Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Model Perencanaan Pebelajaran Terpadu Paud

Dosen Pengampuh: Kasmiati, S .Ag., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Rahma 21150012

Miftahuljannah 211050001

UNIVERITAS ISLAM NEGRI DATOKARAMA PALU FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK
USIA DINI 202
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu Paud .................................... 3


B. Model Perencanaan Pembelajaran Terpadu Paud ..................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................. 8

A. Kesimpulan ................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran pada PAUD (pendidikan anak Usia Dini) yaitu membantu
anak untuk mencapai tahap-tahap perkembangannya, sehingga perlu direncanakan
agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan PP no 20 Tahun
2000, daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus sesuai dengan
kurikulum, keadaan sekolah, keadaan siswa serta kondisi sekolah ( Wina, 2008:25).
Pemerintah telah membuat standar pendidikan anak usia dini yaitu yang dituangkan
dalam Permendiknas no 58 tahun 2009 termasuk didalamnya standar tingkat
pencapaian perkembangan anak usia 0-6 tahun. Lembaga PAUD diberikan kebesasan
untuk membuat program pembelajarannya sendiri yang mengacu pada Permendiknas
nomor 58 tahun 2009 tersebut. Kenyataannya masih banyak pendidik PAUD yang
kesulitan dalam mengembangkan perencanaan pembelajarannya, berikut akan
dijelaskan lebih lanjut tentang penyusunan perencanaan pembelajaran.1
Kenyataannya pada saat ini dapat dikatakan bahwa keinovatifan guru PAUD masih
rendah dan belum optimal. Guru cenderung berperan sebagai pengajar yang hanya
terpaku pada satu pola pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang sudah
baku. Guru cenderung sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak memiliki ide
pengembangan pengajaran di kelas. Guru tidak memiliki kemampuan berkomunikasi
secara maksimal dengan anak didiknya. Guru tidak mampu menjadi model untuk
merangsang kreativitas anak didik. Interaksi sosial di lingkungan profesionalitas guru
yang tidak kondusif dan tidak berkembang sehingga keadaan guru yang tetap terisolasi
di kelas dan tidak dapat mengungkapkan idenya. Perlu dikembangkan upaya-upaya
konkret yang berkesinambungan agar motivasi kerja guru dan keinovatifannya dapat
meningkat. Efektivitas dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari kualitas program,
ketepatan penyusunan, kepuasan, kemampuan adaptasi, semangat kerja, motivasi,

1
Enda Puspitasari, “Menyusun perencanaan pembelajaran AUD”, Educhild. Vol.01 No.1 Tahun 2012,
Hal 67
ketercapaian tujuan, serta ketepatan pendayagunaan sarana dan prasarana, dan sumber
belajar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Suatu tantangan yang
besar bila dihadapkan dengan era digital saat ini. Banyak hal yang bisa dikembangkan
dengan berbantuan teknologi dan informasi. Namun kenyataannya guru-guru PAUD
masih belum optimal dalam penggunaan teknologi. Ini disebabkan berbagai hal,
diantaranya: kurang optimalnya manajemen waktu yang dikelola oleh guru, sebagian
besar guru belum mampu menggunakan teknologi internet secara optimal dan
rendahnya sumber daya manusia terutama di daerah yang masih terpencil.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perencanaan pembelajaran terpadu paud ?
2. Apa sajakah model perencanaan pembelajaran terpadu paud ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran terpadu paud
2. Untuk mengetahui model perencanaan pembelajaran teradu paud

2
Kadek Hengki Primayana, “Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0”, 13 juli 2019, Hal, 323
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran Terpadu Paud


Terpadu seringkali juga disamakan dengan istilah terintegrasi dalam kamus
Bahasa Indonesia diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh
dan bulat. Integrasi berarti menggabungkan supaya menjadi satuan yang utuh.46
Dalam Pendidikan Anak Usia dini terintegrasi diartikan suatu usaha untuk
memadukan antara program PAUD sendiri dan program lain yang bisa menopang
keberhasilan dalam PAUD.47 Selain itu, menurut Fogarty dalam Luluk Asmawati
juga menjelaskan bahwa anak-anak memahami konsep keterpaduan secara utuh
(vertical dan horizontal). Keterpaduan secara vertikal adalah keterpaduan yang
mendalam dalam membahas suatu konsep atau topik. Jadi konsep keterpaduan
yaitu topik dibahas secara meluas danmendalam. Hermawan dalam Luluk
Asmawati berpendapat bahwa pembelajaran terpadu memiliki filosofi psikologis,
dan praktis. Landasan filosofis pembelajaran terpadu berfungsi untuk melandasi
semua aspek lainnya.
Landasan psikologis berfungsi untuk menentukan isi materi pemebelajaran
terpadu yang akan diberikan kepada anak agar tingkat kelauasan dan kedalaman
isi materinya sesuai dengan tahap perkembangan anak. Landasan praktis
pembelajaran terpadu berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada
umumnya terjadi dalam proses pembelajaran.49 Maxim (1985:20) dalam Luluk
Asmawati menjelaskan bahwa pembelajaran terpadu merupakan sebuah
pendidikan yang mempersiapkan anak-anak untuk menjadi pelajar sepanjang
hayat. Pembelajaran terpadu mencakup kegiatan yang mengkombinasikan
berbagai mata pelajaran, menekankan pembelajaran proyek, sumber-sumber yang
digunakan dengan kehidupan anak, menghubungkan berbagai konsep,
menggunakan pendekatan tematik, memiliki jadwal dan penegelompokkan anak
secara flexible. Jadi anak-anak dipacu dan dipicu menjadi pembelajar yang
diharapkan mampu mengejar kebutuhan belajarnya secara individual. Anak dalam
proses belajar tersebut difasilitasi dengan tema-tema yang didesain secara
bermakna dan dekat dengan kehidupan anak.Kurikulum yang dirancang pada
kegiatan PAUD terintegrasi mendapatkan pengalaman luas karena antara satu
mata pelajaran dengan yang lain saling berkaitan. Dengan demikian, seluruh mata
pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat. Untuk guru sendiri,
kurikulum model ini sulit dirancang. Adapun pokok-pokok pendidikan yang harus
diberikan kepada anak dalam PAUD terintegrasi dengan pendidikan Islam secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah, ibadah, dan akhlak.
Maka pokok-pokok yang harus diberikan kepada anak meliputi pendidikan akidah,
pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak.
Lake dalam Luluk Asmawati juga menyatakan bahwa prinsip pembelajaran
terpadu meliputi: (1) menghargai perbedaan individu, (2) memberikan pilihan.(3)
mempertimbangkan minat anak, (4) belajar dengan menggunakan pemahaman
sebelumnya, (4) mengintegrasikan teori dengan praktik dengan cara yang
menyenangkan, (6) memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
prespektif masa depan dengan ditandai adanya pengembangan kreativitas,
berbagai kepandaian, dan berbagaai pilihan. 3

B. Model Perencanaan Pembelajaran Terpadu Paud


1. Pembelajaran PAUD Berbasis Alam
Sekolah berbasis alam kini menjadi tren di sejumlah kota. Biasanya, alasan
memilih sekolah alam karena kecenderungan nak yang secara perilaku cukup
aktif, susah koordinasi, terlalu kreatif, cenderung suka menciptakan hal-hal
baru, dan tidak begitu suka rutinitas. Sekolah alam lahir dengan harapan dapat
mengembalikan nilainilai esensial manusia dalam menyatu dengan alam.
Kurikulum PAUD berbasis wawawan alam sebetulnya tidak jauh berbeda
dengan PAUD pada umumnya. Karena itu, perlu mendiskusikan kurikulum
sebagai dasar rencana kegiatan harian. Pembelajaran berbasis alam dapat
memanfaatkan media dan sumber belajar secara bervariasi serta mendukung
kegiatan yang optimal dan kondusif.

3
Djamila Lasaiba, “Pola pengembangan model pembelajaran paud terpadu di lingkar kampus iain
ambon”, Jurnal Fikratuna, Volume 8 Nomor 2, 2016, Hal, 92-93
Media dan sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak
pemahaman antara anak dan pendidik tentang suatu konsep dan proses yang
dipelajari. Pendidik dapat menemukan dan mengembangkan media serta
suber belajar yang berbasis alam sekitar sehingga mendorong dan
memudahkan anak untuk menemukan sendiri tentangkonsep dan proses yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan alam adalah objek-objek
dan benda-benda yang ada di alam yang sudah tersedia dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Dalam proses belajar mengajar, perencanaan program pembelajaran
memegang peranan yang sangat penting, sebab menentukan langkah
pelaksanaan dan evaluasi. Keterpaduan pembelajaran sebagai suatu sistem
bukan hanya antara komponenkomponen proses belajar mengajar, tetapi juga
antara langkah yang satu dengan langkah berikutnya dan guru dalam
melaksanakan programpembelajaran benar-benar harus sesuai dengan yang
telah direncanakan (Ibrahim dan Syaodih, 1995: 8). Gagne dan Briggs juga
menekankan pentingnya sebuah perencanaan dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut mereka, mengemukakan bahwa ada tiga pertanyaan yang harus
diajukan oleh seorang guru untuk dijadikan pedoman ketika merencanakan
pembelajaran. Pertanyaa pertama ialah “where am I going?”. Gagne dan
Briggs menyatakan pertama ini seharusnya dijawab oleh guru dengan
menentukan tujuan pembelajaran, yaitu dengan merumuskan kompetensi apa
saja yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti pelajaran.
Pertanyaan kedua adalah “How Will I get there?”. Pertanyaan kedua ini
seharusnya dijawab oleh guru dengan menentukan cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran, yaitu dengan memilih metode, merumuskan materi,
menciptkan kondisi belajar dan berbagai latihan yang cocok untuk setiap
kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya pertanyaan
ketiga ialah “How will I know whwn I have arrived?”. Pertanyaan ketiga ini
dijawab dengan menentukan cara untuk mengevaluasi apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum, yaitu dengan menentukan instrumen
penilaian, baik tes maupun non-tes yang cocok untuk melihat apakah peserta
didik sudah menguasai kompetensi yang dinyatakan dalam tujuan
pembelajaran atau belum (Harto, 2013: 4-5).
Guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam
merencanakan program. Hidayat mengemukakan bahwa perangkat yang
harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
a. Memahami kurikulum
b. Menguasai bahan pengajaran
c. Menyusun program pengajaran
d. Melaksanakan program pengajaran
e. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan (Majid, 2003: 91- 92).
Dengan dalam kontek perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,
penggunaan pendekatan metode pengajaran, dalam suatu lokasi waktu yang
akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Tujuan dalam pembelajaran akan berhasil dicapai
jika terdapat perencanaan secara tertulis. Paling tidak, perencanaan tertulis
itu banyak membuahkan hasil suatu tujuan. Untuk membuahkan hasil dalam
pembelajaran yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah langkah-langkah
mengenai apa-apa yang akan dilakukan, untuk siapa, dan bagaimana sistem
pembelajaran yang baik. Jika hal ini sudah terencana, maka tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

2. Pembelajaran PAUD berbasis Pendidikan Karakter


Karakter memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan
individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu,
pendidikan karakter bagi anak usia dini memegang peranan yang sangat
penting, dan akan mewarnai perkembangan pribadinya secara keseluruhan.
Pendidikan karakter yang mengenalkan anak didik pada
kejujuran,keterbukaan, dan lain sejenisnya kemudian harus digelar dengan
sedemikian rupa. Menurut Yudi Latif dalam Moh. Yamin mengemukakan
bahwa pendidikan karakter adalah satu payung istilah yang menjelaskan
berbagai aspekpengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal.
Ini mencakup penalaraan sosial, pengembangan kognitif, pembelajaran
sosial dan emosional, pendidikan kebajikan/moral, pendidikan ketrampilan
hidup, pendidikaan kesehatan, pencegahankekeraasaan, resolusi konflik dan
filsafat etik/moral.
Pendidikan karakter bagi anak usia dini memiliki makna lebih tinggi dari
pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang berbagai perilaku yang
baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran, dan pemahaman
yang tinggi. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-
nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen: kesadaran,
pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan
sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya.Kilpatrick
dalam E. Mulyas mengemukakan bahwa: “salah satu penyebab
ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki
pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena
tidak terlatih untuk melakukannya (moral doing). Oleh karena itu
pendidikan karakter bagi anak usia dini sebaiknya direalisasikan melalui
berbagai tindakan nyata dalam pembelajaran, jangan terlalu teoritis, dan
jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanyaterbatas di
dalam kelas.4

4
Djamila Lasaiba, “Pola pengembangan model pembelajaran paud terpadu di lingkar kampus iain
ambon”, Jurnal Fikratuna, Volume 8 Nomor 2, 2016, Hal 93-94
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih
ketinggalan jauh dibandingkan negara-negara maju dan negara-negara
berkembang lainnya. Rendahnya mutu pendidikan berimplikasi pada
rendahnya sumber daya manusia. Rendahnya sumber daya manusia
bermuara pada kurang kompetitifnya bangsa ini dalam menghadapi
persaingan diera global.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang
anak, tidak dapat dipungkiri perencanaan dalam pembelajaran yang perlu
disiapkan semaksimal mungkin. Saat ini revolusi industri 4.0 yang
digaungkan oleh pemerintah memang menjadi tantangan besar bagi
pendidik. Dalam proses perencanaan guru harus memiliki inovasi agar
pembelajaran yang dirancang menjadi optimal. Perencanaanlah yang
menjadi titik tolak dalam kelancaran dan keberhasilan suatu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Djamila Lasaiba, “Pola pengembangan model pembelajaran paud terpadu


di lingkar kampus iain ambon”, Jurnal Fikratuna, Volume 8 Nomor 2, 2016,
Hal, 92-93.
Djamila Lasaiba, “Pola pengembangan model pembelajaran paud terpadu
di lingkar kampus iain ambon”, Jurnal Fikratuna, Volume 8 Nomor 2, 2016,
Hal 93-94.
Enda Puspitasari, “Menyusun perencanaan pembelajaran AUD”, Educhild.
Vol.01 No.1 Tahun 2012, Hal 67.
Kadek Hengki Primayana, “Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak
Usia Dini Dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0”, 13 juli
2019, Hal, 323.

Anda mungkin juga menyukai