Anda di halaman 1dari 5

1.

Gel
Gel merupakan sistem semi padat, penampakannya jernih dan tembus cahaya. Gel
mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam, yaitu fase
terdispersi yang berikatan dengan medium pendispersi (Ansel, 1989). Gel adalah sistem
semipadat di mana fase cairnya dibentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi
(terdiri dari gom alam atau gom sintetis) yang tingkat ikatan silang fisinya (atau kadang
kadang kimia) tinggi. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel
farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-
bahan sintetis dan semisintetis seperti metilselulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan Carbopol (Lachman, 1994). Polimer-polimer yang biasa
digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin,
karagen, agar, asam alginat, serta bahan- bahan sintetis dan semisintetis seperti metil
selulosa, hidroksi etil selulosa, karboksi metil selulosa, dan karbopol yang merupakan
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses
peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang
dari gel (Lachman dkk, 2008). Bahan pembentuk gel untuk farmasi dan kosmetik
idealnya harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain dalam
formula, tidak menunjukkan perubahan viskositas yang berarti pada penyimpanan normal
(Zats & Gregory, 1996). Konsistensi gel disebabkan oleh bahan pembentuk gel yang pada
umumnya akan membentuk struktur tiga dimensi setelah mengabsorpsi air. Gel dapat
mengembang, mengabsorpsi larutan dengan peningkatan volume. Pengembangan dapat
terlihat sebagai tahap awal dari disperse dimana fase luar terpenetrasi kedalam matriks
gel dan menyebabkan adanya interaksi antara pembentuk gel dan solven, sehingga gel
merupakan interaksi antara unit-unit pada fase koloidal dari senyawa organik maupun
anorganik yang membentuk structural viscosity yang tidak memisah dari fase luar.
Karakteristik gel yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaan gel. Gel topikal
tidak boleh terlalu liat, konsentrasi bahan pembentuk gel yang terlalu tinggi atau
penggunaan bahan pembentuk gel dengan berat molekul yang terlalu besar dapat
mengakibatkan sediaan sulit dioleskan dan didispersikan (Zats & Gregory, 1996). Syarat
gel yaitu sediaan gel jernih dan konsistensi setengah padat (Ansel, 1989).
Uraian Bahan
a. Ekstrak Daun Jambu Biji
Ekstrak daun jambu biji mengandung salah satunya flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan yang digunakan untuk melindungi tubuh. Dalam formulasi yang telah di
rencanakan ekstrak daun jambu biji berfungsi sebagai bahan aktif dari sediaan.
b. Na-CMC
Natrium karboksimetil selulosa (Na-CMC) merupakan senyawa turunan selulosa
yang dapat larut dalam air. Na-CMC berasal dari turunan selulosa yang berantai lurus,
panjang, larut dalam air, dan anionik polisakarida. Sifat Na-CMC yang dikenal
sebagai bahan yang biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun,
memiliki rentang pH sebesar 6,5 sampai 8,0 dan stabil pada rentang pH 2 – 10, serta
larut dalam air. Na-CMC banyak digunakan diberbagai industri seperti industri
makanan, detergen, kertas, tekstil, keramik, cat, kosmetik, dan pengeboran minyak.
c. Gliserin
Gliserin adalah alkohol polihidrat dengan rumus molekul C3H8O3. Gliserin (juga
disebut sebagai gliserol) adalah senyawa poliol sederhana yang memiliki tiga gugus
hidroksil. Gliserin secara alami terjadi dalam semua hewan dan materi tanaman dalam
bentuk gabungan sebagai gliserida dalam lemak dan ruang intraseluler. Gliserin alam
dapat diperoleh sebagai hasil sampingan dalam konversi lemak dan minyak menjadi
asam lemak atau lemak metil asam esters sedangkan gliserin sintetis mengacu pada
materi yang diperoleh dari sumber-sumber non-trigliserida. Gliserin berfungsi sebagai
humektan.
d. Propilenglikol
Propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan
sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang tidak stabil atau tidak
dapat larut dalam air. Propilenglikol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan
hampir tidak berbau. Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliserol. Dalam
kondisi biasa, propilenglikol stabil dalam wadah yang tertutup baik dan juga
merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air, atau
alkohol. Propilenglikol juga digunakan sebagai penghambat pertumbuhan jamur. Data
klinis telah menunjukan reaksi iritasi kulit pada pemakaian propilenglikol dibawah
10% dan dermatitis dibawah 2%. Propilenglikol telah banyak digunakan sebagai
pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral.
e. Aquades
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga
bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat laboratorium
dari zat pengotor. Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan
hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
aquades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus
fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan
oleh kecenderungan molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton. Maka,
aquades juga dikenal sebagai pelarut universal.

2. Sirup
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung sakrosa, kecuali dinyatakan
lain, kadar sakrosa, C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%. (FI
III, 1979). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar
sukrosa dalam sirup adalah 64- 66%, kecuali dinyatakan lain (Depkes RI, 1979). Sirup
terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil, pengawet, pengental, pewarna,
pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif merupakan zat utama / zat yang berkhasiat
dalam sediaan sirup. Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa
disebut sebagai zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol, etanol,
eter. Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk
memberikan rasa manis pada sirup. Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup
dalam keadaan stabil contoh dari zat penstabil adalah antioksidan, pendapar,
pengkompleks. Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan
lama dan bisa di pakai berulang- ulang. Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup
atau biasa disebut corigen coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan
pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat. Pewarna
yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain
dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan
warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Penambahan pengental kedalam sediaan
sirup hanya jika diperlukan. Pemberikan pewangi ditambahkan hanya jika diperlukan
saja, bertujuan agar obat berbau harum dan menutupi bau zat aktif yang kurang sedap.
Contoh dari pewangi adalah essens straw, oleum rosae, dll. Penambahan perasa ini hanya
jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di berikan pada pasien kurang
enak atau terlalu pahit. Unsur sirup yang terakhir yaitu pengisotonis yang biasanya
ditambahkan pada sediaan steril (Van, 1990). Berdasarkan fungsinya, sirup
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu medicated syrup (sirup obat) dan flavoured
syrup (sirup pembawa). Sirup obat didefinisikan sebagai sirup yang mengandung satu
atau lebih bahan obat. Sirup obat berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat
lain yang berupa preparat yang sudah distandarisasi. Contohnya sirup CTM, paracetamol.
Sirup pembawa biasanya mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa enak yang
digunakan sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa. Salah satu contohnya adalah
sirupus simplex (Ansel, 1989).
Persyaratan mutu dalam pembuatan sediaan sirup, yaitu:
a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 65 % sakarosa, bila lebih
tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 60 % sirup akan
membusuk.
d. Bj sirup kira-kira 1,3
e. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan
fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
f. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya
gula invert.
g. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar
bidang polarisasi kekiri.
h. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah
berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya
oksidasi dari bahan obat.
i. Pada sirup yang mengandung sakarosa 60 % atau lebih, sirup tidak dapat
ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
j. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam
resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
l. Kadang-kadang gula invert dikehendaki misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti
ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup adalah media yang mereduksi, mencegah
bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert dipercepat pembuatannya dengan
memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
m. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa
dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada
pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis
sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
Sifat fisika kimia sirup dapat dilihat viskositas, uji mudah tidaknya dituang, dan uji
intensitas warna. Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar
melewati permukaan antara lain dalam kondisi tertentu bila ruang diantara permukaan
tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Uraian Bahan
a. Ekstrak Daun Jambu Biji
Ekstrak daun jambu biji mengandung salah satunya flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan yang digunakan untuk melindungi tubuh. Dalam formulasi yang telah di
rencanakan ekstrak daun jambu biji berfungsi sebagai bahan aktif dari sediaan.
b. Propilenglikol
Propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan
sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang tidak stabil atau tidak
dapat larut dalam air. Propilenglikol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan
hampir tidak berbau. Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliserol. Dalam
kondisi biasa, propilenglikol stabil dalam wadah yang tertutup baik dan juga
merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air, atau
alkohol. Propilenglikol juga digunakan sebagai penghambat pertumbuhan jamur. Data
klinis telah menunjukan reaksi iritasi kulit pada pemakaian propilenglikol dibawah
10% dan dermatitis dibawah 2%. Propilenglikol telah banyak digunakan sebagai
pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral.
c. Essence Jeruk
 Nama resmi : Essence Orange
 Nama lain : Esensial jeruk
 Berat molekul : 441.4 g/ mol
 Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar, diproses secara mekanik
dan terkandung labih dari 90% lemon
 Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan tempat yang keringserta terhindar
dari cahaya matahari
 Ketidakstabilan : Ketidakstabilan cahaya adalah fitur yang konsisten dari
semua bentuk folat
 Kegunaan : zat pewarna, pewangi dan perasa
d. Sirup Simpleks
Sirupus simplex adalah cairan jernih, tidak berwarna, manis, tidak berbau, kelarutan
nya larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, tetapi sukar larut dalam eter.
Memiliki bobot jenis 1,587 dan digunakan sebagai pemanis di dalam suatu sediaan.

Anda mungkin juga menyukai