Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KUNJUNGAN KEBIPAAN KE BALAI BAHASA

JAWA TENGAH TAHUN 2022

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BIPA


Dosen Pengampu : Bapak Suryo Daru Santoso, M.Pd.

Oleh
Dwika Wuri Cahyani
NIM 192110051

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2022
HALAMAN C0VER
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. i
A. Pendahuluan………………………………………………………………… 1
1. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
2. Maksud dan Tujuan………………………………………………………… 1
3. Ruang Lingkup Kunjungan ………………………………………………… 2
B. Gambaran Umum
1. Balai Bahasa Jawa Tengah………………………………………………… 2
C. Pembahasan……………………………………………………………… 3
1. Kegiatan pada Kunjungan Balai Bahasa Jawa Tengah…………………… 3
D. Penutup
1. Simpulan…………………………………………………………………… 13
2. Saran ……………………………………………………………………… 13
LAMPIRAN

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bahasa sebagai alat
berkomunikasi. Pada kehidupan manusia yang bermasyarakat melakukan kegiatan
bertutur memainkan peranan yang sangat penting. Dengan tutur manusia
berhubungan satu dengan manusia lain sebagai alat berkomunikasi. Lalu dapat
terjadi peristiwa terjalinnya hidup bersama dalam berbagai tatanan masyarakat.
Hal ini dilakukan agar dapat saling memenuhi kebutuhan baik secara fisik dan
batin.
Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi. Sebuah lambang
tentu melambangkan sesuatu, yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
pikiran. Hal ini bahasa yang memiliki artian sebagai sistem lambang yang
menggunakan suara atau bunyi sebagai dasar pola komunikasi terjalin antar
manusia. Tentunya komunikasi memiliki sistem yang menjadi aturan agar dapat
menyampaikan ide atau pikiran.
Dari pemahaman diatas kita sebagai mahasiswa PendidikanBahasa dan
Sastra Indonesia memerlukan diadakan kunjungan ke Balai Bahasa Jawa Tengah.
Kunjungan ini memiliki maksud agar mahasiswa mengetahui dan mempelajari
langsung dari ahli berbagai pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
ruang lingkup kebahasaan Indonesia dan BIPA. Kegiatan ini juga program dari
matakuliah BIPA sebagai pembuka cakrawala pengetahuan dan wawasan
mahasiswa. Sehingga dapat membangkitkan motivasi pada diri dalam
mempelajari kebijakan kebahasaan Indonesia dan Program BIPA.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari kegiatan kunjungan Balai Bahasa Jawa Tengah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menambah pemahaman ruang lingkup BIPA seperti
kebijakan kebahasaan di Indonesia dan program BIPA di Jawa Tengah.

2
3. Ruang Lingkup Kunjungan
Laporan ini membahas mengenai Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing
(BIPA) serta kegiatan kunjungan ke Balai Bahasa Jawa Tengah yang dilaksanakan
pada tanggal 9 Juni 2022.

B. GAMBARAN UMUM
1. Lokasi dan Sejarah Balai Bahasa Jawa Tengah
Balai Bahasa adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Setiap Provinsi di Indonesia memiliki Balai Bahasa
salah satunya di Jawa Tengah yang berada di Jalan Elang Raya No.1
Mangunharjo, Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah
50272.
Balai Bahasa mulai berdiri pada bulan April tahun 2000 dengan nama
Balai Bahasa Semarang. Meskipun baru memulai kegiatannya pada tahun 2000,
proses pendirian Balai Bahasa Semarang sebenarnya sudah berlangsung sejak
lama. Embrionya berawal dari Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah Jawa Tengah yang dilaksanakan sejak tahun 1980-an dan menginduk
di Kantor Wilayah Depdiknas Provinsi Jawa Tengah (sekarang Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah).
Usaha pendirian Balai Bahasa Semarang dirintis pada akhir tahun 1990-an,
baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setelah mengalami proses
yang panjang dan melalui penggodokan yang matang oleh tiga pihak, yakni Pusat
Bahasa Depdiknas, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Men PAN), usaha tersebut
menunjukkan hasil dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 226/O/1999 tanggal 23 September 1999
tentang Pembentukan Balai Bahasa di Enam Provinsi.
Enam balai bahasa tersebut adalah Balai Bahasa Bandung di Jawa Barat,
Balai Bahasa Semarang di Jawa Tengah, Balai Bahasa Banda Aceh di D.I. Aceh,
Balai Bahasa Medan di Sumatera Utara, Balai Bahasa Palembang di Sumatera
Selatan, dan Balai Bahasa Pekanbaru di Riau. Bersamaan dengan SK tersebut,
keluar pula SK Mendikbud Nomor 227/O/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja

3
Kantor Bahasa, yang di dalamnya memuat keputusan pembentukan empat kantor
bahasa, yakni Kantor Bahasa Pontianak di Kalimantan Barat, Kantor Bahasa
Palangkaraya di Kalimantan Tengah, Kantor Bahasa Manado di Sulawesi Utara,
dan Kantor Bahasa Palu di Sulawesi Tengah.
Sebelum terbit kedua surat keputusan itu, terlebih dahulu keluar SK
Mendikbud Nomor 022/O/1999 tanggal 28 Januari 1999 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Bahasa. Dalam SK tersebut juga termuat pembentukan empat
balai bahasa baru, yakni Balai Bahasa Padang di Sumatera Barat, Balai Bahasa
Banjarmasin di Kalimantan Selatan, Balai Bahasa Jayapura di Irian Jaya, dan
Balai Bahasa Surabaya di Jawa Timur.
Dengan keluarnya SK Mendikbud Nomor 226/O/1999 dan disusul dengan
keluarnya Daftar Isian Kegiatan (DIK) Nomor 003/23/2000 tanggal 1 April 2000,
secara resmi beroperasilah Balai Bahasa Semarang. Dengan demikian,
beroperasinya Balai Bahasa Semarang secara otomatis bersamaan dengan balai-
balai dan kantor-kantor bahasa di seluruh Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Bahasa
di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 17 April 2012,
nomenklatur Balai Bahasa Semarang berubah menjadi Balai Bahasa Provinsi Jawa
Tengah.

2. Tugas dan Fungsi Balai Bahasa


Tugas adalah melaksanakan penelitian, pengembangan, dan pembinaan,
serta pelayanan kebahasaan dan kesastraan di daerah.
Fungsi Balai Bahasa Jawa Tengah sebagai berikut:
a. melaksanakan kebijakan teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa di bidang pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra
Indonesia,
b. merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pembinaan
dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia di daerah,
c. bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan
teknis di bidang kebahasaan dan kesastraan daerah.

4
3. Struktural Organisasi
Balai Bahasa Jawa Tengah dipimpin oleh kepala balai. Kepala Balai
Bahasa Jawa Tengah membawahi bagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional. Adapun jabatan fungsional terdiri atas bidang pengembangan dan
bidang pembinaan.

4. Program Kerja
Program kerja dibagi menjadi dua yaitu program kerja bidang
pengembangan dan pembinaan.
1. Bidang Pengembangan:
a. Penelitian bahasa dan sastra;
b. Penerbitan jurnal ilmiah Jalabahasa dan Alayasastra;
c. Penerbitan kamus dwibahasa Indonesia-Jawa;
d. Penyusunan soal-soal UKBI;
e. Penyusunan bahan ajar penunjang BIPA;
f. Penyusunan ensiklopedia sastra;
g. Pengelolaan perpustakaan.
2. Bidang Pembinaan:
a. Penyuluhan bahasa dan sastra;
b. Bengkel sastra;
c. Seminar bahasa dan sastra;
d. Siaran pembinaan bahasa dan sastra di media massa;
e. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia;
f. Kerja sama dengan berbagai pihak/instansi/lembaga/organisasi profesi.

C. Pembahasan
Kegiatan kunjungan Balai Bahasa Jawa Tengah yang dilaksanakan pada
tanggal 9 Juni 2022. Acara yang pertama diawali dengan sambutan-sambutan oleh
tiga pembicara yaitu:
a. Ketua Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Purworejo, Ibu Umi Faizah, M.Pd.

5
b. Dosen Mata kuliah BIPA Universitas Muhammadiyah Purworejo, Bapak
Suryo Daru Santoso, M.Pd.
c. Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Dr. Ganjar Harimansyah,
kemudian dilanjutkan acara inti yaitu materi yaitu Kebijakaan
Kebahasaan di Indonesia dan Program BIPA di Jawa Tengah.
Alu-aluan pembuka wacana menjelaskan bahwa pemahaman dasar BIPA,
bahasa adalah cermin diri bukan sekedar alat komunikasi. Tertapi mememiliki
pola bahasa tertentu sesuai dengan perilaku tertentu, termasuk faktor-faktor
bahasa mempengaruhi keputusan seseorang atau mempengaruhi kecendekiaan dan
penggunaan logika komunikasi sehari-hari.
Dalam memahami bahasa diperlukan untuk mengetahu pengaruh dalam
berbagai ranah penggunaan. Bahasa tidak sekedar alat komunikasi. Pertama,
bahasa bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa,
melainkan khazanah berbagai refleksi pemikiran dan pengetahuan. Kedua, bahasa
mencerminkan daya kreativitas dan keberagaman intelektualitas sebagai
realisasikan kemanusiaan.
Keberagaman bahasa di Indonesia membuat manusia terkungkung oleh
bahasa. Hal ini membuat manusia tidak dapat berpikir dan berkomunikasi kecuali
dengan bahasa yang dikuasai. Contoh pada kalimat berikut:
Di Indonesia pulang pergi.
Orang asing atau luar negeri menanyakan pada kata PP menajadi pergi
pulang. Tentunya hal ini tidak lazim di telinga orang Indonesia. Namun, sebagai
pengajar BIPA harus dibekali dengan pemahaman kaidah-kaidah kebahasaaan
Indonesia dan budaya kepada orang asing.
Di Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bahasa daerah
yang terbanyak di dunia sekitar 718 bahasa dan tersebar dari Sabang di titik barat
hingga ke Merauke di titik timur serta dari Mingas di titik utara hingga ke Rote di
titik selatan. Kekayaan itu terhampar di tiga zona waktu yang setara dengan
rentangan dari Britania Raya di titikbarat hingga ke Yunani di titik timur.
Contoh isu peraturan di dalam pendidikan sangat banyak. Salah satunya
ialah permasalahan dalam kebahasaan Indonesia di Indonesia. Contohnya kurtilas
Bahasa Inggris dihilangkan karena banyak sekolah Internasional menggunakan

6
bahasa Inggris sebagai bahasa aktif dalam pengajaran. Bahasa asing digunakan
untuk pembelajaran khusus. Maka perlu regulasi di Indonesia dalam perundang-
undangan.
Ada tiga posisi penggunaan bahasa di Indonesia. Pertama bahasa
Indonesia, sebagai bahasa persatuan, nasional, negara dan identitas bangsa.
Kedua, bahasa daerah sebagai identitas kedaerahan yang eksistensinya berada di
tengah ancamaan kepunahan dan upaya pelestarian. Ketiga, bahasa asing dan
pemakaian masyarakat oleh masyarakat sebagai bagian dari masyarakat global.
Di Indonesia memiliki dasar hukum regulasi kebahasaan. Hal ini tertera
pada UUD 1945 pasal 36 berbunyi “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”.
Kemudian, UUD 1945 pasal 32 ayat 2 berbunyi “Bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional”. Adapula di UU RI No. 24 Tahun 2009 Pasal 25-45 berbunyi
“kewajiban menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang digunakan
dalam acara kenegaraan, dokumen resmi negara, pendidikan, pelayanan publik,
peraturan perundangan-perundangan, dan ketenagakerjaan serta perihal lembaga
kebahasaan”. Terakhir, pada PP No.57 Tahun 2014 berbunyi “pengembangan,
pembinaan, dan pelindung bahasa dan sastra, serta peningkatan fungsi bahasa
Indonesia”.
Pelindungan terhadap bahasa dilakukan dalam sekurang-kurangnya dua
tingkat, yaitu tingkat dokumentasi dan tingkat revitalisasi. Pelindungan bahasa
pada tingkat dokumentasi akan dilakukan pada bahasa yang sudah tidak ada
harapan untuk digunakan kembali oleh masyarakatnya. Bahasa yang dalam
keadaan hampir punah dan bahasa yang sangat teracam hanya dapar dilindungi
dengan mendokumentasikan bahasa-bahasa itu sebelum bahasa itu punah yang
sebenarnya. Dokumentasi itu penting untuk menyiapkan bahan kajian jika suatu
saat diperlukan.
Kemudian, pelindungan terhadap bahasa yang masih digunakan oleh
penutur dari sebagian generasi muda dalam hampir semua ranah atau oleh semua
generasi muda dalam ranah keluarga dan agama serta kegiatan adat dilakukan
revitalisasi untuk pelestarian. Tentu saja untuk revitalisasi itu diperlukan tahap-
tahap pendahuluan meliputi dokumentasi, pengkajian, dan penyusunan bahan-
bahan revitalisasi seperti kamus, tata bahasa, dan bahan ajar. Untuk bahasa yang

7
akan direvitalisasi tentu juga harus disiapkan sistem ortografi yang
memungkinkan bahasa itu diterima dalam media baru.
Dalam hal sastra, pengembangan akan dilakukan terhadap sastra yang
bermutu dan bernilai luhur. Sastra yang seperti itu juga akan didukung upaya
pembinaan agar tradisi bersastra di kalangan sastrawan pemula dan penikmat
sastra tumbuh secara baik.
Pelindungan sastra lisan dilakukan untuk merevitalisasi sastra yang hanya
tinggal berfungsi sebagai sarana adat, ibadah, atau hiburan. Pelindungan sastra
tulis, baik dalam bentuk fisik maupun nilai yang terkandung di dalamnya,
dilakukan terhadap karya sastra yang bernilai luhur untuk aktualisasi.
Aktualisasi yang dimaksud adalah penuangan dalam bentuk-bentuk aktual
atau mengadaptasi karya itu melalui alih aksara, alihbahasa, dan alihwahana
menjadi karya seperti seperti film, komik, atau buku audio. Perlu kita ketahui
fungsi bahasa Indonesia, daerah, dan asing yang diatur dalam regulasi kebahasaan
dan kesastraan. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Fungsi bahasa Indonesia
a) Jati diri bangsa.
b) Kebanggaan nasional.
c) Sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
d) Sarana pemersatu berbagai suku bangsa.
2. Fungsi bahasa daerah
a) Pembentukan kepribadian suku bangsa.
b) Peneguh jati diri kedaerahan.
c) Sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya daerah
dalam bingkai keIndonesiaan.
3. Fungsi bahasa asing
a) Sarana pendukung komunikasi antarbangsa.
b) Sarana pendukung penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
c) Sumber pengembangaan bahasa Indonesia.
Kita sebagai warga negara Indonesia memang seharusnya mempelajari
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentunya dengan cara mempelajari,

8
memahami dan menerapkan ilmu tersebut. Hal ini didukung dengan peraturan
Presiden Nomor 63 tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia Bab II,
Bagian I yang berbunyi “Penggunaan Bahasa Indonesia harus memenuhi kriteria
bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Aspek ini dilihat dari pembentukan kata,
penyusunan kalimat, pengejaan dan teknik penulisan.
Pada Perpres tersebut pula mengatur dalam empat belas hal, yaitu:
Peraturan perundang-undangan, dokumen resmi negara, pidato, sistem
pendidikan, pelayanan administrasi, sistem pendidikan, perjanjian, forum di
Indonesia, komunikasi resmi kerja, laporan instansi pemerintah, karya
ilmiah/publikasi, penamaan geografi, jalan dan lain-lain, info produk, rambu,
fasilitas umum dan media massa. Maka dari Perpres ini juga disebutkan bahwa
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara yang meliputi
surat keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta
jual beli, surat perjanjian, dan surat putusan pengadilan.
Selanjutnya menurut ketetapan PBB dalam pembakuan nama. Dalam
unsur geografis memiliki makna sebagai proses penetapan dan pengesahan nama
mengikuti ketetapan PBB yang mewajibkan penamaan ketetapan PBB yang
mewajibkan menggunakan bahasa lokal untuk mengekalkan sejarah migrasi
penduduk dan jati diri penduduk setempat,
Pemaknaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memiliki pengertian
khusus. Bahasa Indonesia yang baik memiliki maksud bahas Indonesia yaang
sesuai dengan konteks berbahasa yang selaras dengan nilai sosial masyarakat.
Sedangkan, bahasa Indonesia yang benar ialah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia. Kaidah kebahasaan Indonesia diatur
dalam sumber rujukan sebagai berikut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Namun ada beberapa pengecualian dalam kaidah terkait dengan masalah
keagamaan. Hal ini telah menjadi kesepakatan oleh Kementrian Agama RI
meminta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk mengubah ejaan
nama serapan dari bahas Arab untuk enam kata berikut: Kakbah menjadi Ka’bah,
Alquran menjadi Al-Qur’an, Baitulmakdis menjadi Baitulmaqdis, Lailatulkadar

9
menjadi Lailatulqadar, Masjidilaksa menjadi Baitulmaqdis dan Rohulkudus
menjadi Ruhulkudus.
Menurut UU No. 24 tahun 2009 tentang tugas lembaga kebahasaan
tentang pengenbangan dan pelindungan, berbunyi “Mengembangkan bahasa dan
sastra Indonesia dan daerah melalui pengkajian bagi penyusunan program
pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah”.
Pembinaan melaksanakan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah
melalui pembelajaran, pemasyarakatan, pengendalian, dan penghargaan.
Kemudian dalam peningkatan fungsi bahasa Indonesia melalui penginternasional
bahasa dan sastra Indonesia melalui kajian strategis tentang kebhiekaan bahasa di
Indonesia dan diplomasi kebahasaan.
Potensi BIPA sebagai sarana memartabatkan dan menginternasionalkan
bahasa Indonesia. Hal ini fapat dilihat dengan skala diberbagai benua, di Amerika
dan Eropa sebanyak 2 juta penutur, Asia Pasifik dan Afrika 2,4 juta penutur, Asia
Tenggara 5,2 juta penutur dan Indonesia 269 juta penutur. Kemudian, Bahasa
Indonesia mempunyai posisi tawaran yang sangat tinggi. Indonesia memiliki
bahasa dari sebuah negara yang luas dengan penduduk terbanyak keempat di
dunia. Lalu, bahasa dari negara yang kaya dengan sumber daya alam serta
keberagaman budaya, agama, bahasa dan kepercayaan.
Pada dukungan regulasi dalam peyelenggaraan BIPA dan pengajarannya
disebutkan yang pertama pada UUD 45 Pasal 36, UU No. 24 Tahun 2009 Pasal
25-45, PP No. 57 Tahun 2014 dan Permendikbud No.42 Tahun 2018 pasal 19
tentang Kebijakan Nasional Kebahasaan dan Kesastraan.
Maka dibentuklah Program BIPA sebagai sarana penguatan bahasa
Indonesia di kancah dunia. Pada UU No. 24 Tahun 2009 pasal 44 tentang
Bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Program ini
memiliki tujuan peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
Internasional, pelaksanaan diplomasi kebahasaan, dan penyebaran bahasa
Indonesia ke mancanegara melalui jalur pendidikan.
Pengembangan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Pasal 31 ayat 2 disebutkan bahwa

10
peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional dapat
dilakukan melalui cara sebagai berikut:
a. Penggunaan bahasa Indonesia di forum Internasional,
b. Pengembangan program pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing,
c. Peningkatan kerjasama kebahasaan dan kesastraan dengan pihak luar
negeri,
d. Pengembangan dan pemberdayaan pusat pembelajaran bahasa Indonesia
di luar negeri,
e. Upaya lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tujuan BIPA dan pengajarannya yaitu menyebarkan bahasa Indonesia ke
mancanegara. Menambah jumlah darn sebaran warga dunia yang mampu
berbahasa Indonesia dan memahami Indonesia. Menguatkan fungsi bahasa
Indonesia di dalam negeri.
Sasaran BIPA dan pengajarannya sebagai berikut:
a. Penutur asing yang secara mandiri, kelompok, atau kelembagaan berpotensi
mendukung kepentingan Indonesia di negera setempat.
b. Penutur asing yang berminat untuk melakukan kegiatan produktif di
Indonesia.
c. Penutur asing yang melakukan kegiatan produktif di Indonesia (bekerja,
belajar, dan berwisata)
Dari kedua hal tersebut memberikan dampak dari BIPA tersebut. Bahasa
Indonesia menjadi jati diri bangsa yang berwibawa sehingga dapat memperkuat
keberadaan, peran, dan pengaruh Indonesia dalam persahabatan dan persaingan
antarbangsa dan antarnegara.
Peran strategi Badan Bahasa dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
dalam program BIPA. Pertama, regulasi adalah penyediaan peraturan dan
kebijakan sebagai acuan nasional dan internasional program BIPA.
Pengembangan dan penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria program
BIPA di dalam dan luar negari lintas sektor sebagai acuan nasional dan
internasional. Kedua, koordinasi adalah pengembangan jejaring kerjasama dan
kemitraan nasional dan internasional program BIPA. Langkah-langkah yang
dilakukan tahap kedua ini sebagai berikut:

11
a. Pertemuan koordinasi antarpemangku kepentingan tingkat nasional dan
internasional.
b. Pengembangan kemitraan program dan anggran lintas kementrian dan
lembaga.
c. Pengembangan kerja sama riset dan pengembangan lintas kementrian dan
lembaga.
Ketiga, fasilitas adalah penyediaan data, informasi, bahan dan layanan bagi
penerimaan manfaat dan pemangku kepentingan program BIPA. Langkah-langkah
tahapan ini sebagai berikut:
a. Penyediaan bahan fasilitas pembelajaran.
b. Penyediaan pengajar BIPA
c. Penyelenggaraan pertemuan ilmiah dan bimtek.
d. Penyelenggaraan kegiatan aspresiasif dan kompetitif.
e. Fasilitas pengajaran jarak jauh daring.
f. Penyediaan akses layanan daring terintegrasi.
Ragam kegiatan fasilitas pengembangan program BIPA, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengambil peran dalam ranah regulasi,
koordinasi dan fasilitas. Dalam ranah fasilitas, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa melaksanakan beragam kegiatan yang dikelompokkan dalam
tiga lingkup berikut:
a) Penyusunan standar, bahan ajar, dan bahan pendukung pembelajaran
BIPA.
b) Pengiriman dan penugasan tenaga pengajar BIPA untuk luar negeri.
c) Fasilitas pengembangan program BIPA di dalam dan luar negeri.
Khazanah bahasa dan sastra di Indonesia sangat beragam, tetapi sebagian
besar dari keragaman itu berada dalam kondisi yang memrihatinkan. Beberapa
bahasa memang masih tergolong dalam posisi aman, tetapi tidak sedikit bahasa
yang dalam posisi terancam, hampir punah, atau bahkan telah punah.
Dasar hukum yang melandasi kebijakan penanganan bahasa dan sastra daerah
telah telah ditetapkan baik dalam UUD 1945 maupun UU 24 tahun 2009.
Keduanya mencerminkan kemauan politik pemerintah yang nyata, tetapi
realisasi upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra

12
daerah belum optimal. Dalam rangka optimalisasi, beberapa provinsi telah
melahirkan perda. Demikian juga beberapa kementerian. Akan tetapi, optimalisasi
upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah belum
dilakukan dalam batas-batas yang seharusnya
Setelah selesainya acara inti dilanjutkan dengan sesi tanya jawab,
kemudian penyerahan kenang-kenangan antara Prodi Pendidikan bahasa dengan
sastra Indonesia kepada kepala balai bahasa Jawa Tengah. Diakhiri dengan sesi
foto bersama.

D. Penutupan
Simpulan
Dari laporan diatas dapat dari kunjungan yang dilakukan oleh prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2019 di Balai Bahasa Jawa
Tengah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2022. Dapat disimpulkan bahwa
dari pemaparan materi dapat membuka cakrawala pengetahuan dan pemahaman
tentang ruang lingkup BIPA bagi mahasiswa.

Saran
Menurut saya saran dari kegiatan kunjungan Balai Bahasa Jawa Tengah
ialah pelaksanaan kegiatan yang lebih tepat waktu agar dapat memberikan
kesempatan bagi mahasiswa dalam sesi tanya jawab secara maksimal.

13
Lampiran
Dokumentasi Kegiatan

(Dokumentasi pemberian sambutan dari Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa


Tengah Dr. Ganjar Harimansyah, Bapak Suryo Daru Santoso, M.Pd. dan Ibu Umi
Faizah, M.Pd. )

(Acara inti yaitu pemaparan materi Kebijakan Berbahasa di Indonesia dan


Program BIPA)

14
(Peserta Kunjunga Balai Bahasa Jawa Tengah yaitu Mahasiswa PBSI Uniiveritas
Muhammadiya Purworejo )

(Sesi tanya jawab antar Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo


dengan Kepala Balai Bahasa)

(Pemberian kenang-kenangan dari PBSI Universitas Muhammadiyah Purworejo


kepada Balai Bahasa Jawa Tengah)

15
(Pemberian kenang-kenangan dari Balai Bahasa Jawa Tengah kepada PBSI
Universitas Muhammadiya Purworejo )

(Sesi Foto Bersama)

16

Anda mungkin juga menyukai