Anda di halaman 1dari 6

Implementasi Kegiatan Kepramukaan dalam Meningkatkan Problem

Solving Skill dan Creativity Skill Pada Santri di Pondok Modern


Darussalam Gontor Kampus 2
Proposal Skripsi

Oleh :

M. Alimul Fikri 402019111003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1443 H / 2022 M
Implementasi Kegiatan Kepramukaan dalam Meningkatkan Problem
Solving Skill dan Creativity Skill Pada Santri di Pondok Modern
Darussalam Gontor Kampus 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang ingin mempunyai anak yang cerdas karena kecerdasan adalah modal
penting bagi si anak untuk mengarungi kehidupan. Generasi yang sehat dan cerdas
diharapkan dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa. Hal ini pula yang menjadi
tanggungjawab orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. 1 Sebagai orangtua
masa kini, kita seringkali menekankan agar anak kita menjadi orang yang berprestasi dalam
semua bidang dan Sebagian kecilnya kita menginginkan anak kita dapat menemukan dan
menyelesaikan maslahnya sendiri agar menjadi pribadi yang mandiri. Misalnya, kita ingin
mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi
yang bergengsi, atau apabila mereka mendapatkan suatu masalah atau kendala dalam
kehidupan keseharian seperti contohnya menabung atau menyisihkan sedikit uang saku yang
kita berikan kepada mereka untuk membeli barang yang mereka inginkan,tidak harus
langsung menuruti kemauan mereka tetapi bagaimana cara mereka sendiri dalam
mewujudkan keinginannya tetapi tetap dalam pengawasan kita. Tidak jauh daripada itu kita
sebagai fasilitator kepada anak atau peserta didik harus memeberikan yang terbaik kepada
mereka karena kita sebagai bagian dari masyarakat memiliki kepercayaan bahwa sukses di
sekolah adalah kunci untuk kesuksesan hidup di masa depan, dari situ kita membiasakan
kepada mereka agar bisa mandiri dan bisa memecahkan masalah mereka sendiri(problem
solving). Namun dalam kenyatannya kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-
orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Untuk mendorong
perkembangan kecerdasan anak secara optimal, maka orangtua berperan penting dalam
memberikan stimulasi.2

1
Sri Widayati, dan Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak (Jogjakarta:
LUNA PUBLISHER, 2008), hlm. 1.
2
Sri Widayati, dan Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona ..., hlm. 23-24.
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya
peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau
di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan
taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar disekolah dan melatih
dirinya agar bisa mandiri serta dapat memecahkan permasalahan mereka sendiri. 3 Setiap anak
terlahir dengan memiliki lebih dari satu kecerdasan yang dimilikinya dan semua itu perlu
dikembangkan agar dapat tumbuh dengan baik. Kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak
mungkin dapat berkembang dengan baik tanpa dikembangkan atau di asah oleh orang lain,
kemampuan seperti memecahkan masalah dan kreatif dalam setiap pemikirannya. Seorang
dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan
mampu menghasilkan sesuatu yang berharga/berguna bagi umat manusia.4 Kecerdasan,
apakah umum atau khusus, hanyalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi
jumlah yang mungkin dipelajari siswa dalam pelajaran atau kursus tertentu. Mungkin
kecerdasan jauh kurang penting daripada pengetahuan sebelumnya, motivasi dan kualitas
serta bentuk pengajaran.
Kecerdasan dan skill pada setiap anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
berjalannya waktu dan bagaimana pengalaman yang mereka dapatkan baik buruknya
pengalaman akan menimbulkan bagaimana kecerdasana dan skill-skill yang didapat oleh
anak. Kecerdasan dan skill memang menjadi penting dalam keadaan yang ekstrem, hal itu
menjadi persoalan yang sangat penting dalam mengidentifikasi siswa yang mempunyai
keterbelakangan mental atau siswa yang berbakat, tetapi dalam lapisan tengah, di mana
kebanyakan siswa termasuk diantaranya, faktor lain lebih berperan penting.5 Salah satu faktor
yang menjadikan kecerdasan seseorang dapat berkembang dengan baik yaitu keluarga.
Karena sejak anak terlahir pertama kalinya kedunia, kecerdasan yang ia pelajari adalah
kecerdasan bahasa ibunya. Karenak ibu adalah Madrasatul ula atau sekolah pertama bagi
anak sebelum sekolah formal dan masyarakat. Selama ini kita hanya terpaku pada pengertian
bahwa orang yang cerdas pasti pintar sekolahnya, nilainya pasti baik. Kita mengukur
kecerdasan hanya berdasarkan prestasi akademik. Atau kita bisa dengan mudah
menggunakan hasil tes IQ untuk menentukan tingkat kecerdasan seseorang.6
3
Siskandar, “Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan Non-Intrakurikuler dalam
Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil Pembelajaran”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor
2, Desember 2008, hlm. 124.
4
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 114
5
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, jilid 1 (Jakarta: Indeks,
2011), hlm. 164.
6
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated
Learning (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 217.
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) dikembangkan Howard Gardner
berdasarkan pandangannya bahwa kecerdasan pada saat sebelumnya hanya dilihat dari segi
linguistik dan logika.7 Akan tetapi seiring berjalannya waktu Gardner menemukan bahwa
kecerdasan tidak hanya bisa dilihat dari segi linguistik dan logikanya saja tetapi dapat dilihat
dari sisi kecerdasan lain. Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan menciptakan nilai
tambah dan kemampuan menyelesaikan masalah, baik bagi dirinya sendiri, orang lain,
maupun alam semesta. Lebih dari itu, setiap orang sesungguhnya memiliki karunia Tuhan
berupa kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Selain kecerdasan logis matematis
(yang selama ini diidentikkan dengan kepandaian), setiap orang juga memiliki kecerdasan
fisik, kecerdasan musikal, kecerdasan linguistik, kecerdasan visual, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.8
Di sekolah, kurikulum yang melibatkan kecerdasan majemuk penting dikembangkan,
karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa perlibatan kecerdasan majemuk dalam
pembelajaran menunjukkan berkembangnya potensi siswa secara signifikan. Dengan
mengembangkan kurikulum kecerdasan majemuk, secara pelan namun pasti hasil pendidikan
dimasa yang akan datang makin meningkat, baik secara intelektual, emosional, maupun
secara spiritual.9 Keadaan tersebut mendorong lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah
untuk memiliki tanggungjawab untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan
mengembangkannya baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Salah satu
pendidikan non formal adalah kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan
pendidikan diluar jam pelajaran yang ditunjukkan untuk membantu perkembangan peserta
didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselengggarakan oleh peserta didik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan.10

Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 Kecamatan Madusari Kabupaten


Ponorogo merupakan sebuah Lembaga Pendidikan berbasis Pesantren Modern yang dalam
proses pendidikan non formalnya banyak melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler salah

7
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: sebuah konsep
pembelajaran berbasis kecerdasan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 42.
8
H.D.Iriyanto, Learning Metamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya (Jakarta: Erlangga, 2012),
hlm. 51.
9
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam ..., hlm. 160.
10
10 Noor Yanti, dkk., “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan Nilai-
nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik di SMA Korpri Banjar Masin”, Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016, hlm. 963-964.
satunya adalah kegiatan Kepramukaan. Menurut Nasrudin (2018: 01) menjelaskan pramuka
adalah setiap pemuda yang aktif dalam kegiatan kepramukaan dan di didik dengan berbagai
keterampilan, disiplin, kepercayaan pada diri sendiri, saling menolong dan lain sebagainya.
Dalam proses pengembangan kecerdasan majemuk Santri tersebut telah meraih
beberapa kejuaraan dalam setiap perlombaan dalam bidang kepramukaan. Hal ini dibuktikan
apabila diadakan Lomba Kepramukaan seperti LP3 atau Jamrana, Pondok Modern
Darussalam Gontor Kampus 2 pasti selalu mendapatkan peringkat juara dalam perihal
perlombaan kepramukaan yang dimana dalam perlombaan tersebut menyertakan banyak
Pondok Modern Darussalam Gontor cabang yangterdiri dari 13 cabang dan banyak Pondok
Alumni Gontor lainnya. Dari berbagai pengalaman diatas membuktikan bahwa santri dari
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 mempunyai skill individu masing-masing
dalam
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Kegiatan Kepramukaan dalam Meningkatkan
Problem Solving Skill dan Creativity Skill Pada Santri di Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus 2?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan pengembangan
problem solving skill dan creativity skill melalui kegiatan ekstrakulikuler kepramukaan di
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 Madusari, Ponorogo.
D. Referensi
Widayati, Sri dan Utami Widijati. 2008. Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak
Jogjakarta: LUNA PUBLISHER.
Siskandar. 2008. Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan Non-Intrakurikuler
dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil Pembelajaran. Jurnal Ekonomi
& Pendidikan, Volume 5 Nomor 2 (hlm. 124).
Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin , Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, jilid 1.
Jakarta: Indeks.
Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelarated Learning. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Uno, Hamzah B dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran:
sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan Jakarta: Bumi Aksara.
Iriyanto, H.D. 2012. Learning Metamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya. Jakarta:
Erlangga.
Yanti, Noor dkk. 2016. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka
Pengembangan Nilai-nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik
di SMA Korpri Banjar Masin. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6,
Nomor 11 (hlm. 963-964).

Anda mungkin juga menyukai