Oleh :
Jumhati
ABSTRAK
_____________________
1
Penulis adalah Guru SD Negeri Kulur I Kecamatan Majalengka
22
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470
23
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470
pada siswa, alat-alat baru, apalagi yang bahkan mungkin sudah menjadi kebiasaan
rumit. dalam menyampaikan proses pembelajaran
3. Tipe belajar individu yang berbeda. peran guru masih dominan. Hal ini
Terdapat tipe belajar sebagai berikut : mungkin disebabkan karena guru masih
a. Tipe Visual : Orang yang bertipe ini berpandangan bahwa pengetahuan adalah
lebih mudah belajar dengan melihat sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
atau menyaksikan, baik secara dihapalkan oleh peserta didik atau siswa.
langsung maupun melalui alat/benda Dengan adanya pandangan tersebut
tiruan. Dalam hal ini metode mengakibatkan kelas masih berfokus pada
demonstrasi sebaiknya banyak guru sebagai satu-satunya sumber
digunakan. pengetahuan. Kegiatan belajar mengajar di
b. Tipe auditif : Orang yang bertipe ini kelas kurang menggali potensi siswa,
mudah belajar dengan mendengarkan metode mengajar kurang bervariasi dan
(suara), seperti mendengarkan kemudian ceramah menjadi alternative
penjelasan atau ceramah dari guru, utama dalam strategi belajarnya.
mendengarkan orang yang bertanya
jawab atau diskusi, dan Akbiat dari masih adanya pandangan
mendengarkan penjelasan melalui tersebut menyebabkan siswa pada
media elektronik seperti tape umumnya hanya menerima informasi-
recorder, radio, TV, dan video. informasi yang diberikan oleh guru,
c. Tipe motorik : orang yang bertipe ini menulis tentang informasi yang
lebih mudah belajar dengan disampaikan oleh guru, siswa bersifat
melakukan langsung. Dalam hal ini pasif atau lebih banyak mendengar, dan
metode demonstrasi, latihan atau mengerjakan latihan soal-soal. Dengan
drill sebaiknya banyak digunakan. rutinitas kegiatan tersebut menyebabkan
d. Tipe campuran: tipe belajar ini proses belajar mengajar menjadi
merupakan kombinasi atau campuran menonton, tidak menarik, bersifat
dari tipe-tipe belajar tersebut di atas. membosankan, dan membuat siswa enggan
untuk belajar karena tidak termotivasi
Pengelompokan tipe belajar tersebut sehingga pada akhirnya berdampak pada
secara teoritis saja, dan sulit secara pasti hasil belajar siswa yang rendah.
dan ekstrim memisahkan yang satu dengan
yang lainnya. Jadi, dalam hal ini dilihat Usman, U. (2002:22) berpendapat
saja kecenderungannya apakah ia termasuk bahwa: “Dalam kehidupan di sekolah
tipe visual, tipe auditif, tipe motorik, atau sering terjadi anak didik itu masih
tipe campuran. diperlakukan sebagai objek didik yang
seolah-olah dapat dibentuk sekehendak
Dari latar belakang di atas maka pendidik dan dianggap mempunyai
penulis memberikan judul pada penelitian kemampuan yang sama. Akibatnya banyak
ini adalah “Penggunaan Metode siswa yang tidak mempedulikan guru dan
Demonstrasi untuk Meningkatkan pelajarannya.”
Pemahaman Siswa pada Pembelajaran IPA
Tentang Benda-benda yang Bergerak Demikian juga halnya sikap siswa
Menggunakan Batu Baterai di Kelas I SD terhadap mata pelajaran IPA pada
Negeri Kulur I” umumnya masih menganggap bahwa mata
pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang
KAJIAN PUSTAKA sukar dan membosankan, sebab sebagian
besar materi terdiri dari konsep-konsep
Berdasarkan kenyataan yang terjadi yang memerlukan pembuktian. Sehingga
di lapangan, dewasa ini masih berlangsung dirasakan oleh siswa menjadi mata
24
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470
25
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470
itu perlu adanya perbaikan untuk siklus pemelajaran IPA tentang benda-benda
berikutnya. Untuk meningkatkan bergerak menggunakan batu bateri dengan
pemahaman siswa sekaligus meningkatkan menggunakan metode demonstrasi
hasil belajar siswa. dikatakan berhasil.
Pada siklus II, kegiatan pembelajaran Pada siklus II, pemahaman siswa
dilaksanakan dengan materi masih lebih meningkat, hal ini dapat terlihat
melanjutkan tentang benda-benda yang dalam raihan hasil tes siswa siklus II
bergerak menggunakan batu baterai, mencapai rata-rata 92 melebihi nilai KKM
dengan menggunakan metode bervariasi yang telah ditentukan. Dan persentse
dengan kegiatan demonstrasi pengamatan, keberhasilan pun lebih meningkat bahkan
penelitian dan diskusi. Pembelajaran juga mencapai 100% semua siswa mendapat
menggunakan alat peraga nyata berupa nilai di atas nilai KKM.
gambar nyata sebagai objek penelitian.
Situasi belajar semakin aktif, siswa Dari data siklus II tersebut
semakin termotivasi untuk belajar menunjukan adanya peningkatan hasil
mengganti objek pembelajaran, sehingga belajar siswa yaitu nilai tes siswa yang
siswa lebih memahamai materi yang meningkat dari rata-rata 81 menjadi 92 dan
diajarkan. Dengan peningkatan hasil tes pencapaian siswa yang nilainya di atas
pada siklus II berarti perbaikan KKM dari jumlah 16 orang sama dengan
pembelajaran yang dilakukan pada siklus 70 % menjadi 20 orang atau sama dengan
II menunjukan hasil yang optimal. 100 %.diindikasikan adanya hubungan
yang signifikan antara menggunakan
Pada siklus I, rata-rata nilai hasil tes metode demonstrasi dengan peningkatan
IPA adalah 81, ini melebihi target KKM pemahaman siswa. Dengan demikian
yang hanya 65. Walaupun rata-rata yang penggunaan metode demonstrasi dalam
dicapai siswa melebihi KKM namun pembelajaran IPA di kelas I tentang benda-
persentase keberhasilan siswa hanya 70 % benda yang bergerak menggunakan batu
di bawah criteria belajar tuntas yaitu 75 %. bateri berhasil. Artinya bahwa penggunaan
Ini berarti bahwa belum semua siswa metode demonstrasi dapat meningkatkan
mampu memahami materi pembelajaran pemahaman dan aktivitas belajar siswa.
IPA tersebut. Dari 20 orang siswa hanya
14 orang yang mendapat nilai di atas SIMPULAN DAN SARAN TINDAK
KKM, dan 6 orang siswa yang nilainya di LANJUT
bawah KKM.
Simpulan
Secara rinci siswa yang telah Berdasarkan uji coba yang dilakukan
memenuhi target KKM sebanyak 16 orang oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa,
dan yang belum mencapai target KKM materi benda-benda yang bergerak
sebanyak 6 orang. Selebihnya, 16 orang menggunakan batu baterai merupakan
siswa langsung diberikan pengayaan, bagian dari pembelajaran Ilmu
sedangkan siswa yang nilainya kurang dari Pengetahuan Alam yang harus dikuasai
KKM sebanyak 6 orang diberikan siswa. Untuk mengefektifkan pem-
perbaikan. belajaran IPA terutama tentang benda-
benda yang bergerak menggunakan batu
Dari data yang ada pada siklus I baterai, diperlukan metode yang tepat.
dapat dikatakan bahwa persentase Metode demonstrasi memiliki dampak
keberhasilan 70 % tergolong tinggi lebih baik dalam mencapai keberhasilan
menurut kriteria keberhasilan menurut pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
saadah. Maka diindikasikan bahwa
27
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470
tentang benda-benda yang bergerak selelu menerima masukan dari siswa, dan
menggunakan batu baterai. memberikan kesempatan yang luas pada
siswanya untuk berpendapat dan berkreasi
Keberhasilan pembelajaran benda- dalam kegiatan pembelajaran.
benda yang bergerak menggunakan metode
demonstrasi disebabkan pula oleh adanya
keterlibatan siswa secara aktif dalam DAFTAR PUSATAKA
proses belajar mengajar. Dari setiap
metode pembelajaran mempunyai Ahmad Djaok. 1996. Didaktik/Metoik
kelebihan dan kekurangan, metode yang Umum. Jakarta : Depdikbud.
baik adalah metode yang tepat dalam Azhar Muhamad Lalu. 1993. Proses
penggunaannya.
Belajar Mengajar Pola CBSA.
Surabaya : PT Usaha Nasional
Saran Tindak Lanjut
Guru yang professional adalah guru Darmodiharjo, Darji. 1984. Pedoman
yang mampu mengelola kegiatan proses Metode Penyajian Pembelajaran.
belajar mengajar dengan baik dari mulai Jakarta : Depdikbud
perencanaan, pelaksanaan, juga Mudjito. 1998. Manajemen Sekolah Dasar.
pengevaluasian hendaknya dilakukan Bandung : CV Inti Buku Utama.
dengan sungguh-sungguh. Guru harus
mampu menguasai materi yang akan Muhsetyo Gatot. 2007. Pembelajaran
diajarkan, mampu memilih metode yang Matematika SD. Jakarta : Universitas
tepat, guru juga harus mampu menerapkan Terbuka
media pembelajaran yang sesuai dan Satori Djam,an. 2007. Profesi keguruan.
mampu memilih alat evaluasi yang tepat. Jakarta : Universitas Terbuka.
Jika hal tersebut dilakukan besar
kemungkinan pembelajaran akan berhasil. Suprayekti, dkk. 2007. Pembaharuan
Guru penting sekali melakukan Pembelajaran di SD. Jakarta :
inovasi pembelajaran baik dengan Universitas Terbuka.
melaksanakan berbagai perbaikan Undang Gunawan 2001. Peningkatan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas Mutu Proses Belajar Mengajar
pembelajaran dan meningkatkan hasil Sekolah Dasar. Bandung : CV
belajar siswa sekaligus meningkatkan mutu Pembanguan Jaya.
pendidikan.
Winatraputra, Udin S. 2007. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta :
Siswa dapat menilai kurang dan
Universitas Terbuka.
lebihnya guru dalam memberikan
pelajarannya. Maka siswa mempunyai hak Wahyudin H. Din. 2007. Pengantar
untuk memberikan penilaian, sehingga Pendidikan. Jakarta : Universitas
dapat memberikan masukan terhadap Terbuka
kekurangan guru tersebut. Guru yang baik
28