2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Mengetahui,
ii
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “Nanopartikel Magneetik-Kitosan Sebagai Adsorben Logam Antimikroba
Cu(II) dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri E. Coli dan Staphylococcus
epidermis”. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengerjakan skripsi pada program Sarjana di Prodi Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengeatahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih pada :
1. Dr. rer. nat. Adhitasari Suratman, S.Si., M.Sc., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
proses penyususan proposal skripsi.
2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal
skripsi.
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta dikembangkan lagi lebih lanjut.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
II.2.1 Perumusan hipotesis 1 .......................................................................... 17
II.2.2 Perumusan hipotesis 2 .......................................................................... 18
II.2.3 Perumusan hipotesis 3 .......................................................................... 18
II.2.4 Rancangan penelitian ........................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 21
III.1 Bahan ......................................................................................................... 21
III.2 Alat ............................................................................................................ 21
III.3 Prosedur Penelitian .................................................................................... 21
III.3.1 Sintesis Nanopartikel Magnetit-Kitosan ............................................. 21
III.3.2 Karakterisasi material ......................................................................... 22
III.3.3 Uji adsorpsi logam Cu(II) ................................................................... 22
III.3.4 Uji antibakteri ..................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
v
DAFTAR GAMBAR
vi
NANOPARTIKEL MAGNETIT-KITOSAN SEBAGAI ADSORBEN
LOGAM ANTIMIKROBA Cu(II) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP
BAKTERI E.COLI DAN STRAPHYLOCOCCUS
INTISARI
vii
MAGNETITE-CHITOSAN NANOPARTICLES AS A Cu(II)
ANTIMICROBIAL METAL ADSORBENT AND ITS ACTIVITY TESTS ON A
E. COLI AND STRAPHYLOCOCCUS BACTERIES
ABSTRACT
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
I.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk :
I.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
II.1.1 Magnetit
Magnetit (Fe3O4) merupakan oksida besi campuran yang terbentuk dari
reaksi antara oksida besi(II) dan besi(III) dimana hasil pencampuran ini
memberikan sifat yang unggul dibandingkan oksida besi (II) dan oksida besi (III)
masing-masing. Keunggulan yang dimiliki magnetit dibandingkan oksida besi
adalah sifat magnetiknya yang lebih kuat, hal ini yang menyebabkan magnetit
popular dikalangan material sains maupun material terapan (Sari,2017)
Sifat magnetik pada magnetit sebagian besar dipengaruhi oleh morfologi,
ukuran dan karakteristik fisika dari partikel tunggal, dan interaksi antarmuka.
Magnetisasi (per atom) dan anisotropi magnetik nanopartikel berbeda dengan sifat
material bulk, serta memiliki perbedaan suhu Curie (Tc) dan suhu Neel (Tn). (
Riyanto, 2012).
Sifat magnetik dari nanopartikel sangat dipengaruhi oleh efek ukuran dan
efek permukaannya. Efek ukuran dihasilkan dari elektron yang terperangkapnya
secara kuantum sedangkan efek permukaan dihubungkan kepada perubahan simetri
dari struktur Kristal pada bidang batas setiap partikel. luas permukaan partikel yang
besar juga menjadi salah satu keunggulan nanopartikel magnetik sehingga memiliki
kapasitas besar untuk mengadsorpsi ion logam berat (Mahmudah dkk., 2014).
Untuk partikel dengan ukuran kurang dari 30 nm, magnetit menunjukkan
sifat-sifat super paramagnetik. Sifat superparamagnetik merupakan sifat yang
muncul pada material berorde satu domain magnetik. Ukurannya yang kecil
menyebabkan material tersebut sangat reaktif terhadap medan magnet luar, namun
jika medan magnet luar dihilangkan pengaruhnya secara perlahan-lahan maka
sifatnya akan mirip dengan material paramagnetik. Superparamagnetik besi oksida
(Fe3O4) nanopartikel memiliki keistimewaan sifat multifungsi seperti toksisitas
5
6
II.1.2 Kitosan
Kitosan adalah kopolimer linear yang terdiri dari β-(1-4)-tersambung unit
2-amino-2-2deoksi-ᴅ-glukosa (ᴅ-glukosamin) dan 2-asetamido-2-deoksi-ᴅ-
glukosa (N-asetil-ᴅ-glukosamin) dihasilkan dari limbah perikanan khususnya
golongan crustacea yaitu udang, kepiting, dan kerang (Sari dan Abdiani, 2015),
Struktur kitosan sangat mirip dengan selulosa (terdiri dari β-(1-4 unit)-tersambung-
ᴅ-glukosa) yang terdapat gugus hidroksil cincin glukosa pada posisi C2. Sebagai
selulosa pada tumbuhan dan kolagen pada hewan, kitin adalah biopolimer struktural
dari banyak cangkang krustasea (udang, kepiting, lobster), moluska, dan juga
beberapa serangga (laba-laba, kumbang, semut) dan mikroorganisme seperti jamur,
spora, dan ganggang. Menariknya, biopolimer ini memiliki berat molekul tinggi
dan struktur berpori, yang mendukung penyerapan air yang tinggi (Priya dkk.,
2014). Struktur kimia dari kitosan disajikan pada Gambar II.2
7
II.1.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben
yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antar molekul atau interaksi kimia atau
akibat dari medan gaya pada permukaan adsorben yang menarik molekul-molekul
gas, uap, atau cairan. Dalam proses adsorpsi terdapat berbagai macam gaya antar
molekul yang sangat menentukan jenis adsorpsi yang berlangsung, yaitu gaya Van
der Waals, ikatan hidrogen, gaya elektrostatik, dan ikatan kovalen (Ruthven, 1984)
Berdasarkan jenis interaksi antara adsorben dan adsorbat, adsorpsi
digolongkan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi kimia dan adsorpsi fisika. Adsorpsi
fisika terjadi karena adanya ikatan van der waals yang lemah antara permukaan
adsorben dengan adsorbat. Secara fisik, adsorbat terdifusi di permukaan adsorben
tanpa terikat secara spesifik. Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia
berupa ikatan ion dan kovalen antara adsorben dan adsorbat (Dabrowski, 2001).
Jika adsorbat dan permukaan adsorben bereaksi secara kimiawi maka disebut
chemisorption. Nilai panas adsorpsi setara dengan reaksi kimia karena adanya
ikatan kimia yang terbentuk maupun yang terputus selama proses adsorpsi. Untuk
membedakan fenomena tersebut maka digunakan variabel suhu. Adsorpsi fisis
ditandai dengan penurunan jumlah yang teradsorpsi dengan peningkatan suhu
(Castellan, 1985).
Pada proses adsorpsi, interaksi antara adsorben dan adsorbat dipengaruhi
oleh beberapa parameter yaitu Ph, massa adsorben, dan konsentrasi adsorbat untuk
mengetahui keefektifan dari adsorben dalam proses adsorpsi (Bonilla-Petriciolet
dkk., 2017). Selain itu waktu kontak juga sangat berperan penting dalam proses
adsorpsi. Tingkat keasaman (pH) larutan merupakan parameter paling berpengaruh
karena muatan permukaan adsorben dan adsorbat sangat bergantung pada . Semakin
besar massa adsorben maka jumlah situs aktif dan luas permukaan akan bertambah,
sehingga interaksi adsorben dan adsorbat semakin sering terjadi. Akan tetapi,
jumlah adsorben yang terlalu banyak juga dapat mempengaruhi karakteristik fisik
dari suspensi padat-cair dan dapat meningkatkan viskositas serta menghambat
11
difusi dari adsorbat ke permukaan adsorben. Pada waktu kontak awal proses
adsorpsi, situs aktif adsorben yang kosong melimpah sehingga adsorbat akan
mudah berinteraksi dengan adsorben dan kemampuan adsorpsi meningkat pesat.
Peningkatan waktu interaksi menyebabkan molekul adsorbat yang telah
berinteraksi dengan situs aktif adsorben semakin banyak sehingga situs aktif yang
tersedia semakin sedikit dan semakin sulit ditempati adsorbat dan tercapai suatu
kesetimbangan. Peningkatan konsentrasi awal adsorbat pada berat adsorben yang
tetap pada mulanya akan meningkatkan interaksi antara adsorbat dan adsorben,
karena semakin banyak jumlah adsorbat maka tumbukan antara adsorbat dan
adsorben akan semakin sering terjadi. Namun apabila sudah tercapai
kesetimbangan, maka konsentrasi adsorbat yang terlalu tinggi justru menimbulkan
penurunan kemampuan adsorpsi karena viskositas larutan meningkat sehingga
menyebabkan difusi adsorbat ke permukaan adsorben lebih sulit terjadi (Suzuki dan
Suzuki, 1990) .Metode adsorpsi memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah
pengolahannya relatif sederhana, efisiensinya relatif tinggi, efektif serta tidak
memberikan dampak buruk terhadap lingkungan (Hossain dkk., 2012). Metode
adsorpsi relatif memiliki efisiensi yang tinggi sebab dapat menghilangkan atau
memulihkan semua adsorbat dalam larutan, yang membuktikan pemisahan terjadi
secara sempurna (Bonilla-Petriciolet dkk., 2017).
adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Holle dkk., 2013). Selain itu,
studi kinetika dan isoterm adsorpsi juga dapat untuk mengetahui energi yang
dihasilkan akibat proses adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben
sehingga dapat diketahui interaksi antara adsorbat dengan adsorben apakah
interaksinya secara fisika atau kimi yang dapat digunakan untuk memprediksi
proses desorpsi adsorbat pada permukaan adsorben (Yanti dkk., 2016).
Kinetika adsropsi dilakukan dengan variasi konsentrasi awal adsorbat,
massa adsorben, ukuran partikel, kecepatan agitasi, pH, dan temperatur. Beberapa
persamaan dapat digunakan untuk memodelkan kinetika adsorpsi, antara lain
kinetika orde nol, orde satu, orde satu-semu, dan orde dua-semu. Parameter yang
ditentukan untuk mempelajari kinetika adsorpsi adalah konstanta laju adsorpsi (k)
yang bersifat spesifik untuk setiap reaksi. Nilai regresi linear digunakan untuk
menentukan laju persamaan kinetika yang tepat. Model kinetika adsorpsi yang
digunakan untuk mengetahui kinetika adsorpsi dan pembatasan laju pada penelitian
ini yaitu reaksi orde satu-semu (pseudo-first order) yang dikembangkan oleh
Langergren dan orde dua-semu (pseudo-second order) yang dikembangkan oleh
Ho-McKay untuk mengetahui parameter kinetika adsorpsi yang sesuai. dan kinetika
orde dua semu (Rezaei dkk., 2016). Persamaan kinetika orde satu semu dinyatakan
pada Persamaan II.3.
𝑑𝑞𝑡
= 𝐾1 (𝑞𝑒 − 𝑞𝑡 ) (II.3)
𝑑𝑡
Laju kinetika model kinetika orde dua-semu yang dikemukakan oleh Ho didasarkan
pada jumlah adsorbat yang teradsorp oleh adsorben dan proses adsorpsi dikontrol
oleh mekanisme adsorpsi kimia yang melibatkan penggunaan bersama pasangan
elektron atau transfer elektron di antara adsorben dan adsorbat (Li dkk., 2017).
Persamaan kinetika orde dua semu dinyatakan pada Persamaan II.5.
𝑑𝑞𝑡
= 𝐾2 (𝑞𝑒 − 𝑞𝑡 )2 (II.5)
𝑑𝑡
Dimana K2 adalah konstanta laju kinetika orde dua semu (g mg-1 menit-1). Grafik
linear t/qt terhadap waktu dapat menentukan nilai qe dari slope dan k2 dari intersep
(Qiu dkk., 2009).
Dalam adsorpsi juga perlu dilakukan studi isoterm. Hubungan antara jumlah
adsorbat yang terserap dengan konsentrasi adsorbat dalam larutan pada keadaan
kesetimbangan dan suhu tetap dapat dinyatakan dengan isoterm adsorpsi. Adsorpsi
isotermal pada keadaan tersebut, jumlah adsorbat (molekul teradsorp) merupakan
fungsi dari tekanan (jika molekulnya dalam bentuk gas) atau sebagai fungsi dari
konsentrasi pada keadaan suhu konstan. Proses adsorpsi isoterm dapat dipahami
melalui isoterm yang dihasilkan antara adsorbat konsentrasi liquid (10-30 mg/L)
dan jumlah adsorbat terserap oleh unit massa adsorben pada suhu konstan (298 K).
Model isoterm yang digunakan pada penelitian ini adalah isoterm Langmuir dan
isoterm Freundlich. Isoterm adsorpsi Langmuir pertama kali dikembangkan untuk
proses penyerapan gas pada permukaan padatan. Isoterm adsorpsi Langmuir dibuat
berdasarkan beberapa asumsi, yaitu adsorpsi maksimum terjadi saat terbentuk
lapisan tunggal yang menyeluruh, energi adsorpsi adalah konstan dan tidak
tergantung pada sifat permukaan, adsorpsi terjadi tanpa disertai interaksi antar
molekul-molekul adsorbat, dan adsorbat teradsorpsi pada lokasi tertentu sehingga
tidak dapat bergerak pada permukaan padatan dan bersifat irreversible. Isoterm
adsorpsi Langmuir dianggap bahwa hanya sebuah adsorpsi tunggal yang terjadi.
16
disk, sumuran, dan parit. Metode difusi sumuran yaitu dengan membuat lubang
pada media agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah lubang
disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang dimasukkan ekstrak yang
diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
atau tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Prayoga, 2013).
Banyak penelitian telah menemukan bahwa bakteri Gram positif lebih
tahan terhadap mekanisme antibakteri dari senyawa nanopartikel. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan lapisan dinding sel antara bakteri Gram positif
dan Gram negatif. Pada bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli, sel bakeri
ditutupi oleh lapisan lipopolisakarida (ketebalan 1-3 μm) dan peptidoglikan
(ketebalan 8 nm). Adanya lapisan tersebut dapat memfasilitasi masuknya ion yang
dilepakan oleh material nanopartikel ke dalam sel bakteri. Pada bakteri Gram positif
seperti bakteri Straphylococcus memiliki lapisan peptidoglikan yang jauh lebih
tebal dari bakteri Gram negatif, yaitu lebih dari 80 nm yang terikat secara kovalen
dengan asam teikoat (Slavin dkk., 2017).
Wogo dkk. (2017) menguji sifat antibakteri plastik komposit silika gel amobil
dengan EDTA-Cu dan menunjukkan bahwa Cu memiliki sifat penghambatan
pertumbuhan bakteri yang lebih baik terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus
epidermis daripada Gram negatif Escherichia coli.
Hipotesis 3: Jika tembaga memiliki sifat penghambatan pertumbuhan
bakteri, maka nanopartikel magnetit-kitosan setelah adsorpsi ion logam Cu(II) akan
memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri yang lebih baik daripada
nanopartikel magnetit-kitosan sebelum adsorpsi ion logam Cu(II).
berupa E. coli dan Gram positif berupa Staphylococcus epidermis dengan metode
difusi sumuran.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah natrium magnetit, kitosan,
larutan natrium tripolifosfat (TPP) 1 M, kitosan (Low Molecular Weight),
FeCl2.4H2O, FeCl3.6H2O, CH3COOH, NH3.H2O, natrium sitrat, logam Cu,
akuades, pH universal, kertas saring, , larutan asam asetat 2%, natrium sitrat, dan
kultur bakteri.
III.2 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan gelas, pengaduk
magnetik, termometer, neraca analitik, pemanas, autoclave, spektrofotometer UV-
Vis (merk Hanna HI801), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) (merk
Nicolet Avatar 360 R), Scanning Electron Microscopy (SEM) (merk Phenom
Dekstop ProXL), Transmission Electron Microscopy (TEM) (merk Hitachi
HT770), dan spektrofotometer serapan atom (AAS) (Perkin Elmer 3110).
DAFTAR PUSTAKA
Ahamed, M., Alhadlaq, H.A., Khan, M.A.M., Karuppiah, P., and Al-dhabi, N.A.
2014. Synthesis, Characterization , and Antimicrobial Activity of Copper
Oxide Nanoparticles, J. Nanomater, 1-4.
Ahmad, M., Ahmed, S., Swami, B.L., and Ikram, S., 2015, Adsorption of Heavy
Metal Ions: Role of Chitosan and Cellulose for Water Treatment, Int. J. Of.
Pharm., 2(6), 280-289.
Benson, T., 2001, Microbiological Applications Laboratory Manual in General
Microbiology, 8th Ed, The McGraw-Hill, New York.
Cahyaningrum, S.E., 2001, Karakterisasi Adsorpsi Ni(II) dan Cd(II) pada Kitosan
dan Kitosan Sulfat dari Cangkang Udang Windu, Tesis, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta .
Bonilla-Petriciolet, A.,Mendoza-Castillo, D.I., and Reynel-Avia, H.E., 2017,
Adsorption Processes for Water Treatment and Purification, Springer,
Aguascalientes.
Cauerhff, A., Yanina, N.M., German, A.I., and Gauillermo, R.C., 2013,
Nanotoxicology and Nanomedicine, Springer, Newyork.Damayanti, K. I.,
& Hermawan, R., 2021, Sintesis Arang Aktif Dari Kulit Singkong Sebagai
Adsorben Ion Fe. Jurnal Chemtech, 7(1), 13-16.
Dabrowski, A., 2001, Adsorption-From Theory to Practice, Colloid Interface Sci.,
93, 135-224
Dong, C., Chen, W., & Liu, C., 2014, Preparation of novel magnetic chitosan
nanoparticle and its application for removal of humic acid from aqueous
solution, Applied Surface Science, 292, 1067-1076
Dubey, R., Bajpai, J., and Bajpai, A.K., 2016, Chitosan-Magnetite Nanoparticles
(CANPs) as Potential Nanosorbent for Removal of Hg(II) Ions, Env.
Nanotech. Mon. And. Manag., 6, 32-44.
Fadlilah, I., Prasetya, A., & Mulyono, P., 2018, Recovery Ion Hg2+ dari Limbah
Cair Industri Penambangan Emas Rakyat dengan Metode Presipitasi Sulfida
dan Hidroksida, Jurnal Rekayasa Proses, 12(1), 23-31.
Fatmawati, R.Y., Wijaya, K., dan Tahir, I., 2018, Material Cuo/Bentonit Sebagai
Bahan Antibakteri Escherichia Coli, Berkala MIPA, 25(3), 216-223..
Hashemian, S., Karimi, A.M., and Salehifar, H., 2013, Kinetics and
Thermodynamics of Adsorption Methylene Blue onto Tea Waste/CuFe2O4
Composite, Americ. J. Analy. Chem., 4, 1-7.
Holle, R.B., Wuntu, A.D. dan Sangi, M.S., 2013, Kinetika Adsorpsi Gas Benzena
pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa, Jurnal MIPA UNSRAT Online,
2(2), 100-104.
Hossain, M.A., Ngo, H., Hao, W.S., Guo, and Nguyen, T. V., 2012, Removal of
Copper from Water by Adsorption onto Banana Peel as Bioadsorbent, Int.
J. of. Geomate., 2(2), 227-234.
27
Igder, A., Rahmani, A., Fazlavi, A., Azqhandi, M., & Omidi, H., 2012, Box-
Behnken Design of Experiments Investigation for Adsorption of Cd2+ onto
carboxymethyl Chitosan Magnetic Nanoparticles, Journal of Mining &
Environment, 3(1), 2012, 51-59.
Gerhard, A., D. Ruiter., and Rudolph, B., 1997, Carrageenan Biotechnology, Trend.
In. Food. Sci. Tech., 8(12), 389-395.
Guo, L., Sun, C.M., Li, G.Y., Liu, C.P., and Ji, C.N., 2009, Thermodynamics and
Kinetics of Zn(II) Adsorption on Crosslinked Strach Phosphates, J. Haz.
Mat., 161(1), 510-515.
Habibi, M., 2009, Studi Adsorpsi Ion Nikel(II) dalam Larutan Menggunakan
Komposit Serbuk Cangkang Kupang-Khitosan Terikat Silang, Skripsi,
FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Irawan, C., Dahlan, B., & Retno, N., 2015, Pengaruh massa adsorben, lama kontak
dan aktivasi adsorben menggunakan HCl terhadap efektivitas penurunan
logam berat (Fe) dengan menggunakan abu layang sebagai adsorben, JTT
(urnal Teknologi Terpadu)., 3(2).
Kantima, J., and Chuntimon, S., 2012, Antimicrobial Activity of Chitosan and
Tannic Acid on Cotton Fabrious Materials, J. of. Text. And. Fash.
Kiswanto, K., Rahayu, L. N., & Wintah, W., 2019, Pengolahan Limbah Cair Batik
Menggunakan Teknologi Membran Nanofiltrasi Di Kota
Pekalongan. Jurnal Litbang Kota Pekalongan., 17.
Kumar, N, Patel, A.K., Kumari, N., Kumar, A., 2014, A Review on Chitosan
Nanoparticles for Cancer Treatment, International Journal of Nanomaterials
and Biostructures, 4 (4), 63-65Hashemian, S., Karimi, A.M., and Salehifar,
H., 2013, Kinetics and Thermodynamics of Adsorption Methylene Blue
onto Tea Waste/CuFe2O4 Composite, Americ. J. of. Analy. Chem., 4, 1-7.
Li, S., He, M., Li, Z., Li, D., and Pan, Z., 2017, Removal of Humic Acid from
Aqueous Solution by Magnetic Multi-Walled Carbon Nanotubes Decorated
with Calcium, J. Mol. Liq., 230, 520-528.
Mahdavi, M., Mansor A., Md Jelas H., Farideh N., Behzad N., Mohamad Z., dan
Jamileh A., 2013, Synthesis, surface modification and characterisation of
biocompatible magnetic iron oxide nanoparticles for biomedical
applications, Molecules, 18, 7533-7548.
Mahmuda, D., 2022, Magne.tite Surface Modification with Silica and Its
Application as Adsorbent of Heavy Metal Ion Nickel and
Manganese. Eksergi., 19(1), 6-9.
Mahmudah, D., Sakinah, N., & Suharyadi, E., 2014, Adsorpsi Logam Tembaga
(Cu), Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) dalam Artificial Limbah Cair dengan
Menggunakan Nanopartikel Magnetit (Fe3O4). Indonesian Journal Of
Applied Physics., 4(02), 126-133.
Mardila, V. T., Sabarudin, A., & Santjojo, D. D. H. Pembuatan Nanopartikel
Kitosan-Fe3O4 secara Ko-Presipitasi In-Situ Menggunakan
Tripolyphosphate/Sitrat sebagai Crosslinker dan Karakterisasinya
Menggunakan XRD
28