Anda di halaman 1dari 3

Mereka yang mendukung adanya euthanasia mengemukakan mengapa euthanasia itu

diperbolehkan, alasan yang mereka paparkan ialah :


1. Euthanasia menyediakan cara untuk meringankan rasa sakit yang hebat.
2. Euthanasia menyediakan cara lega ketika kualitas seseorang hidup rendah.
3. Membebaskan dana medis untuk membantu orang lain.
4. Ini adalah kasus lain dari kebebasan memilih.

Mereka juga berpendapat, bahwa Sumpah Hipokrates itu sudah kuno, ketinggalan
jaman dan sepantasnya aturan yang khusus bersinggungan dnegan euthanasia itu tidak
diadopsi lagi

Di beberapa negara Eropa, terutama negeri Belanda, telah diperbolehkan membantu


pengakhiran hidup manusia. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat – syarat
tertentu, antara lain : orang yang meminta bantuan agar hidupnya diakhiri adalah
orang yang sedang sakit, bukan sembarangan sakit, tetapi menderita sakit yang tidak
dapat disembuhkan, misalnya kanker. Selanjutnya, pasien berada dalam keadaan
terminal, yakni kemungkinan hidupnya tinggal beberapa bulan lagi, jadi tinggal
menunggu kematian. Syarat lainnya, pasien harus menderita sakit yang amat sangat,
sehingga penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan bantuan memberikan morfin.

Perkembangan 1986, pengadilan mengembangkan dasar ukuran medis noematif untuk


menghukum atau tidak menghukum seorang dokter yang melakukan euthanasia,
dengan ukuran sebagai berikut :
1. Menyangkut orang yang menderita penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan
lagi.
2. Penderitaannya semakin hebat, sehingga perasaan sakit tidak tertahankan lagi.
3. Pelakunya dokter yang mengobati.
4. Pasien sudah masuk pada periode akhir hidup.
5. Pasien sendiri telah berkali – kali mengajukan permintaan dengan sangat untuk
mengakhiri hidupnya.
6. Harus ada konsultasi dengan dokter ahli lainnya.

Perkembangan ilmu hukum setelah tahun 1987, muncul pemikiran baru sebagai
standart penegakan hukum yang bersifat komplementer, yaitu:12 1. Dapat dilepaskan
dari tuntutan hukum apabila dokter telah menjalankan tugas sesuai dengan etika
medis dan bertindak secara profesional medis. 11 Ibid. 12 Ibid. 14
2. Dapat dilepaskan dari tuntutan hukum apabila dalam bentuk pseudo euthanasia,
dalam arti :
a. Mengakhiri perawatan pasien karena gejala mati batang otak;
b. Mengakhiri hidup seseorang dlam keadaan darurat (emergency)
c. Memberikan perawatan medis yang tidak berguna lagi dan dokter menolak
perawatan medis berupa auto euthanasia mengingat tanpa ijin pasien dokter tidak
diperkenankan melakukan tindakan medis klarena bertentangan dengan asas
keperdataan.

Tentang euthanasia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) telah


mengeluarkan Surat Edaran (SE) No.702/PB/H.2/09/2004 tentang Euthanasia
(tindakan menghentikan usia pasien) yang ditandatangani oleh Ketua umum IDI Prof
Dr F.A. Moeloek dan Ketua MKEK-IDI Dr Broto Wasisto, MPH. Berdasarkan surat
edaran tersebut :
1. Seruan kepada seluruh dokter untuk menyampaikan yang sebenarnya dan
sejujurnya kepada pasien atau keluarganya tentang penyakit yang dideritanya;
2. Tindakan menghentikan hidup pasien pada tahap menjelang ajalnya, patut
dihormati. Namun demikian dokter wajib untuk terus merawatnya sekalipun pasien
dipindahkan ke fasilitas pelayanan lainnya. Beban yang menjadi tanggungan pasien
harus diusahakan seringan mungkin, dan apabila pasien meninggal seyogyangya
bantuan diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan.
3. Bahwa apabila pasien dan keluarganya menghendaki menempuh cara pengobatan
“alternatif”, tidak ada alsan melarangnya selama tidak membahayakan bagi pasien.
Bahwa dalam menghadapi pasien yang secara medis tidak dimungkinkan lagi untuk
disembuhkan, termasuk 21 penderita “demetia” lanjut disarankan untuk memberikan
perawatan hospis (Hospis Care);
4. Dalam situasi dimana ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah tidak
diharapkan memberikan kesembuhan, maka upaya perawatan pasien harus lebih
ditujukan untuk memperoleh kenyamanan dan meringankan penderitaan;
5. PB IDI mengharapkan Komite Medik di setiap rumah sakit untuk menyusun
pedoman yang lebih rinci dan teknis dalam menghadapi kemungkinan pasien dan atau
keluarga yang meminta euthanasia.

Sejauh ini euthanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda, Belgia serta ditoleransi
di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss
secara moral
pembunuhan memang dilarang, akan tetapi berbeda dengan euthanasia. Walaupun
itu hakikatnya pembunuhan, tindakan ini secara moral dapat dibenarkan karena
membuat seseorang yang sakit parah dengan mempercepat kematiannya itu lebih
baik daripada membiarkan mereka merasakan sakit yang begitu sakitnya.

Perlu diketahui bahwa perkembangan euthanasia dalam pengaturan hukum di dalam


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Uruguay telah melangkah begitu jauh yang di
antaranya disebutkan sebagai berikut, “Hukum dapat menganggap seseorang tidak
bersalah, bila ia melakukan perbuatan membunuh yang bermotifkan perasaan kasihan
sebagai kelanjutan dari permintaan si korban kepadanya berulang-ulang”. Di Amerika
Serikat yang menganut aliran hukum Anglo Saxon, “melakukan euthanasia bukan
suatu yang perlu dipermasalahkan karena dalam sistem hukum yang demikian
memungkinkan seseorang untuk meminta putusan pengadilan untuk mengesahkan
suatu tindakan”. California menjadi negara bagian yang membuat undang-undang dan
telah mengeluarkan suatu produk legislatif perihal “Hak untuk mati” dalam bentuk
undang-undangnya yang diberi nama “The Natural Death Act” 1976

menyatakan bahwa: Undang-undang Negara Bagian California akan mengakui hak


orang dewasa untuk membuat instruksi tertulis yang menginstruksikan dokternya
untuk menahan atau mencabut prosedur penunjang hidup jika terjadi kondisi terminal.

setiap individu memiliki hak untuk menentukan masa depan kehidupannya. Terlebih
jika individu tersebut dalam keadaan sakit berat yang menimbulkan penderitaan bagi
dirinya sendiri.
Otonomi adalah konsep bahwa pasien memiliki hak untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan kehidupan mereka sehingga selama itu tidak menyebabkan kerugian
kepada orang lain.

SUMPAH HIPOKRATES
Sumpah Hipokrates telah diubah dalam sejumlah kesempatan sebagai beberapa ajaran
yang menjadi tidak terlalu dan kurang dapat diterima

sumpah Hipokrates tidak memiliki status hukum, sumpah tersebut hanya menjadi
ritual simbolik yang kebanyakan lulusan sekolah kedokteran yang tidak banyak
memperhatikannya, jika mereka berpartisipasi pada akhirnya

Sumpah hiprokates yang mengkutip ini sudah tidak relevansi terhadap kondisi saat
ini. Apakah dokter harus memperpanjang hidup pasien yang justru dapat membuat
pasien merasa lebih kesakitan daripada sakit yang dideritanya. Justu dengan membuat
pasien meninggal akan menjadi hal yang lebih baik, pasien tidak merasakan sakit
yang berlebihan.

Dala sumpah Hippokrates “not to harm” sebagai alasan sah untuk dilakukannya
tindakan euthanasia tersebut. Karena mereka berpendapat bila perpanjangan hidup
pasien itu akan justru membuat pasien lebih sakit dengan dibantu alat –alat
penyokong kehidupannya

legalisasi euthanasia tidak akan mengurangi perawatan paliatif dokter terhadap pasien.
Perawatan paliatif telah menjadi penerima bantuan yang utama dari Oregon Death
with Dignity Act (yang mengesahkan Physican Assisted Suicide) sejauh ini. Sejak
pengesahan UU tersebut, mereka telah melihat bangkitnya kembali kepentingan
dalam komunitas medis dalam perawatan paliatif. Rujukan Rumah perawatan telah
meningkat sebesar 20 persen, dan sekarang Oregon memimpin bangsa dalam resep
morfin. Ini memiliki efek yang bermanfaat pada kehidupan akhir perawatan

Anda mungkin juga menyukai