alam dan zamannya.” Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan
pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai
kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Pendidikan dalam memaknai kodrat alam di kepulauan Jawa memiliki karakteristik yang
berbeda dengan pulau- pulau lain di Indonesia, salah satunya contohnya pendidikan di Jawa
Tengah.

Nilai-nilai sosial kultural yang diterapkan dalam sistem pendidikan di Jateng antara lain budaya
bersalaman, budaya bersih dan peduli lingkungan, tertib dan disiplin, berkomunikasi dengan
bahasa jawa, budaya 5S, gotong-royong, memakai pakaian adat jawa setiap hari Kamis, dan
melestarikan gamelan jawa sebagai salah satu ekstrakurikuler di sekolah. Selain di sekolah
formal, terdapat juga sekolah non formal yang menerapkan nilai sosial kultural, salah satunya
adalah sanggar seni tari yang ada di Kendal Jawa Tengah.

Penguatan karakter siswa sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dapat diselaraskan
dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu budi pekerti. Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi
pekerti adalah perpaduaan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak, sehingga menimbulkan
tenaga. Hal yang dapat dikaitkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan nllai luhur kearifan
budaya sebagai individu sekaligus anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya yaitu
peran guru dalam memberikan pengajaran tentang sikap sopan santun atau andhap asor, etika,
sikap rendah hati, jujur, bertanggung jawab, dan toleransi.
Sedekah Laut di Kendal

Festival Nelayan atau yang lebih dikenal dengan Sedekah Laut, merupakan tradisi yang
dilakukan oleh para nelayan setiap Tahun Baru Islam sebagai wujud ungkapan rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas rezeki yang telah diterima. Tradisi Sedekah Laut Kendal merupakan
sebuah ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Kendal, Jawa Tengah,
Indonesia. Ritual ini biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
rezeki yang diberikan melalui hasil laut, serta sebagai bentuk permohonan keselamatan dan
keberkahan bagi para nelayan. Prosesi upacara Sedekah Laut Kendal biasanya melibatkan
serangkaian langkah dan ritus yang diikuti oleh para peserta, terutama nelayan dan komunitas
pesisir. Berikut adalah rangkaian umum dari prosesi tersebut:

1. Persiapan dan Persiapan Barang Persembahan: Sebelum upacara dimulai, persiapan


dilakukan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk makanan
persembahan, bunga, dan perlengkapan ritual lainnya.
2. Doa dan Ceremonial Awal: Upacara dimulai dengan doa bersama dan ceremonial awal
yang biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin agama atau tokoh adat setempat. Doa
ini bisa meliputi permohonan keselamatan, berkah, dan perlindungan dari Tuhan.
3. Persembahan di Tengah Laut: Para peserta kemudian berangkat ke tengah laut dengan
perahu-perahu mereka. Di tengah laut, mereka melakukan persembahan kepada Tuhan,
seperti melemparkan bunga, makanan, atau benda-benda lain sebagai tanda syukur dan
penghormatan.
4. Doa dan Pertimbangan Spiritual: Setelah persembahan dilakukan, dilanjutkan dengan
doa dan pertimbangan spiritual lainnya, termasuk bacaan ayat suci atau ceramah agama
yang bertujuan untuk menguatkan iman dan meningkatkan rasa syukur.
5. Acara Tambahan dan Hiburan: Setelah selesai dengan prosesi utama, seringkali
diadakan acara tambahan seperti pertunjukan seni budaya, lomba, atau kegiatan sosial
lainnya yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan
kegembiraan dalam komunitas.
6. Makan Bersama: Upacara sering diakhiri dengan makan bersama di mana para peserta
berbagi hidangan dan pengalaman mereka selama upacara. Ini juga menjadi kesempatan
untuk mempererat hubungan sosial dan meningkatkan solidaritas di antara mereka.
7. Penutupan dan Rencana Masa Depan: Setelah makan bersama, seringkali ada sesi
penutupan di mana peserta diberi pesan-pesan terakhir dan disampaikan harapan untuk
masa depan yang lebih baik. Mungkin juga ada rencana untuk melanjutkan tradisi ini di
tahun-tahun mendatang.

Simpulan

Prosesi Sedekah Laut Kendal memiliki nilai spiritual, sosial, dan budaya yang penting
bagi masyarakat pesisir, karena tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi
juga sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan di antara para nelayan dan
mempromosikan kebersamaan serta keberagaman budaya lokal. Prosesi ini dapat bervariasi
tergantung pada tradisi lokal, keyakinan agama, dan praktik budaya yang berlaku di masyarakat
pesisir Kendal. Namun, intinya adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dan
memperkuat ikatan sosial dalam komunitas pesisir. Tradisi Sedekah Laut Kendal biasanya
dilaksanakan pada waktu yang dianggap sebagai waktu yang baik menurut kalender keagamaan
atau budaya setempat. Meskipun tidak ada tanggal pasti yang bisa saya berikan karena ini bisa
bervariasi dari tahun ke tahun, biasanya upacara ini dilaksanakan pada bulan tertentu setiap
tahunnya. Seperti bulan suro yang dijadikan bulan sacral untuk orang jawa.
Namun, secara umum, Sedekah Laut Kendal sering dilaksanakan pada bulan-bulan
tertentu yang dianggap memiliki makna tersendiri bagi masyarakat pesisir, seperti bulan-bulan
yang dianggap sebagai musim penangkapan ikan yang baik, bulan-bulan yang memiliki nilai
keagamaan yang tinggi, atau bulan yang dianggap memiliki energi positif.

Anda mungkin juga menyukai