Anda di halaman 1dari 2

Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia’, merupakan ungkapan Bung

Karno yang memiliki pesan mendalam betapa pentingnya peran pemuda bagi
kemajuan bangsa. Karena usia muda merupakan fase pertumbuhan ketahanan mental
dan fisik manusia.  Tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti Sukarno, Mohammad Hatta,
Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Sultan
Hasanuddin, Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, dan lainnya merupakan sosok-sosok
pemuda yang gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.    Posisi pemuda
dalam Islam sendiri sangat penting. Kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai
sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi
yang dikisahkan menolak ajakan Rajan Dikyanus untuk menyembah berhala. Kisah 7
pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-
Qur’an dengan kata ‘fityah’ (para pemuda), sebagai berikut:   ‫ك َن َبَأهُم ِب ۡٱل َح ۚ ِّق ِإ َّنهُمۡ ف ِۡت َي ٌة‬
َ ‫َّن ۡحنُ َنقُصُّ َعلَ ۡي‬
ٰ
‫ َءا َم ُنو ْا ِب َرب ِِّهمۡ َو ِز ۡد َنهُمۡ ه ُٗدى‬  Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan
benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13) 
Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda
selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan
kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa
perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para
penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy. (Ibnu
Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [2000], juz IX, halaman 109).  Baca Juga: Kisah Uwais Al
Qarni, Pemuda Istimewa di Mata Rasulullah   Selain menyinggung kisah Ashabul Kahfi
sebagai pemuda tangguh, ayat Al-Qur’an juga banyak mengisahkan sosok-sosok
pemuda lain yang memperjuangkan kebenaran pada masanya seperti Nabi Isa, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi-nabi lainnya.  Dalam ayat lain, Allah swt juga
menyinggung masa muda sebagai fase kondisi fisik yang kuat, berbeda dengan fase
pertumbuhan sebelumnya yaitu masa kanak-kanak atau masa setelahnya yaitu masa
tua. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:   Baca Juga Topik Terkait: Kumpulan Khutbah
Menyambut Hari Kemerdekaan ‫ض ۡع ٗفا‬ َ ٖ‫ف قُوَّ ٗة ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡع ِد قُوَّ ة‬ َ ‫ف ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡع ِد‬
ٖ ‫ض ۡع‬ َ ‫ٱهَّلل ُ ٱلَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن‬
ٖ ‫ض ۡع‬
ۚ
‫ َو َش ۡي َب ٗة َي ۡخلُ ُق َما َي َشٓا ۚ ُء َوه َُو ۡٱل َعلِي ُم ۡٱل َقدِي ُر‬  Baca Juga: Demi Ikut Banser, Pemuda Papua Menyeberang
ke Pulau Jawa Artinya, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.” (QS. Ar-Rum [30]: 54)  Hanya kemudian, karena emosi usia muda belum stabil
maka usia ini sangat rentan terhadap perilaku kemaksiatan. Hal ini menjadi tantangan
bagi kaum muda agar bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga bisa selau menjaga
ketakwaan kepada Allah swt. Dalam satu hadits diriwayatkan: ‫ َقا َل‬،‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه‬،ِ‫ َو َشابٌّ َن َشَأ فِي عِ َبا َد ِة هللا‬،ُ‫ ْاِإل َما ُم ْال َعا ِدل‬،ُ‫ َي ْو َم الَ ظِ َّل ِإالَّ ظِ لُّه‬،ِ‫ فِي ظِ لِّه‬،ُ ‫ َس ْب َع ٌة يُظِ لُّ ُه ْم هَّللا‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬
،َ ‫ َف َقا َل ِإ ِّني َأ َخافُ هَّللا‬،‫ال‬ ٍ ‫ َو َج َم‬،ٍ‫ات َم ْنصِ ب‬ ُ ‫ َو َر ُج ٌل َطلَ َب ْت ُه ا ْم َرَأةٌ َذ‬،ِ‫ َو َت َفرَّ َقا َعلَ ْيه‬،ِ‫ اجْ َت َم َعا َعلَ ْيه‬،ِ ‫ َو َر ُجاَل ِن َت َحابَّا فِي هَّللا‬،ِ‫ُم َعلَّ ٌق فِي ْال َم َسا ِجد‬
‫ت َع ْي َناه‬ َ ‫ َف َف‬،‫ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ َخالِيًا‬،ُ‫ َح َّتى الَ َتعْ لَ َم شِ َمالُ ُه َما ُت ْنف ُِق َيمِي ُنه‬،‫صدَّقَ فَأ ْخ َفاها‬
ْ ‫اض‬ َ ‫ َو َر ُج ٌل َت‬  Baca Juga Topik Terkait:
Pancasila, NU, dan Indonesia Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat
naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu;
Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang
yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah,
keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang
diajak wanita yang kaya dan cantik  untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut
kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan
kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada
Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata.” (HR Al-Bukhari).    Baca Juga:
Menimba Teladan dari Kisah Pemuda Ashabul Kahfi Hadits di atas memosisikan sosok
pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin adil sebagai kelompok yang akan
mendapatkan pertolongan Allah kelak di hari kiamat. Ini menunjukkan Islam sangat
mengapresiasi seorang Muslim yang masa mudanya digunakan untuk beribadah,
padahal usia muda merupakan fase banyak godaan untuk bermaksiat karena dorongan
nafsu dalam jiwa begitu kuat. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, juz III, halaman 126).  Islam bisa
besar seperti sekarang ini juga tidak lepas dari jasa para pemuda, sebab salah satu
faktor penting kesuksesan Nabi Muhammad berdakwah karena beliau mendapat
dukungan sosok-sosok sahabat yang didominasi dari kaum muda. Nama-nama sahabat
utama seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair
bin ‘Awwam, Abi Ubaidah, Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin
Auf, Khalid bin Walid, semuanya dari kalangan pemuda.   Mari kita kembali hayati kisah
teladan pemuda, baik pada zaman Rasullah saw yang gigih memperjuangkan dakwah
Islam, maupun kalangan pemuda pejuang kemerdekaan bangsa ini. Tanpa pemuda, kita
bisa apa? 

Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/peran-pemuda-bagi-bangsa-menurut-
islam-y4sZr

Anda mungkin juga menyukai