Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Karangan : Noervania Naomie

Kelas : XI IPS 2

Bertemu Ayah

Tepat pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 09.35 WIB, Bibiku


meninggal akibat kekurangan darah pasca melahirkan anak
ketiganya. Aku baru mengetahuinya pada saat sepupuku datang ke
rumah untuk mengambil baju ibu dan adiknya yang berada
dirumahku. Ketika Ia meihatku sedang mengambil piring untuk
makan siang, Ia segera menghampiriku “Dek, Bibi sudah tiada”
ucapnya. Rasanya darah berdesir meruah di seluruh nadi. Seluruh
kenangan muncul secara tiba-tiba yang membuatku secara tak sadar
meneteskan air mata.
Setelah itu, aku langsung bergegas untuk segera bersiap diri ke
rumah duka. Ketika sampai disana, aku segera masuk ke rumahnya
dan melihat beberapa orang menangis. Langsung saja aku hampiri
jenazah bibiku dan melihat seluruh tubuhnya telah ditutup dengan
kain kafan.
Ketika aku sedang duduk, aku melihat anak keduanya dan
langsung menghampiri untuk segera memeluknya. Saat aku
memeluknya, aku melihat istri kedua dari Ayahku, segera saja aku
tanyakan kepada sepupuku yang sedang kupeluk itu “Ayah
dimana?”, Ia langsung melepas pelukanku dan menjawab
pertanyaanku “Diluar”.
Setelah mendengar jawaban yang sangat aku tunggu, aku
langsung menghampiri Ayahku yang berada diluar. “Ayah!” panggilku
dan langsung duduk disampingnya “Adek sangat rindu dengan Ayah”.
Aku langsung memeluknya setelah kurang lebih dua tahun tidak
bertemu dengan sosok yang sangat aku rindukan itu. Ia segera
membalas pelukanku dan memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku
kembali menangis karena dapat merasakan pelukan hangat ini
kembali.
Setelah pelukan tersebut dilepas, aku tersenyum lembut
kearahnya. “Adek sudah melihat Bibi?” tanya Ayahku. Aku segera
mengangguk dan berkata “Sudah. Tidak kusangka Bibi akan pergi
secepat ini meninggalkan kita, sedih rasanya mengingat Ia dulu telah
merawatku saat Bunda sibuk bekerja” jawabku. Perasaan sedih
kurasakan kembali mengingat semua kenangan itu, namun disisi lain
aku juga merasa sangat senang karena dapat bertemu dengan Ayah.
Kemudian Ayah bertanya “Adek sekarang sudah kelas berapa?”
dengan cepat aku menjawab “Kelas tiga SMP. Tugasku sangat banyak
dan aku juga harus banyak belajar untuk ujian nanti. Biasanya aku
mengerjakan tugas dan belajar sampai tengah malam, jadwal tidurku
juga berantakan, hingga setiap hari aku selalu mengantuk apalagi
saat melakukan zoom meeting” jawabku antusias. Setelah itu, Ayah
menanyai kabar Bunda yang sedang sakit stroke. “Bagaimana kabar
Bunda, apakah sudah ada perkembangan?” tanyanya. “Sampai
sekarang Bunda hanya bisa baring saja. Tetapi Ia sudah bisa duduk,
namun harus dibantu karena tidak bisa duduk sendiri” jawabku.
Banyak hal yang kami ceritakan dan sangat membuat aku senang
sampai tak terasa adzan ashar sudah berkumandang. Jenazah Bibiku
segera dibawa ke masjid untuk dishalatkan. Aku sepupuku hanya
menunggu diluar masjid sambil membeli jajan karena kita belum
sempat untuk makan siang. Disamping itu, kita juga sambil
menunggu ambulance datang untuk membawa jenazah Bibi ke
peristirahatan terakhirnya.
Setelah menunggu lama, akhirnya ambulance datang dan kami
semua mengantarkan jenazah Bibi ke keburan. Aku berboncengan
dengan sepupuku menggunakan motor dan akhirnya sampai kesana
tanpa ada hambatan. Jenazah Bibi langsung dikeluarkan dari
ambulance. Ayah langsung menangis. Ayah yang melihatku lansung
menghampiri dan mengusap pundakku. Aku langsung memeluk Ayah
dan dibalas olehnya. “Doakan Bibi agar diterima di sisi Tuhan ya,
Dek” ucapnya sambil memeluk dan mengusap punggungku dengan
lembut.
Setelah Bibi dikuburkan, kita semua berdoa dan kulihat beberapa
keluargaku masih ada yang menangis. Aku menatap dengan sendu
kuburannya. Beberapa menit kemudian, aku izin untuk pulang
terlebih dahulu karena harus mengurus Bunda dirumah. Tetapi
sebelum itu, aku memeluk ayahku dan menyalami tangannya. “Adek
pulang dulu, Yah, nanti malam kita bertemu lagi, ya” ucapku
kepadanya sambil melambaikan tangan.

Amanat : Ketika bertemu dengan orang yang kita sayangi,


gunakanlah waktu tersebut dengan sebaik mungkin. Karena pada
dasarnya, memori yang telah kita ciptakan tidak dapat diulang dan
kita juga tidak tau apakah kita dapat bertemu kembali.

Anda mungkin juga menyukai