Anda di halaman 1dari 21

RENAISSANCE DAN KEMAJUAN PERADABAN BARAT

Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Aldomi Putra, MA.

Dede Haris
Unstitut PTIQ Jakarta
Muh Zulkifli
Institut PTIQ Jakarta

Syafindo01@gmail.com
muhzulkifli@ptiq.ac.id

Program Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (IPTIQ) Jakarta

2022

1
ABSTRAK

Kemajuan peradaban saat ini tidak terlepas dari perjalanan sejarah di masa lalu.
Negara-negara Eropa mampu mengembangkan dan memajukan peradabannya, ternyata
tidak terlepas dari pengaruh Islam di abad pertengahan. Abad pertengahan merupakan
abad keemasan bagi Islam, sementara bagi Eropa merupakan abad kegelapan. Dominasi
gereja menjadi penyebab keterbelakangan intelektual Eropa saat itu, gereja membuat
suatu kebijakan yang menekan dan mematikan potensi akal untuk perkembangan
individu seseorang. Hal tersebut semakin mendorong lahirnya gerakan kultural yang
diberi istilah “renaissance”. Gerakan ini memberi arah baru bagi Eropa sebab dominasi
gereja dapat dilumpuhkan melalui tema reformasi dan humanisme, sehingga lahirlah
berbagai macam doktrin filsafat. Gerakan ini juga mempelopori lahirnya system nation state di
wilayah Eropa yang akhirnya menyebar sampai ke Kawasan Asia. Selain itu, perkembangan yang
dirasakan saat itu adalahberkembangnya berbagai bidang, mulai dari sosial, politik, sains dan
lain-lain.

Kata kunci: renaissane, humanisme, nation state

The advancement of civilization today is inseparable from the course of history in the past.
European countries were able to develop and advance their civilization, apparently inseparable
from the influence of Islam in the middle ages. The middle ages were the golden age for Islam,
while for Europe it was the dark ages. The dominance of the church became the cause of European
intellectual backwardness at that time, the church made a policy that suppressed and killed the
potential of reason for one's development. This further encouraged the birth of a cultural
movement that was given the term "renaissance". This movement gave a new direction to Europe
because the dominance of the church could be crippled through the themes of reform and
humanism, so that various philosophical doctrines were born. This movement also spearheaded
the birth of the nation state system in the European region which eventually spread to the Asian
Region. In addition, the development that was felt at that time was the development of various
fields, ranging from social, political, scientific and others.

Keywords: renaissane, humanism, nation state

‫ وإليت ال ميكن فصلها عىل ما يبدو عن‬، ‫ متكنت إدلول إ ألوروبية من تطوير حضارهتا وإلهنوض هبا‬.‫إن تقدم إحلضارة إليوم ال ينفصل عن مسار إلتارخي يف إملايض‬
‫ أأصبحت همينة إلكنيسة سبب‬.‫ بيامن اكنت إلعصور إملظلمة ابلنس بة ألورواب‬،‫ اكنت إلعصور إلوسطى يه إلعرص إذلهيب لالسالم‬.‫تأأثري إالسالم يف إلعصور إلوسطى‬
‫ جشع هذإ عىل والدة حركة ثقافية أأعطيت‬.‫ ووضعت إلكنيسة س ياسة مقعت وقتلت إماكانت إلعقل لتطور إملرء‬، ‫إلتخلف إلفكري إ ألورويب يف ذكل إلوقت‬
‫ حبيث ودلت مذإهب‬، ‫ أأعطت هذه إحلركة إجتاها جديدإ ألورواب ألن همينة إلكنيسة ميكن أأن تشل من خالل موضوعات إالصالح وإالنسانية‬."‫مصطلح "إلهنضة‬
‫ اكن‬، ‫ ابالضافة إىل ذكل‬.‫ قادت هذه إحلركة أأيضا والدة نظام إدلوةل إلقومية يف إملنطقة إ ألوروبية وإذلي إنترش يف إلهناية إىل إملنطقة إلآس يوية‬.‫فلسفية خمتلفة‬
.‫ بدءإ من الاجامتعية وإلس ياس ية وإلعلمية وغريها‬، ‫إلتطور إذلي مت إلشعور به يف ذكل إلوقت هو تطوير خمتلف إجملاالت‬

‫ إدلوةل إلقومية‬،‫ إالنسانية‬،‫ رينايسان‬:‫إللكامت إملفتاحية‬

2
1. PENDAHULUAN
Sejarah mencatat bahwa abad pertengahan (abad ke-5 sampai abad ke-15 M)
merupakan masa kemunduran peradaban barat (Eropa). Eropa yang merupakan pusat
lahirnya filsuf klasik, justru mengalami kemunduran, mulai dari aspek budaya, politik,
ilmu pengetahuan dan lain-lain. Setelah menelusuri berbagai literatur, tarnyata hal
tersebut disebabkan oleh dominasi gereja yang menutup ruang potensi akal untuk
berkembang menemukan hal baru. Gereja hanya berfokus pada aspek akhirat
(eskatologi) yang bersifat dogmatis sehingga perkembangan pemikiran saat itu sangat
dibatasi. Masyarakat dihadapkan pada kondisi stagnasi pemikiran dan kebudayaan
sehingga mendorong mereka untuk berupaya melakukan suatu gerakan perubahan.
Gerakan tersebut terealisasikan dengan istilah “renaissance”.
Renaissance merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang bertujuan untuk
mengangkat dan memunculkan kembali eksistensi pemikiran dan kebudayaan barat.
Selain terpacu oleh dominasi gereja yang bersifat dogmatis, gerakan ini juga dipacu
oleh meluasnya kekuasaan Islam di wilayah kekuasaan barat dan transformasi ilmu
pengetahuan serta budaya di dalamnya. Hal tersebut memberi rangsangan dan
dorongan bagi Eropa untuk optimis melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Islam
dan membangun kembali peradabannya.

2. METODE PENELITIAN
Metode ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), dilakukan
dengan cara mengumpulkan berbagai sumber catatan seperti buku ataupun artikel.
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi terkait tema pembahasan.

3. PEMBAHASAN
3.1. Renaissance dan Faktor mempengaruhinya
Istilah “renaissance” berasal dari bahasa Prancis, “re” berarti kembali dan
“natire” berarti lahir. Dengan demikian, istilah “renaissance” diartikan sebagai lahir
kembali. dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah “rebith” yang berarti
kelahiran kembali.1 Dalam konteks sejarah barat, istilah tersebut mengacu pada
terjadinya kebangkitan kembali minat yang sangat besar dan mendalam terhadap
kekayaan warisan Yunani dan Romawi kuno dalam berbagai aspeknya.2

1 Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2018), h. 479
2 Erna Rosalina, Pemikiran Masa Renaisans dan Reformasi, (Yogyakarta: Program Magister Pendidikan Sejarah
UNY, 2020), h. 136.

3
Renaissance dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:3
a. Faktor Internal
1. Corak pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh
pemikiran/kebijakan yang memperkuat kekuasaan gereja.
2. Budaya abad pertengahan (scholastik) bertujuan sebagai tempat
berkembangnya ilmu pengetahuan yang sesuai dengan dogma gereja.
3. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan dogma gereja tidak diakui
keberadaannya.
b. Faktor Eksternal
1. Hubungan antara dinasti Islam di semenanjung Liberia dengan Prancis
membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol,
kemudian mereka kembali ke Prancis untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan yang mereka peroleh.
2. Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali
3. Penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad
(abad ke-13 sampai ke-14 M).
4. Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Dinasti Ottoman, terjadi migrasi
para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya.
Para sarjana tersebut menjadi pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa
5. Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu.

3.2. Kondisi Barat di Masa Kegelapan


Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan
filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran
pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya,
pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Periode abad
pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada
permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Disinilah
yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu

3
Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, 481.

4
tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
Yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.4
Dominasi gereja di abad pertengahan (ke-5 sampai ke-14 M) merupakan hal
yang mendasari kegelapan intelektual di dunia barat. Saat itu perkembangan
intelektual sangat dibatasi. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya, bahkan apabila ada ahli
pikir yang memiliki pendapat yang bertentangan dengan gereja akan
mendapatkan hukuman yang berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian
terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan
mendapatkan larangan ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap
agama hanyalah pihak gereja. Hal tersebut semakin menekan dan menyudutkan
para ahli pikir untuk mengembangkan pemikirannya. Atas dasar itulah kegelapan
di berbagai aspek di dunia barat tidak menemukan titik terang.

3.3. Masa Transisi Peradaban Barat (Transformasi Intelektual Islam ke Barat)


Barat menyebut abad pertengahan sebagai “The Dark Ages” (abad kegelapan).
Standarisasi kebenaran saat itu ditentukan oleh gereja dengan berfokus pada
Teosentrik (ketuhanan). Banyak ilmuwan dipenjara bahkan dihukum mati atas
dasar penemuan yang mereka ciptakan, sehingga perkembangan intelektual saat
itu tidak mengalami kemajuan. Sedangkan bagi belahan dunia timur (Islam), abad
pertengahan merupakan zaman kejayaan dan keemasan. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai bidang yang dikembangkan Islam, mulai dari bidang sosial,
budaya, politik dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa di saat Barat diliputi oleh kegelapan, Islam di timur telah
bersinar terang dengan peradaban-peradaban kemanusiaan, bahkan dalam
perjalanannya, Islam telah dan mampu menerangi Eropa yang gelap dengan
bijaksana.5
Sebagai zaman keemasan, Islam saat itu mampu mengepakkan sayapnya
melintasi dunia barat dengan bekal kemajuan peradaban yang mereka miliki. Atas
dasar itu, Islam mampu menguasai berbagai wilayah bagian Eropa dan berjaya
disana. Andalusia merupakan salah satu wilayah yang mampu dikuasai Islam dan

4 Sri Suryanta, “Transformasi Intelektual Islam ke Barat”, Jurnal Islam Futura, vol. 10, no. 2, 2011
5 Hasyim Asy’ari, “Renaisans Eropa dan Transmisi keilmuan Islam ke Eropa”, JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, vol. 2, no. 1, 2018

5
membangun peradaban di wilayah tersebut. Dengan meluasnya kekuasaan Islam
hingga ke Eropa, memberi pengaruh dan membangunkan kesadaran Eropa yang
selama ini terlelap oleh kegelapan intelektual atas pengaruh gereja.
Saat Islam berkuasa di Eropa, Eropa mendapatkan akses untuk mendalami
dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern, sehingga terjadi transmisi
intelektual (ilmu pengetahuan). Hal tersebut menempatkan Islam sebagai pemberi
cahaya kemajuan atas barat (Eropa). Mengenai proses transmisi tersebut akan
dibahas ke dalam beberapa poin, di antaranya:
a. Andalusia (Spanyol)
Saat Islam berkuasa di Andalusia, khususnya saat didirikannya
Universitas Cordova, para pencari ilmu dari Eropa Barat berduyun-duyun
mendatangi Andalusia untuk menimba ilmu (abad ke-11 M). Di Universitas
Andalusia ini banyak kaum intelektual menimba ilmu, dan dari negeri
tersebut muncul nama-nama ulama besar seperti Imam al-Syathibi
pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat
berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa
al-Ahwa wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-
agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat
untuk melakukan hal yang sama.6
Selain itu, semenjak Toledo jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1085 M,
menjadikan kota itu sebagai pusat saluran utama proses peralihan khazanah
ilmu pengetahuan Islam yang berbahasa Arab ke Eropa. Di Toledo Uskup
Bear Raymond I (1126-1152 M) membangun sekolah khusus penterjemah dan
sekolah kajian orientalisme yang pertama di Eropa, atas permintaan para
pendeta dengan tujuan utama untuk mempersiapkan para misionaris Kristen
ke kalangan Islam. Penerjemah dari Toledo yang paling produktif adalah
Gerard Cremona, telah menterjemahkan ke dalam bahasa Latin karya
berbahasa Arab sebanyak 71 judul.7 Pada akhir abad ke-13 M, ilmu
pengetahuan dan filsafat Arab telah dipindahkan ke Eropa yang bergerak
dari Todelo melalui Pyrenees, Provence dan Alpine terus ke kawasan
Lorraine, Jerman, Eropa Tengah dan daratan Inggris Raya.

6
Hasyim Asy’ari, “Renaisans Eropa dan Transmisi keilmuan Islam ke Eropa”, JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, h. 5
7
Lisga Hidayat Siregar, Sejarah Peradaban Islam Klasik, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010), h 202

6
Sebagai pusat peradaban Islam Andalusia telah memberikan kontribusi
yang besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di
dunia Eropa.
b. Pulau Sisilia
Berakhirnya kekuasaan Islam di Sisilia ditandai dengan runtuhnya
kerajaan kalbiyah, setelah hampir dua abad Islam menguasai Sisilia.
Pangeran Roger I putra Tancred de Hauteville dari Normandia merebut kota
Messina tahun 1060 M, menyusul kota Palermo tahun 1071 M, Siracuse tahun
1085 M, dan dipungkas dengan penaklukan Maltra tahun 1090 M. Roger I (w.
1101 M) yang menguasai Sisilia, tetap melindungi para cendikiawan, filosof
dan astrolog Arab dan para dokter, dan memberi kebebasan penuh kepada
masyarakat non kristen untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya. Istana Palermo lebih bernuansa ketimuran (Arab) ketimbang
barat. Lebih dari satu abad setelah Sisilia dikuasai Kristen, beberapa jabatan
penting masih dipegang oleh umat Islam. Pengaruh Arab di Sisilia dimulai
oleh Roger I, dan mencapai puncaknya pada masa anaknya Roger II (1130-
1154 M) dan Frederik II. Roger II berpakaian layaknya muslim, jubahnya
dihiasi karakter-karakter Arab, bahkan ketika cucunya William II (562-
585H/1166-1189M) berkuasa, beberapa wanita Kristen di Palermo Ibukota
Sisilia mengenakan pakaian Muslim.8 Fredrik II (1215-1250 M) yang
merupakan cucu Roger II dan penguasa sipil tertinggi di dunia kristen serta
penguasa Sisilia dan Jerman juga pemegang jabatan kaisar suci Romawi dan
raja Jerussalem karena hubungan perkawinannya dengan pewaris kerajaan
yaitu Isabelle.
Selanjutnya, Frederik II mempunyai seorang penterjemah Theodore
(Thadhuri), yang menterjemahkan karya-karya berbahasa Arab ke dalam
bahasa Latin seperti Sirr al-Asrar tentang ilmu kesehatan Theodore telah
menghadirkan gambaran tentang muslim Spanyol terpelajar di Sisilia dan
Italia. Universitas Naples, didirikan Frederik II pada tahun 1224 M,
merupakan Universitas pertama di Eropa. Universitas ini menyediakan
koleksi naskah-naskah berbahasa Arab yang sangat berlimpah. Karya
Aristoteles dan Ibn Rusyd, diperintahkan Frederik untuk diterjemahkan dan

8 Hasyim Asy’ari, “Renaisans Eropa dan Transmisi keilmuan Islam ke Eropa”, JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, h. 7-8

7
digunakan dalam kurikulum. Salinan terjemahan ini dikirim ke Universitas-
universitas di Eropa seperti Bologna dan Paris. Salah seorang alumni
universitas Naples ialah Thomas Aquinas, pemimpin Katolik yang terkenal.9
Pada abad 14 M dan abad-abad berikutnya, kajian berbahasa Arab
dipelajari di universitas-universitas di Eropa, seperti di Oxford dan Paris
tetapi dengan tujuan untuk menyiapkan para misionaris Kristen untuk
dikirim ke wilayah-wilayah Muslim.10 Ensiklopedia kedokteran karya al-Razi
satu-satunya karya besar dalam bidang kedokteran yang diterjemahkan oleh
Faraj ben Salim seorang dokter Yahudi Sisilia ke dalam bahasa Latin pada
tahun 1279 M telah diterbitkan dalam berbagai manuskrip pada abad-abad
berikutnya. Pada saat itu banyak diterjemahkan buku dalam bidang
astronomi dan matematika. Palermo ibukota Sisilia menjadi tempat kegiatan
penterjemahan buku-buku ulama yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin. Kemudian dibawa ke Eropa bagian Selatan, yang kemudian
melahirkan Renaisance Italia.11 Uraian ini jelas mengungkapkan bahwa Sisilia
mempunyai kontribusi dan peran yang signifikan dalam proses pewarisan
khazanah ilmiah ke Eropa.
c. Perang Salib
Perang salib dikenal dengan istilah jembatan pertukaran budaya timur
dan barat (Islam dan Eropa). Sepanjang peristiwa perang salib, orang-orang
Eropa memperoleh ilmu pengetahuan dan mengenal bentuk kebudayaan
baru yang mereka akui lebih maju sehingga dengan sendirinya mereka
menirunya. Orang-orang Eropa mengenali kembali alam pikir rasional, Pada
akhirnya mereka melihat ketinggian kebudayaan Islam dalam segala aspek
kehidupan dan mereka menirunya, mulai dari segi makanan, pakaian, alat-
alat rumah tangga, musik, alat-alat perang, obat-obatan, ilmu pengetahuan,
perekonomian, irigasi, tanam-tanaman, sistem pemerintahan, dan lain
sebagainya. Bahkan dalam pergaulan mereka memakai bahasa Arab, ada
pula yang menikah dengan penduduk asli. Yang tidak kalah pentingnya,
banyak pula di antara mereka yang menjadi muslim.

9 Lisga Hidayat Siregar, Sejarah Peradaban Islam Klasik, h 778


10
Hasyim Asy’ari, “Renaisans Eropa dan Transmisi keilmuan Islam ke Eropa”, JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, h. 8
11 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002), Jilid II, h. 302.

8
Menurut Oemar Amir Hoesen, seperti dikutip Musyrifah Sunanto,
menyebutkan bahwa: Ketika tentara Salib sedang berkuasa, setiap ada
pasukan Salib yang kembali ke Eropa selalu membawa produk peradaban
Islam berupa buku-buku ilmiah, alat-alat kedokteran, kompas, dan apa saja
hasil kemajuan umat Islam. Demikian juga ketika terakhir kali mereka terusir
dari Okka, mereka membawa lari apa yang mereka rampas dari hasil
kemajuan Islam. Dengan demikian, maka Perang Salib merupakan salah satu
dari jembatan tempat mengalirnya kebudayaan Islam di Eropa.
Berdasarkan tempat dan proses yang mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya pemikiran barat menjadikan hal tersebut sebagai akses
keluar dari gelapnya abad pertengahan seingga muncullah gerakan
“Renaissance”.

3.4. Gerakan Menuju Peradaban Modern


Masuknya abad modern ditandai dengan munculnya gerakan kebudayaan
(renaissance). Gerakan tersebut berkembang sekitar abad ke-14 sampai abad ke-17
di mulai di Italia kemudian menyebar ke seluruh Eropa.12 Renaissance merupakan
jembatan penghubung antara abad pertengahan menuju abad modern. Bagi
peradaban barat (Eropa), gerakan ini memberi pengaruh besar terhadap
perkembangan dan kemajuan peradaban di wilayah tersebut. Eropa yang dulunya
terkungkung oleh dominasi gereja kini mampu berlepas diri dari kungkungan
tersebut. Menurut Jules Michelet, abad pertengahan ditandai oleh faktor dogmatis,
sedangkan manusia renaissance ditandai oleh faktor humanis.13 selain itu, adanya
transformasi intelektual Islam ke Barat (Eropa) juga menjadi sumbangan besar
bagi Eropa sehingga benua ini memasuki babak baru dengan munculnya
renaissance.
Renaissance sangat memberi pengaruh dalam perkembangan dan kemajuan
manusia pada zaman itu. Dengan adanya gerakan tersebut manusia mempunyai
kebebasan dalam mengembangkan diri di berbagai aspek. Pada masa ini juga
berkembang bentuk pemikiran manusia yang baru, yang sama sekali terlepas
dengan gereja. Di antara dampak dari muculnya gerakan renaissance yaitu
reformasi gereja, humanisme, rasionalisme dan empirisme.

12 Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, h. 478.


13
Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, h. 481

9
a. Reformasi Gereja
Martin Luther (1483-1546) yang terkenal sebagai tokoh Reformasi
Gereja disebut terinspirasi dari salah satu tulisan Erasmus yang berjudul
Antibarbari sebelum akhirnya ia menulis karya terpentingnya, yakni Ninety-
five Theses. Mereka sama-sama menolak segala bentuk penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan pihak gereja, seperti menjual surat pengampunan
dosa (indulgence) dan memonopoli isi Alkitab yang tidak boleh dibaca oleh
orang biasa serta tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa rakyat. Meski
demikian, Luther dan Erasmus berbeda pendapat mengenai Reformasi Gereja,
karena Erasmus tidak menghendaki adanya unsur radikalisme, sedangkan
Luther menuntut perubahan dengan cara yang radikal. Luther juga memiliki
pandangan mengenai kehendak bebas (freedom/free choice) yang selaras dengan
nilai-nilai humanisme. Menurutnya, semua manusia telah jatuh ke dalam dosa
dan sebagai akibatnya manusia tidak dapat memperoleh keselamatan yang
didasari atas jasa-jasa kebaikan mereka sendiri. Hanya oleh anugerah Tuhan,
maka manusia dapat diselamatkan.14
b. Humanisme
Zaman Renaissance ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme.
Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada
abad pertengahan itu manusia dianggap kurang di hargai sebagai manusia.
Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut
ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah
dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir, maka
humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia.
Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan
gembira. Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat
kepada kekuasaan Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk
memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada
jaman Yunani dan Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan
tradisi, berkembang selaras, individualistis, bukan manusia kolektifistis
seperti pada abad pertengahan. Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada
kenikmatan duniawi, bukan kepada keakhiratan seperti abad pertengahan.

14 Nur Fajar Absor, Laely Armiyati, dkk., Tumbuh dan Berkembangnya Humanisme Pada Masa Renaisans Abad
ke- 14 Sampai Abad ke-17, Jakarta: Universitas Muhammadiyah, t.t., h. 219

10
Pengaruh humanisme dalam organisasi sekolah: orang berpendapat bahwa
negara harus turut campur dalam pengelolaannya. Pengaruh dalam
penetapan bahan pelajaran: terdiri dari artes liberalis yang 7 (Filsafat, Sejarah,
Sastra, Seni, Bahasa Asing, Ilmu Sosial dan Sains), dengan ditambah ilmu alam,
menggambar, dan puisi.15
c. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di peroleh
dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu
adalah kaidah kaidah logis atau kaidah kaidah logika. Rasonalisme ada dua
macam, dalam bidang agama dan filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme
adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan
empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama adalah kemampuannya untuk
mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama
berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme
berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang atau
bersumber dari penemuan akal.16 Adapun tokoh-tokohnya antara lain Rene
Descartes, Spinoza, Leibniz, dan lain-lain
d. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri
dan mengecilkan peranan akal, istilah empirisme diambil dari bahasa yunani
“empeiria” yang berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme sebagai lawan
rasionalisme berpendapat bahwa pengetaahuan diperoleh dari pengalaman
dengaan cara observasi/penginderaan baik pengalamaan lahiriyah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia. Pengalaman merupakan faktor fundamental, dan merupakan
sumber dari pengetahuan manusia.17 Adapun tokoh-tokohnya antara lain Jihn
Locke, George Barkeley, David Hume dan lain-lain.

15
Erna Rosalina, Pemikiran Masa Renaisans dan Reformasi, h. 138
16
Erna Rosalina, Pemikiran Masa Renaisans dan Reformasi, h. 139
17 Heri Purwanto, Sejarah, (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019), h. 21

11
3.5. Dampak dan Pengaruh Renaissance
a. Bidang filsafat dan sains
1. Nicolaus Copernicus (1473-1543 M), mengemukakan teori heliosentris
(matahari sebagai pusat sistem tata surya)
2. Galileo Galilei (1564-1642 M), membuktikan teori heliosentris, teori tentang
gerak, penemuan termometer, menghitung getar suara
3. Francis Bacon (1561-1626 M), mengemukakan tentang etika, fungsi sains
dan riset dalam hubungannya dengan kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan sebagai proses pencarian bukan tujuan.
4. Rene Descartes (1596-1650 M), mengungkapkan Cogito ergo sum (saya
berpikir maka saya ada)
5. Isaac Newton (1642-1772 M), peletak dasar ilmu fisika modern,
mengemukakan teori gravitasi.
b. Bidang Seni dan budaya
Dalam bidang ini terdapat banyak seniman yang menghasilkan karya-karya
yang menakjubkan, seperti Leonardo da Vinci (1452-1519 M), Raphael (1483-
1520 M), Michel Angelo (1475-1564 M), Andrea Palladio (1508-1580 M).
c. Bidang Politik
Berakhirnya feodalisme dan kebangkitan kota-kota yang bergantung pada
perdagangan. Kekuasaan gereja diganti dari monarki ke republik.
d. Penjelajahan
Ditemukannya Benua Amerika melalui penjelajahan samudera oleh
Christopher Columbus 1492 M.

3.6. Pergeseran Sistem Khilafah Ke Nation State


Menelusuri sejarahnya, istilah nation state atau nasionalisme di dunia Islam
tidak datang dengan sendirinya dari benak atau pikiran kaum muslimin saat itu,
melainkan masuk melalui sekolah-sekolah asing yang didirikan di wilayah Daulah
Khilafah Islamiyah18, dari para pelajar Islam yang belajar di dunia barat, para
misionaris maupun agen-agen asing yang menyusup ke Daulah Khilafah
Islamiyah. Hal ini terbukti dengan adanya American University of Beirut, Libanon.
Universitas ini menyebabkan orang semacam Anthony Sa’dah, tokoh nasionalis

18M. Maghfur Wahid dan Al-Izzah ed. , Sistem Pemerintahan Islam, Bangil: Al-Izzah, 2002 dan
Jurnal Al-Waie edisi Maret 2004.

12
Syria yang membangkitkan sentiment nasionalisme, yang menyebabkan
masyarakat Islam terpecah belah ke dalam berbagai golongan dan kelompok. Dari
Akademi Yasuk, Perancis, muncul Partai Kataib. Partai ini pernah menyatakan
bahwa bangsa Libanon adalah bangsa sendiri yang terpisah dari Syria.
Saat para misionaris mendapatkan kesempatan untuk mendirikan pusat
kegiatan di Daulah Khilafah Islamiyah, mereka mulai mencari kesempatan untuk
melakukan agitasi terhadap warga negara Daulah Islam. Pada tahun 1841,
keributan serius terjadi di pegunungan Libanon antara orang-orang Kristen dan
orang-orang Druze. Kemudian Khalifah Utsmani dibujuk di bawah tekanan dan
pengaruh negara asing agar mau membentuk pemerintahan baru di Libanon yang
terpisah dari Turki, yang dibagi ke dalam dua propinsi yang terpisah dimana satu
bagian untuk orang-orang Kristen dan bagian yang lain untuk orang-orang Druze.
Khalifah Utsmani menunjuk seorang wali (gubernur) bagi kedua wilayah tersebut
untuk menyelesaikan perselisihan antara kedua kubu. Tetapi, Inggris dan Perancis
berusaha melibatkan diri ketika Khalifah Utsmani hendak menyelesaikan huru-
hara, meskipun kedua negara tersebut merupakan pembuat keributan sebenarnya
lewat para agennya yaitu Niven Moore, Konsul Inggris di Beirut dan saudaranya,
Richard Wood.19
Selama pertengahan abad ke-19, kaum misionaris tidak hanya
memfokuskan kegiatan pada sekolah- sekolah, pusat penerbitan dan klinik
pengobatan, tetapi bergerak lebih jauh memantapkan asosiasi mereka. Pada tahun
1842, sebuah komite dibentuk untuk memantapkan asosiasi keilmuan di bawah
perlindungan misi Amerika. Komite ini bekerja selama lima tahun sampai
terbentuknya asosiasi yang disebut sebagai Association of Arts and Science.
Anggotanyatermasuk Nasif al-Yaziji dan Boutros al-Bustani.20
Pada tahun 1875 juga dibentuk Secret Association di Beirut yang bertujuan
menggulirkan konsep nasionalisme Arab, khususnya di Syria dan Libanon.
Pendirinya adalah lima pemuda yang dididik di Protestan College Beirut. Selain
menghembuskan ide nasionalisme Arab, mereka dalam bukunya juga menuduh
bahwa Turki telah merebut Daulah Khilafah Islamiyah dari tangan orang Arab dan
melanggar syariat serta mengabaikan diin. Hal ini menunjukkan keaslian asosiasi
dan tujuan pendiriannya yaitu untuk mengorbankan semangat menentang Daulah

19Shabir Ahmed, Akar Nasionalisme di Dunia Islam, Bangil: Tim Al-Izzah, 2002, h. 39.
20Boutros al-Bustani adalah seorang Maroni. Dia mendirikan sekolah di Syria yang bernama Al-
Madrasah al-Wathaniyah (Sekolah Kebangsaan). Sekolah ini didirikan untuk membangkitkan
Arab. Dan tujuan ini tercermin dari sebuah dokumen yang disebut Hubb al-Wathan (Cinta Tanah
Air). Dana operasionalnya berasal dari Ismail, pemimpin nasionalis yang menguasai Mesir pada
saat itu dan yang menginginkan agar budaya Mesir meniru Barat

13
Khilafah Islamiyah untuk menanamkan kecurigaan dan sikap skeptis sampai akhir
keruntuhannya.
Pada tahun 1924, Mustafa Kamal Attaturk membubarkan Daulah Khilafah
Islamiyah yang berpusat di Turki Utsmani yang telah berhasil menjadi negara
Islam terbesar lebih kurang selama enam abad. Attaturk mengganti Khilafah
dengan sistem nasionalis-sekuler ala Barat. Dunia Islam pun berkeping-keping
dan semakin didominasi oleh kolonial Barat khususnya Inggris, Perancis, Amerika
Serikat dan Rusia.21
Nasionalisme di Asia dan Afrika (yang dahulunya merupakan negeri-
negeri yang tergabung dalam Daulah Khilafah Islam) timbul seiring dengan
Gerakan anti-imperialisme. Kebanyakan gerakan kemerdekaan yang berhasil,
bercita-cita untuk membentuk negara-negara baru menurut model Eropa, dengan
semua simbol status nasional: bendera dan lagu kebangsaan, administrasi modern,
persenjataan modern, penerbangan nasional, satu kursi di PBB, dan seterusnya.
Tetapi karena resesi tahun 1970-an, negara-negara semacam ini terdorong untuk
meminjam dari Barat dengan angka bunga yang membumbung tinggi sehingga
hutangnya belum lunas.22
Munculnya pemikiran politik Islam sekuler yang menjadi sebab pergeseran
system khilafah, banyak dilatarbelakangi oleh tiga faktor. Pertama, faktor
kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan faktor-faktor internal,
dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan jauh dari
kemurnian Islam. Kedua, karena hegemoni Barat terhadap keutuhan kekuasaan
politik dan wilayah dunia Islam yang berujung dengan dominasi atau penjajahan
oleh negara-negara Barat atas sebagian besar wilayah dunia Islam, hingga
runtuhnya ke- khilafahan Turki Utsmani. Ketiga, karena keunggulan Barat dalam
bidang ilmu, teknologi, organisasi dan politik.

3.6. Sejarah Munculnya Nation State Dan Perkembangannya


Tata letak peta politik dunia saat ini adalah produk akomodasi dan
penyesuaian kemanusiaan tentang politik geografis yang tak ada habisnya. Mosaik
lebih dari 200 negara bagian dan wilayah yang dipisahkan oleh batas-batas
membuat dunia terlihat seperti teka-teki gambar. Teritorialitas manusia mengacu
pada rasa kepemilikan dan keterikatan suatu negara (atau lebih dikenal komunitas

21
Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme: Reposisi WacanaUniversal dalam Konteks Nasional, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar,2005, h. 176.
22 Ian Adams. Terj. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya, Yogyakarta:

Qalam, 1993, h. 132

14
lokal) terhadap wilayahnya, yang dinyatakan oleh tekadnya untuk menjaganya
agar tidak dapat diganggu gugat dan dipertahankan.23
Negara adalah wilayah yang terorganisir secara politik, dikelola oleh
pemerintah, dan diakui oleh komunitas internasional. Suatu negara juga harus
memiliki populasi permanen, ekonomi yang terorganisir, dan sistem sirkulasi
internal (infrastruktur) yang berfungsi. Karena negara-negara tertentu memiliki
perpecahan internal, solusinya adalah dengan mengkapitalisasi "Negara Bagian"
(misalnya Negara Bagian Florida, Negara Bagian Uttar Pradesh India). 24
Ketika digunakan untuk unit politik yang independen secara formal, istilah
country dan state sering membingungkan. Sebaliknya, suatu bangsa adalah
sekelompok orang yang memiliki ikatan bahasa, agama, etnis, dan/atau atribut
budaya bersama lainnya. Secara teoritis, nation state adalah negara yang diakui
memiliki kedaulatan formal dan diduduki oleh orang-orang yang melihat diri
mereka sebagai satu bangsa yang bersatu. Hanya segelintir negara yang wilayah
negara sebagian besar bertepatan dengan distribusi orang-orang yang merasa
mereka adalah bagian dari satu bangsa. Islandia, Portugal, Denmark, dan Polandia
sering disebut-sebut sebagai nation state Eropa klasik. 25
Asal-usul dan sejarah awal nation state masih diperdebatkan. Dua
pertanyaan teoretis utama telah diperdebatkan. Pertama, "Mana yang lebih dulu,
bangsa atau negara-bangsa?" Kedua, “ Apakah negara-bangsa adalah ide modern
atau kuno?" Beberapa sarjana telah mengajukan hipotesis bahwa negara-bangsa
adalah produk sampingan yang tidak disengaja dari penemuan intelektual abad
ke-15 dalam ekonomi politik, kapitalisme, merkantilisme, geografi politik, dan
geografi yang dikombinasikan bersama dengan kartografi dan kemajuan dalam
teknologi pembuatan peta. Bagi yang lain, bangsa ini ada terlebih dahulu,
kemudian gerakan nasionalis muncul untuk kedaulatan, dan nation state
diciptakan untuk memenuhi tuntutan itu. Beberapa "teori modernisasi"
nasionalisme melihatnya sebagai produk kebijakan pemerintah untuk
menyatukan dan memodernisasi negara yang sudah ada. Sebagian besar teori
melihat nation state sebagai fenomena Eropa modern, difasilitasi oleh
perkembangan seperti pendidikan yang diamanatkan negara, literasi massa, dan
media massa (termasuk cetak). Namun, ada juga ahli sejarah mencari akar nation
state di zaman kuno.26

23
Andreas Wimmer and Yuval Feinstein American Sociological Review75(5) 764–790
Ó American Sociological Association 2010 DOI: 10.1177/0003122410382639 http://asr.sagepub.com
24
ibid
25
ibid
26
Boundless World History. Authored by: Boundless. Located at: https://www.boundless.com/world-
history/textbooks/boundless-world-history-textbook/. License: CC BY-SA: Attribution-ShareAlike

15
Secara umum, gagasan nation state dikaitkan dengan kebangkitan sistem
negara modern, sering disebut "sistem Westphalian" mengacu pada Perjanjian
Westphalia (1648). Keseimbangan kekuasaan yang menjadi ciri sistem itu
bergantung pada keefektifannya pada entitas independen yang didefinisikan
dengan jelas, dikendalikan secara terpusat, baik kerajaan atau nation state, yang
mengakui kedaulatan dan wilayah satu sama lain. Sistem Westphalian tidak
menciptakan nation state, tetapi nation state memenuhi kriteria untuk negara-
negara komponennya.27

3.7. Awal Mula Munculnya Nation State


Kenegaraan modern bisa dibilang muncul pada awal Renaisans. Yang pasti,
banyak politik sebelumnya menyaksikan mobilisasi dan monopoli kekerasan oleh
otoritas yang mengatur. Dalam arti ini mereka memenuhi kriteria kenegaraan
yang diucapkan oleh Max Weber bahwa negara adalah otoritas yang secara sah
memonopoli alat-alat pemaksaan kekuatan (Weber 1978). 28
Nation State berkembang cukup baru. Sebelum tahun 1500-an, di Eropa,
negara-bangsa seperti yang ada sekarang ini tidak ada. Saat itu, kebanyakan orang
tidak menganggap diri mereka bagian dari suatu bangsa; Mereka jarang
meninggalkan desa mereka dan hanya tahu sedikit tentang dunia yang lebih besar.
Jika ada, orang lebih cenderung mengidentifikasi diri mereka dengan wilayah atau
penguasa lokal mereka. Pada saat yang sama, para penguasa negara sering
memiliki sedikit kendali atas negara mereka. Sebaliknya, penguasa feodal lokal
memiliki banyak kekuasaan, dan raja sering harus bergantung pada niat baik
bawahan mereka untuk memerintah. Hukum dan praktik sangat bervariasi dari
satu bagian negara ke bagian lain. 29
Pada era modern awal, sejumlah raja mulai mengkonsolidasikan kekuasaan
dengan melemahkan para bangsawan feodal dan bersekutu dengan kelas
komersial yang muncul. Proses yang sulit ini terkadang membutuhkan kekerasan.
Konsolidasi kekuasaan juga memakan waktu lama. Raja dan ratu bekerja untuk
membawa semua orang di wilayah mereka di bawah pemerintahan terpadu. Tidak
mengherankan, kemudian, kelahiran nation state juga melihat gemuruh
nasionalisme pertama, ketika para raja mendorong rakyatnya untuk merasakan
kesetiaan terhadap negara-negara yang baru didirikan. Negara-bangsa modern
dan terintegrasi menjadi jelas didirikan di sebagian besar Eropa selama abad
kesembilan belas. 30

27
Boundless World History. Authored by: Boundless. Located at: https://www.boundless.com/world-
history/textbooks/boundless-world-history-textbook/. License: CC BY-SA: Attribution-ShareAlike
28 https://brill.com/previewpdf/book/edcoll/9789004266179/B9789004266179_032.xml
29
https://www.sparknotes.com/us-government-and-politics/political-science/nations-and-states/section2/
30
ibid

16
Kronologi munculnya Nation State digambarkan dalam table berikut ini:31

Linimasa Peristiwa Besar


Sebelum 1500-an Kebanyakan orang tinggal di desa-desa kecil; Mereka membayar
persepuluhan kepada tuan tanah feodal, tidak bepergian, dan
tidak terlalu peduli untuk apa pun di luar desa
1485 Henry VII memenangkan Perang Mawar di Inggris, memulai
dinasti Tudor, dan memulai pengembangan negara-bangsa
Inggris
1492 Raja Spanyol Ferdinand dan Isabella selesai mengambil kembali
seluruh Spanyol dari Muslim; era Spanyol sebagai kekuatan
global dimulai
1547–1584 Ivan the Terrible memerintah Rusia; dia menyatukan
pemerintah dan menciptakan nation state Rusia pertama
1638–1715 Louis XIV dari Prancis menciptakan monarki absolut; Prancis
muncul sebagai kekuatan dominan di Eropa
1648 Perdamaian Westphalia mengukuhkan status hukum nation
state sebagai berdaulat.
1789 Revolusi Prancis dimulai; itu menciptakan Nation State Prancis
modern dan memicu nasionalisme di seluruh Eropa
1871 Penyatuan Italia dan Jerman selesai
1919 Perjanjian Versailles mengakhiri Perang Dunia I; itu memecah
beberapa kerajaan multinasional dan menciptakan banyak
nation state baru.

3.8. Gereja Katholik dan Munculnya Nation State

Nation State yang baru muncul pada abad keenam belas dan ketujuh belas
memiliki hubungan yang kompleks dengan kekuatan transnasional yang dominan
saat itu, Gereja Katolik. Pada sisi lain, nation State parsial adalah alat yang berguna
bagi Gereja Katolik. Pada beberapa kesempatan, misalnya, Prancis dan Spanyol
campur tangan di Italia atas undangan Paus. Tetapi beberapa raja menginginkan
kendali atas gereja nasional mereka untuk mendapatkan kekuasaan absolut. Di
Inggris, perselisihan tentang siapa yang mengendalikan gereja Inggris membuat
Henry VIII memisahkan diri dari Paus dan mendirikan gereja Protestan
independen pada 1530-an. Perpisahan dengan Gereja Katolik ini memberi Inggris
sesuatu untuk berkumpul, sehingga mendorong mereka untuk mengembangkan

31
https://mises.org/library/rise-nation-state

17
kesetiaan terhadap negara-bangsa Inggris. Pada saat yang sama, beberapa umat
Katolik yang taat di Inggris menolak untuk pindah agama; ketidaksenangan
mereka pada akhirnya menyebabkan penindasan dan perang saudara.32

3.9. Perang Tiga Puluh Tahun dan Perdamaian Westphalia


Perang Tiga Puluh Tahun, yang terjadi di seluruh Eropa tengah dari tahun
1618–1648 antara Protestan dan Katolik, meletakkan dasar hukum bagi negara-
bangsa.
Perang melibatkan banyak negara di Eropa, termasuk banyak negara kecil
Jerman, Kekaisaran Austria, Swedia, Prancis, dan Spanyol. Meskipun perang
brutal, umat Katolik tidak dapat menjungkirbalikkan Protestan. Perjanjian yang
mengakhiri perang, yang disebut Perdamaian Westphalia, memutuskan bahwa
penguasa berdaulat suatu negara memiliki kekuasaan atas semua elemen bangsa
dan negara, termasuk agama. Dengan demikian, gagasan modern tentang negara
berdaulat lahir.33

3.10. Sentralisasi
Sentralisasi, atau proses di mana pembuatan undang-undang dan kebijakan
menjadi terpusat, membantu memacu perkembangan negara-bangsa. Kekuasaan
akhir berada di tangan pemerintah pusat, yang membuat hukum dan praktik lebih
seragam di seluruh negeri. Satu otoritas terpusat, daripada banyak otoritas lokal
yang beragam, memungkinkan negara-bangsa untuk dengan cepat
mengembangkan ekonomi mereka. Pedagang dapat berdagang di seluruh negeri
tanpa khawatir tentang pajak dan peraturan lokal. Juga, negara-bangsa jauh lebih
kuat secara militer daripada negara feodal. Penguasa mampu menciptakan tentara
nasional, yang tidak bergantung pada kaum bangsawan. Tentara dapat menerima
pelatihan yang konsisten sehingga semua unit dapat bekerja sama dengan baik.
Dalam banyak kasus, negara-bangsa yang baru muncul mendominasi bentuk-
bentuk organisasi politik yang lebih tua. 34

4. KESIMPULAN
Renaissance lahir dari kesadaran masyarakat Eropa akan pentingnya peran individu.
Potensi individu masyarakat Eropa seperti pengembangan intelektual mereka selalu
saja jadi hambatan bagi keperntingan gereja. Dominasi gereja menjadi penghalang
lahirnya berbagai temuan di Eropa, bahkan diberi hukuman bagi mereka yang
berseberangan dengan kebijakan gereja. Hal tersebut mendorong lahirnya
renaissance.

32
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/nana.12857
33
https://www.sparknotes.com/us-government-and-politics/political-science/nations-and-states/section2/
34
ibid

18
Perkembangan dan kemajuan Eropa saat ini tidak terlepas dari Islam.
Perkembangan Islam di abad pertengahan memberi pengaruh besar terhadap
perkembangan Eropa. Berbagai usaha yang dilakukan orang Eropa untuk menyerap
dan mengadopsi berbagai literatur dan kebudayaan Islam saat itu berhasil mereka
lakukan. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai pusat transformasi keilmuan saat itu,
seperti Andalusia, Sisilia dan Perang salib. Perubahan sistem pemerintahan dari
monarki ke Nation State menjadi babak baru bagi sistem politik dunia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Absor, Nur Fajar, Laely Armiyati, dkk., Tumbuh dan Berkembangnya Humanisme Pada
Masa

Renaisans Abad ke- 14 Sampai Abad ke-17, Jakarta: Universitas Muhammadiyah, t.t.
Adams, Ian. Terj. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik dan Masa
Depannya, Yogyakarta: Qalam, 1993, h. 132

Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme: Reposisi WacanaUniversal dalam Konteks


Nasional, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2005, h. 176.

Ahmed ,Shabir, Akar Nasionalisme di Dunia Islam, Bangil: Tim Al-Izzah, 2002, h. 39.
Asy’ari, Hasyim, “Renaisans Eropa dan Transmisi keilmuan Islam ke Eropa”,
JUSPI:Jurnal Sejarah Peradaban Islam, vol. 2, no. 1, 2018.

Boundless World History. Authored by: Boundless. Located at:


https://www.boundless.com/world-history/textbooks/boundless-world-history-
textbook/. License: CC BY-SA: Attribution-ShareAlike

Nasution, Harun, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002, Jilid
II.

Pulungan, Suyuthi, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2018.

Purwanto, Heri, Sejarah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019.

Rosalina, Erna, Pemikiran Masa Renaisans dan Reformasi, Yogyakarta: Program Magister
Pendidikan Sejarah UNY, 2020.

Siregar, Lisga Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik, Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis, 2010.

Suryanta, Sri, “Transformasi Intelektual Islam ke Barat”, Jurnal Islam Futura, vol. 10, no.
2, 2011.

Wahid , M. Maghfur dan Al-Izzah ed. , Sistem Pemerintahan Islam, Bangil: Al-Izzah, 2002
dan Jurnal Al-Waie edisi Maret 2004.

https://brill.com/previewpdf/book/edcoll/9789004266179/B9789004266179_032.xml

20
https://www.sparknotes.com/us-governmentandpolitics/politicalscience/nations-and-
states/section2/

https://mises.org/library/rise-nation-state

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/nana.12857

21

Anda mungkin juga menyukai