Anda di halaman 1dari 4

َ ‫ َأ ْش هَ ُد َأ ْن اَل ِإلَ هَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.

‫ت‬ ‫هّٰلِل‬
، ُ ‫ك لَ ه‬ ِ ‫ك ْال َمنَا ِه ْي َوفِع ِْل الطَّاعَا‬ ِ ْ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذيْ َأ َم َرنَا بِتَر‬
ٰ
‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َعلَى‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫َّش ا ِد‬
َ ‫اعي بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى الر‬ ِ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّدنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ ال َّد‬
‫ب َأ َّما‬
ِ ‫ب َو َعلَى التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَ وْ ِم ْال َم آ‬ ِ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه الهَا ِد ْينَ لِلص ََّوا‬
،‫بَ ْع ُد‬
‫ق تُقَاتِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن ِإاَّل َوَأنـْتُ ْم ُم ْس لِ ُموْ نَ فَقَ ْد قَ ا َل هللاُ تَ َع ال َى فِي ِكتَابِ ِه‬ َّ ‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ َح‬، َ‫فَيَااَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬
‫َس ى اَ ْن يَّ ُكوْ نُ وْ ا َخ ْي رًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء‬ ٓ ٰ ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَسْخَرْ قَوْ ٌم ِّم ْن قَ وْ ٍم ع‬:‫ْال َك ِري ِْم‬
‫ان‬ ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬
ِ ۚ ‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َم‬ ِ ۗ ‫َسى اَ ْن يَّ ُك َّن خَ ۤ ْيرًا ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل ت َْل ِم ُز ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا بِااْل َ ْلقَا‬
َ ‫ب بِْئ‬ ٰٓ ‫ع‬
ٰ ‫ولىكَ هُم‬
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ٰ
ُ ِٕ ُ ‫َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,


Islam mengajarkan para pemeluknya untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Ini
artinya masing-masing orang didorong untuk menjadi paling unggul dibanding yang lain dalam
berbuat baik. Anjuran ini juga berkelindan dengan konsep kehidupan menurut Islam bahwa yang
hakiki dan abadi adalah akhirat, sementara yang semu dan sementara adalah dunia. Dunia,
dengan demikian, adalah tempat menanam sebanyak-banyaknya kebaikan agar bisa dipanen pada
kehidupan di akhirat kelak.
Dalam Al-Qur’an sendiri Allah mengiming-imingi bahwa manusia yang paling tinggi derajat
kemuliaannya adalah yang paling bertakwa (inna akramakum ‘indallahi atqakum). Informasi ini
secara implisit juga bermakna anjuran berkompetisi dalam ketakwaan. Semakin muttaqin
(bertakwa) seseorang, semakin unggul kedudukannya di sisi Allah swt.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah,
Ada jebakan yang cukup samar ketika seseorang “berhasil” memperbanyak kebaikan, seperti
ibadah wajib, ibadah sunnah, peran sosial, atau menjadi ahli di bidang pengetahuan tertentu.
Jebakan tersebut adalah perasaan “sudah sangat baik” atau “lebih baik dari orang lain”. Sebab,
ini adalah pintu masuk bagi sikap untuk memandang rendah atau menyepelekan orang lain.
enjadi baik adalah satu hal, dan merasa sudah baik adalah hal yang lain. Yang pertama
menekankan sisi proses, sementara yang kedua cenderung menganggap sudah mencapai hasil.
Padahal, implementasi dari fastabiqul khairat harusnya adalah proses tidak berkesudahan. Ketika
kita berhenti karena sudah merasa berada di posisi yang lebih baik dari yang lain, maka di situlah
kita tanpa terasa sedang terperosok. Sebab, merasa lebih baik dari orang lain adalah
ketidakbaikan itu sendiri. Akhirnya apa yang tampak berhasil sejatinya adalah kegagalan.

‫فَاَل تُزَ ُّكوا َأ ْنفُ َس ُك ْم هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َم ِن اتَّقَى‬


“Jangan kamu merasa paling suci. Karena Dia-lah yang lebih mengetahui orang yang paling
bertakwa,” (QS An-Najm: 32).
Para ahli tafsir mengungkap, ayat tersebut adalah kritik terhadap mereka yang gemar memuji dan
membangga-banggakan amal sendiri. Padahal, kualitas ketakwaan hanyalah Allah yang paling
tahu. Bisa jadi suatu amal ibadah atau kebaikan di satu sisi terlihat menggunung tapi di sisi lain
ternyata keropos dan rapuh. Mudah runtuh dalam sekejap. Atau sebaliknya, amal yang sekilas
tampak remeh bisa jadi sangat berharga di mata Allah karena dijalankan dengan penuh ketulusan
dan ridha-Nya.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Lalu bagaimana kita bisa selamat dari jebakan merasa lebih baik atau bangga diri (ujub) yang
menjadi pangkal sikap merendahkan orang lain? Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah
memberikan kiat-kiatnya. Beliau merekomendasikan pendekatan manajemen pikiran yang selalu
melihat kemungkinan positif dari orang lain, entah itu orang tua atau anak, berilmu atau bodoh,
mukmim atau kafir.
Saat kita melihat anak kecil atau lebih muda, berpikirlah bahwa ia itu lebih baik dari diri kita.
Waktu mereka untuk bermaksiat tentu lebih sedikit dibanding kita yang lebih tua dari mereka.
Saat kita melihat orang yang lebih tua, berpikirlah bahwa ia juga lebih baik dari kita. Sebab,
ibadah mereka tentu mulai lebih dulu daripada kita yang lahir belakangan.
Ketika bertemu dengan orang pandai atau berilmu, kita juga diajak untuk berpikir bahwa itu
semua adalah anugerah yang belum kita gapai, prestasi yang belum kita raih. Mereka tahu
banyak hal tentang apa yang tidak banyak kita ketahui. Kita bukan cuma tidak selevel tapi juga
sulit mengungguli kebaikannya.
Ketika berjumpa dengan orang bodoh, kita juga diajak untuk berpikir bahwa ia tetap lebih baik
dari kita. Andaipun mereka ini bermaksiat tentu maksiat mereka lebih ringan daripada kita.
Sebab, mereka durhaka karena kebodohan, sementara kita berbuat dosa justru atas dasar ilmu.
Pengadilan akhirat kelak akan menjadikan ini dasar ketika waktu perhitungan tiba.
Bagaimana kita melihat orang kafir? Imam al-Ghazali lagi-lagi menyuruh kita untuk menata
pikiran bahwa ia juga mungkin lebih baik. Ajal orang tidak ada yang tahu. Bisa jadi Allah
mewafatkan orang kafir itu secara husnul khatimah dengan memeluk Islam sehingga bersihlah
dosa-dosa sebelumnya. Sementara diri kita? Tidak ada jaminan kita mati dengan masih
membawa anugerah terbaik, yakni iman.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Kita mungkin mudah saja meraih simpati atau kesan sebagai orang saleh dan baik di mata orang-
orang. Namun, itu semua hanyalah semu karena kebaikan yang hakiki adalah kebaikan di mata
Allah di akhirat kelak. Imam al-Ghazali berpandangan bahwa kebaikan di sisi Allah
sesungguhnya adalah sesuatu yang masih misterius. Kepastiannya menunggu ketika kita mati,
apakah dalam keadaan su’ul khatimah atau husnul khatimah.
Kata Imam al-Ghazali: dalam Bidayatul Hidayah:

ٌ ْ‫ َوهُ َو َموْ قُ و‬، ٌ‫ َو ٰذلِكَ َغيْب‬،‫َار ااْل ٰ ِخ َر ِة‬ ‫هّٰللا‬


‫ف‬ ِ ‫ك َأ ْن تَ ْعلَ َم َأ َّن ْال َخ ْي َر َم ْن هُ َو خَ ي ٌر ِع ْن َد ِ فِي د‬
َ َ‫بَلْ يَ ْنبَ ِغي ل‬
‫ بَلْ يَ ْنبَ ِغي َأاَّل تَ ْنظُ ُر ِإلَى َأ َح ٍد‬، ٌ‫ك َج ْه ٌل َمحْ ض‬
َ ‫ك َأنَّكَ خَ ْي ٌر ِم ْن َغي ِْر‬
َ ‫َعلَى الخَ اتِ َم ِة؛ فَا ْعتِقَا ُدكَ فِي نَ ْف ِس‬
َ ‫ َوَأ َّن ْالفَضْ َل لَهُ َعلَى نَ ْف ِس‬، َ‫ِإاَّل َوت ََرى َأنَّهُ خَ ْي ٌر ِم ْنك‬
‫ك‬
"Ketahuilah bahwa kebaikan adalah kebaikan menurut Allah di akhirat kelak. Itu perkara ghaib
(tidak diketahui) dan karenanya menunggu peristiwa kematian. Keyakinan bahwa dirimu lebih
baik dari selainmu adalah kebodohan belaka. Sepatutnya kau tidak memandang orang lain
kecuali dengan pandangan bahwa ia lebih baik ketimbang dirimu dan memiliki keutamaan di
atas dirimu."
Sang Hujjatul Islam juga menyebut ujub sebagai penyakit kronis. Yang ditimpa pun bukan fisik
tetapi hati yang penanganannya tentu lebih sulit. Penyakit ini jika tidak segera ditangani akan
memancing penyakit-penyakit lain untuk datang, seperti gemar menghina atau merendahkan
orang lain, mencaci-maki, egois, tertutup atas nasihat, antikritik, dan mungkin yang lebih
ekstrem, merasa berhak menganiaya orang lain. Na’udzubillahi min dzalik.
Tugas pokok manusia mengabdi total kepada Allah. Soal kualitas ibadah, manusia memang
harus mengikhtiarkannya semaksimal mungkin tetapi bukan untuk dibangga-banggakan, apalagi
sampai menganggap rendah orang lain. Terlebih dalam sebuah hadits dijelaskan sesungguhnya
faktor paling menentukan kita selamat adalah rahmat Allah, bukan yang lain.

ُ ‫أن يَتَ َغ َّم َدنِي هَّللا‬ َ ‫ واَل ِإيَّا‬:‫ك ي ا َرس و َل هَّللا ِ؟ ق ا َل‬
ْ ‫ي إاَّل‬ َ َّ‫ واَل ِإي‬:ٌ‫ قال َر ُجل‬،ُ‫أحدًا ِمن ُكم َع َملُه‬ َ ‫لَ ْن يُ ْن ِجي‬
ٰ ‫برحْ َم ٍة‬
‫ول ِك ْن َس ِّد ُدوا‬ َ ُ‫ِم ْنه‬
Artinya, “Amal tidak akan menyelamatkan kalian.” Seseorang bertanya, “Apakah amal juga
tidak menyelamatkan engkau, wahai Rasulullah?” Jawab Nabi, “Tidak pula amal
menyelamatkanku hanya saja Allah melimpahiku dengan rahmat dari-Nya, akan tetapi luruslah
(cari kebenaran dan amalkan),” (HR al-Bukhari). Semoga Allah selamatkan kita semua dari
penyakit hati yang parah, dan jikapun kita terkena penyakit hati sekecil apa pun maka Allah
segera menyembuhkannya.

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّي‬ ِ ‫بَا َركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ٰا ِن ْال َك ِري ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ااْل ٰ يَا‬
‫َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم َوَأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا فََأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬

Khutbah II

ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإ ٰلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَ ه‬.‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬
ٰ َّ ‫َوَأ ْشهَ ُد‬
‫ص لِّ َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫ض َوانِ ِه‬ ْ ‫إلى ِر‬ َ ‫اع ْي‬ ِ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد‬
‫ فَي ا َ اَيُّهَ ا النَّاسُ اِتَّقُ وا هللاَ فِ ْي َم ا َأ َم َر َوا ْنتَهُ وْ ا َع َّما نَهَى‬،‫ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َس لِّ ْم ت َْس لِ ْي ًما َكثِ ْي رًا َأ َّما بَ ْع ُد‬
ُ‫َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآَل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ ا َل تَع اَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآَل ِئ َكتَ ه‬
ٰ
‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َعلَى َس يِّ ِدنَا‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َس لِّ ُموْ ا ت َْس لِ ْي ًما‬ َ ‫َلى النَّبِ ّي يَآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا‬ َ ‫صلُّوْ نَ ع‬ َ ُ‫ي‬
‫ض ع َِن ْال ُخلَفَ ا ِء‬ َ ْ‫ُس لِكَ َو َمآَل ِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوار‬ ُ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰا ِل َس يِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َأ ْنبِيَاِئكَ َور‬
‫الص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَ ابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم‬ َّ ‫َّاش ِد ْينَ َأبِي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم انَ َو َعلِ ّي َوع َْن بَقِيَّ ِة‬ ِ ‫الر‬
ٰ
َ‫َّاح ِم ْينَ اَللّهُ َّم ا ْغفِ رْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
ِ ‫ك يَ ا َأرْ َح َم ال ر‬ َ ِ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت‬ َ ْ‫بِِإحْ َس ا ٍن ِإلَى يَ وْ ِم ال ِّدي ِْن َوار‬
‫ اَ ٰللّهُ َّم َأ ِع َّز اِإْل ْس اَل َم َو ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل‬.‫ت‬ ِ ‫ت اََألحْ يَآ ُء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬ِ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
َ‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْس لِ ِم ْين‬ ْ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو‬ َ َ‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن ن‬ َ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَا َد‬ َ ْ‫ال ِّشر‬
َ‫لوبَ ا َء َوال َّزاَل ِز َل َو ْال ِم َحن‬ ٰ
َ ‫ اَللّهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْا‬.‫َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِكَ ِإلَى يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‬
َ‫صةً َو َس اِئ ِر ْالب ُْل دَا ِن ْال ُم ْس لِ ِم ْين‬ َّ ‫َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا ِإ ْن ُدونِ ْي ِسيَّا خآ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَ ا ظَلَ ْمنَ ا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا ٰاتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَ ْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ا ِن‬ ‫َأ ْنفُ َسنَا َوِإ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَ ِ‬
‫َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُك رُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم‬
‫ُر‬ ‫ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ‬ ‫ِز ْد ُك ْم َولَ‬ ‫ِه يَ‬ ‫ُكرُوْ هُ ع َ‬
‫َلى نِ َع ِم‬ ‫ْذ ُكرْ ُك ْم َو ْ‬
‫اش‬ ‫يَ‬

Anda mungkin juga menyukai