Anda di halaman 1dari 22

REKAYASA IDE

“Menentukan FPB Suatu Ring Polinom Bn[x] Dengan Menggunakan Algoritma Euclid”

Dosen Pengampu : Faridawaty Marpaung, S.Si.,M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 5 PSM 21 B

1. DewiOktavianaSitumeang (4212230001)
2. Dian Marisa (4213530001)
3. Glory Marni Laia (4213230035)
4. Yuni Sarah Siregar (4212530002)
5. Yohana YuliaPurba (4213530011)

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, karunia serta kasih
sayangNya kami dapat menyelesaikan RI mengenai Algoritma Euclid ini dengan sebaik mungkin.
RI (Rekayasa Ide) ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Teori Bilangan di
Universitas Negeri Medan. Selain itu, kami juga berharap agar RI ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca mengenai Algoritma Euclid. Dalam penyusunan CJR ini kami menggunakan media
baca dari e-journal dan lainnya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada sumber yang
telah kami gunakan untuk pembuatan RI ini. Kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya
kepada Ibu Faridawaty Marpaung, S.Si.,M.Si selaku Dosen Teori Bilangan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan kami sebagai mahasiswa pada mata kuliah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih pada semua teman teman yang bersedia membaca RI ini. Kami
menyadari RI ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan RI ini.

Medan, April 2022

Kelompok 5

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................................... I
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................................................. 1
RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................................................1
TUJUAN........................................................................................................................................................................... 1
BAB II IDE YANG SUDAH ADA................................................................................................................................... 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN...................................................................................................................................................................17
SARAN........................................................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................. 18

II
BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Algoritma euclid merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk mencari Greatest
Common Divisor (GCD) atau biasa dikenal dengan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua
bilangan, khususnya untuk bilangan-bilangan yang sangat besar sehingga tidak perlu mencari
faktorisasi prima dari kedua bilangan tersebut. Algoritma euclid ini biasanya diperkenalkan kepada
mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah teori bilangan.
Algoritma Pembagian merupakan generalisasi konsep pembagi-pembagi dan konsep Faktor
Persekutuan Terbesar [FPB] untuk suatu himpunan dalam Ring Euclid. Salah satu himpunan yang
merupakan Ring Euclid adalah Ring Polinom dengan koefisien-koefisien dalam bilangan bulat
modulo n dimana n merupakan bilangan prima. Faktor Persekutuan Terbesar suatu Ring Polinom
dalam Ring Euclid dapat dihitung dengan menggunakan Algoritma Euclid yang merupakan proses
iterasi atau pengulangan dari Algoritma Pembagian Polinom.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Algoroitma Euclid?
2. Apa saja iide ataupun motivasi dari algoritma euclid?
3. Apa manfaat dari Algoritma euclid?
4. Apa saja teorema teorema dalam algoritma euclid?
1.3TUJUAN
 Untuk mengetahui pengertian dari Algoritma Euclid.
 Mengetahui bagaimana ide terbaru dari algoritma euclid.
 Mengetahui bagaimana penyebab terjadinya inovasi dari algoritma euclid.
 Mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan dari setiap persoalan
menggunakan algoritma euclid.

1
2
BAB II

IDE YANG SUDAH ADA

Algoritma pembagian

Jika a > 0, dan a,b Z, maka ada bilangan-bilangan q, r Z yang masing-masing tunggal
(unique) sehingga b = qa + r dengan 0 ≤ r < a.Jika a ┼ b maka r memenuhi ketidaksamaan 0 < r
< a.
Bukti.
Misal a, b Z, maka dapat dibentuk suatu barisan aritmatika b – na, n Z, yaitu: ..., b –3a, b –
2a, b-a, b, b + a, b + 2a, ....

Barisan di atas mempunyai bentuk umum b – na.

Selanjutnya, misal S adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya suku yang bernilai positip dari
barisan b – na, sehingga:
S = { (b – na) │n Z, dan b – na > 0 }
Menurut prinsip urutan, maka S mempunyai unsur terkecil, sebut saja r. Karena r S, maka r dapat
dinyatakan sebagai r = b – qa, dengan q Z. Dari r = b – qa dapat
diperoleh b = qa + r.
Jadi jika a > 0 dan a,b Z maka ada q,r Z sedemikian sehingga b = qa + r.
Untuk menunjukkan bahwa 0 r < a, maka digunakan bukti tidak langsung sebagai berikut:
Anggaplah bahwa 0 r < a tidakbenar, maka r a dan dalam hal ini r tidak mungkin negatip
karena r S.
Jika r a maka r – a 0.
r = b – qa r – a = b – qa – a
= b – ( q +1) a.
r–a 0 dan r-a = b – ( q + 1 ) a 0.
r–a 0 dan r – a mempunyai bentuk b – na, maka r – a S.

Karena a > 0 maka r – a < r sehingga r – a merupakan unsur terkecil dari S dan lebih kecil dari r.
Hal ini bertentangan dengan pengambilan r sebagai unsur terkecil S. Jadi haruslah 0 r < a.
3
Untuk menunjukkan ketunggal q dan r, dimisalkan q dan r tidak tunggal yaitu q1, q2, r1, r2 Z
dan memenuhi hunbungan persamaan b
= q1a + r1
b = q2a + r2
Sehingga berlaku q1a+ r1 = q2a+ r2
( q1 - q2 ) a + ( r1 - r2 ) = 0 .

( r1 - r2 ) = ( q2 – q1 )a a

│ ( r1 - r2 )

a │ ( r 1 - r2 ) r1 - r2 = 0 atau r1 - r2 a(a r1 - r 2 )
r1 - r 2 = 0 r1 = r2 (q1 - q2 ) a = 0 q1 = q2

r1 - r2 a > 0, r1 > 0 , r2 > 0 r1 a = 0.

Jadi r1 = r2 dan q1 = q2 yaitu q dan r masing-masing adalah tunggal.


Selanjutnya jika a ┼ b, maka tidak ada q Z sehingga b = qa. Hal ini berarti b qa atau b = qa
+ r dengan 0 < r < a. ( r 0, sebab jika r = 0 diperoleh b = qa).

4
Dalil 2.3

Jika b = qa + r dengan 0 ≤ r < a, maka b disebut bilangan yang dibagi (devidend) a disebut
bilangan pembagi (devisor/faktor) q disebut bilangan hasil bagi (quotient), dan r disebut bilangan
sisa (remainder/residu)
Dalil 2.3 di atas disebut pula dengan dalil algoritma pembagian. Algoaritma adalah prosedur
atau metode matematis untuk memperoleh hasil tertentu yang dilakukan menurut sejumlah
langkah berurutan yang berhingga. Dalil 2 ini sebenarnya lebih bersifat dalil eksistensi
(keujudan) dari adanya bilangan-bilangan bulat q dan r dari suatu algortima. Namun demikian
uraian tentang pembuktiannya dapat memberikan gambaran adanya suatu metode, cara , atau
prosedur matematis untuk memperoleh bilangan-bilangan bulat q dan r sehingga b = qa + r.
Jika a = 2 dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut dalil sebelumnya b dapat
dinyatakan dengan b = 2q + r, dengan 0 ≤ r < a. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai b yang
mungkin dapat ditentukan oleh nilai-nilai r yang mungkin yaitu r = 0 dan r = 1.
Untuk r = 0 maka b = 2q + r = 2q + 0. b = 2q, dengan q Z. b yang dapat dinyatakan dengan 2q
( q Z ) disebut bilangan bulat genap (even integer).
Untuk r = 1, b = 2q + r = 2q + 1 ( q Z ) disebut bilangan bulat ganjil. (odd intereger, gasal).
Ternyata berdasarkan dalil algoritma pembagian, setiap bilangan bulat dapat dinyatakan sebagai
bilangan bulat genap (2q) atau bilangan bulat ganjil ( 2q + 1). Selanjutnya jika diambil a = 3,
maka menurut dalil Algoritma Pembagian, dengan mengambil r= 0, r=l dan r=2. Sehingga
sebarang bilangan bulat b dapat dinyatakan sebagai bentuk dari salah satu persamaan berikut:

b = 3q

b = 3q + 1

b = 3q + 2

Dengan alasan yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan antara lain:

1. Salah satu dari 4q, 4q+1, 4q+2, 4q+3 (q Z)


2. Salah satu dari 5q, 5q+1, 5q+2, 5q+3, 5q+4 (q Z)
3. Salah satu dari 6q, 6q+1, 6q+2, 6q+3, 6q+4, 6q+5 (q Z)

5
Disinilah sebenarnya letak dari konsep algoritma pembagian, suatu konsep mendasar yang dapat
digunakan untuk membantu pembuktian sifat-sifat tertentu.

Faktor Persekutuan Terbesar


Sebelum membahas tentang factor persekutuan terbesar (FBI) ada beberapa peragaan yang perlu
diketahui. Apabila ada dua buah bilangan a=6 dan b=8. Jika A adalah himpunan factor dari a,dan
B adalah himpunan semua factor dari b, serta C adalah himpunan factor persekutuan dari a dan b,
maka :
A={-6,-3,-2,-1,1,2,3,6}
B={-8,-4,-ssss2,-1,1,2,4,8}
C=A∩B={-2,-1,1,2}
Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2 merupakan factor persekutuan dari a=6 dan b=8.
Demikian juga, 2 merupakan bilangan bulat positif terbesar yang membagi a=6 dan b=8.
Sekarang, jika dimisalkan a=-6 dan b=8. Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2
merupakan factor persekutuan dari a=-6 dan b=8. Selanjutnya, 2 juga merupakan bilangan bulat
positif terbesar yang membagi a=-6 dan b=8. Dengan jalan yang sama, jika diambil a=-6
dan b=-8, maka akan juga diperoleh factor persekutuan terbesar dari a dan b adalah 2.
Jka untuk menyatakan factor persekutuan terbesar dari a dan b digunakan lambang (a,b) maka
dapat ditentukan bahwa (6,8)=2,(-6,8)=2, (-6,-8)=2. Ternyata factor persekutuan terbesar dari
dua bilangan bulat a dan b, apapun tanda masing-masing, selalu diperoleh nilai yang bertanda
positif.
Tetapi, jika a dan b (tidaak keduanya) bernilai nol, misalnya a=0 dan b=6. Jika A adlah
himpunan semua factor a=0 dan b=8 adalah himpunan semua factor b=6, maka:
A={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}

6
C=A∩B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
Dengan demikian, (a,b)=(0,0) tidak ada, karena C tidak mempunyai anggota yang terbesar.
Jadi, setiap bilangan bulat a dan b yang tidak keduanya nol hanya memiliki sejumlah terbatass
factor (pembagi). Tetapi, untuk kasus a=b=0, banyaknya factor persekutuan dar a dan b tidak
terbatas. Bilangan 1 akan membagi setiap bilangan, maka 1 merupakan factor persekutuan dua
bilangan bulat sembarang a dan b sehingga setiap pasang bilangan bulat sembarang selalu
memiliki factor persekutuan.

Definisi 5.4 dan Definisi 5.5 bersama-sama dapaat dinyatakan sebagai berikut:
d=(a,b) jika dan hanya jika:
i. d│a dan d│b
ii. jika, c│a dan c│b maka c ≤ d.
syarat i) menyatakan bahwa d factor persekutuan dari a dan b, sedangkan syarat ii) menyatakan
bahwa d fakor persekutuan terbesar dari a dan b.
Notasi:
1. d=(a,b) dibaca d adalah faktor persekutuan terbesar (FPB)(greatest common divisor)
dari a dan b.
2. d=(a1, a2,...,an) dibaca d adalah faktor persekuuan terbesar dari a1, a2,...,an.
3. d=(a,b) didefinisikan untuk setiap a,dan b Z kecuali a=0 dan b=0.
4. d=(a,b) adalah bilangan bulat positif yaitu d Z dan d>0 (atau d≥1)

Teorema 5.13
Diketahui a,b,q, dan r Z. Jika b=qa+r maka faktor persekutuan terbesar dari a
dan b sama dengan faktor persekutuan terbesar dari a dan r, di mana r merupakan
sisa pembagian.

Bukti:
Teorema ini dengan singkat dapat ditulis “Jika b=qa+r maka (b,a)=(a,r)”. Misalkan (b,a)=d,
berarti d│b dan d│a.

7
Dari ketentuan b=qa+r , karena d│a dan d│qa untuk setiap q Z sembarang. Jika d│qa dan d│b
maka sesuai teorema d│r. karena d│a dan d│r maka d adalah faktor persekutuan dari a dan r.
Misalkan c adalah sembarang faktor persekutuan dari a dan r, berarti c│a dan c│r. Dari
ketentuan b=qa+r , karena c│a maka c│qa. Dengan c│qa dan c│r maka sesuai dengan teorema
c│b. Demikian pula karena c│a dan c│b maka c adalah faktor persekutuan dari a dan b.
Karena (b,a)=d, c│a dan c│b berarti c≤d. Ini berarti bahwa d adalah faktor persekutuan dari a
dan r, ditulis (a,r)=d, karena (b,a)=d maka (b,a)= (a,r).
Contoh:
Teorema 5.14
Jika (a,b)=d maka d adalah bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk
ax+by dengan x,y Z.

Terlihat bahwa (200,150)=50 dan (150,50)=50

Bukti:
Nilai-nilai ax+by dengan x,y Z. Disusun dalam suatu barisan. Misalkan S adalah himpunan
unsur-unsur barisan yang positif yaitu:
S={ ax+by>0 dan x,y Z}, maka S N
Karena N merupakan himpunan yang terurut rapi dan S , maka S mempunyai unsur terkecil.
Misalkan unsur terkecil itu adalah t.
Karena t S, maka tentu ada x,y Z sehingga t= ax+by. Jadi t adalah bilangan bulat positif
terkecil yang mempunyai bentuk ax+by.Selanjutnya harus dibuktikan bahwa t=d=(a,b), yaitu
t merupakan faktor persekutuan terbesar dari a dan b.

8
Untuk menunjukkan bahwa t adalah faktor persekutuan terbesar dari a dan b perlu ditunjukkan
bahwa t│a dan t│b.
Bukti tidak langsung digunakan untuk membuktikan t│a.
Misalkan t│-a, maka a≠qt untuk semua q Z, dan menurut teoema a=qt+r, dengan 0<r<t,
sehingga:
r = a-qt=a-q(ax+by)=a(1-qx)+b(-qy).
Dengan demikian r Z karena r mempunyai bentuk umum unsur S. Untuk r,t S, r<t, hal ini
berarti t bukan unsur terkecil S, padahal t dimisalkan sebagai unsur terkecil S, maka terjadi
kontradiksi, berari tidak benar t│-a, dengan kata lain t│a.
Dengan jalan yang sama dapat ditunjukkan bahwa t│b. Karena t│a dan t│b, maka t adalah
faktor persekutuan terbesar dari a dan b, berarti t≤d karena d adalah faktor persekutuan
terbesar dari a dan b. Kemudian dapat ditunjukkan d≤t sebagai berikut:
d =(a,b), maka sesuai definisi d│a dan d│b
d│a dan d│b, maka sesuai definisi keterbagian, ada m,n Z sehingga a= md dan b=nd.
t =ax+by, a= md dan b=nd, maka t=(md)x+(nd)y atau t=d(mx+ny), berarti dot karena (mx+ny)
Z.
dot,d>0 dan t>0 maka sesuai teorema, d≤t.
t≤d dan d≤t, maka t=d atau d=t.
Jadi:d=(a,b) adalah sama dengan t, yaitu bilangan bulat terkecil yang mempunyai bentuk
ax+by dengan x,y Z.
Teorema 5.15
Jika m Z dan m>0, maka (ma,mb) = m (a,b)

Bukti:
Misalkan (a,b)=t dan (ma,mb)=g, menurut teorema, ada x,y,v,w Z sehingga t=ax+by dan
g=mav+mbv

9
1. misalkan (ma,mb)=g, sesuai definisi FBP g│ma dan g│mb. Karena g│ma dan g│mb maka
sesuai teorema g│max dan g│mby untuk setiap x,y Z selanjutnya, g│max dan g│mby maka
g│max+mby atau g│m(ax+by), sehingga g│mt karena t=ax+by(sesuai teorema).
2. Misalkan (a,b)=t, maka sesuai definisi FPB t│a dan t│b. karena t│a dan t│b maka
mt│ma dan mt│mb untuk setiap m Z dan m≠0. Dari mt│ma dan mt│mb memberikan
mt│mav dan mt│mbw. Dengan demikian, karena mt│mav dan mt│mbw maka mt│mav +mbw,
sehingga mt│g karena g= mav +mbw.
Dari 1) diperoleh g│mt dan dari 2) diperoleh mt│g, maka sesuai dengan teorema g=mt karena
g>0 dan mt>0. Karena g=mt, g=(ma,mb) dan mt=m(a,b) maka (ma,mb)=m(a,b).

Teorema 5.16
Jika (a,b)=d maka (a:d,b:d)=1, d Z dan d>0.

Teorema 5.15 digunakan untuk mencari FPB dari dua bilangan yang mempunyai factor
persekutuan, sehingga penyelesaiannya dapat disederhanakan dengan jalan mengeluarkan factor
persekutuan kedua bilangan.

Bukti :
Cara 1
Misalkan bahwa (a:d,b:d)=c, maka harus ditunjukkan bahwa c=1, yaitu dengan memperlihatkan
bahwa c≤1 dan c≥1.
Karena c adalah factor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat maka c≥1. (berdasarkan
definisi 5.5). selanjutnya kita akan menunjukkan bahwa c≤1.
Karena (a:d,b:d)=c maka c│(a:d) dan c│(b:d)

c│(a:d) a:d=cq.
a:d=cq a=d(cq) (definisi pembagian)
a=(dc).q (sifat asosiatif pada perkalian)

Karena c Z dan d Z maka dc Z, selanjutnya c│(b:d) (b:d)=cr

10
b:d=cr b=d(cr ) (definisi pembagian)
b=(dc).r (sifat asosiatif pada perkalian)
Karena c Z dan d Z maka dc Z.
Persamaan a=(dc).q dan b=(dc).r menunjukkan bahwa dc adalah factor persekutuan dari a dan b.
karena d adalah factor persekutuan terbesar dari a dan b, maka dc≤d. karena d Z, d>0 maka
c≤1. Karena c≥1 dan c≤1 maka c=1

Teorema 5.17
Jika a,b,c Z, a│bc dan (a,b)=1 maka a│c.

Bukti:
Cara 1
Ambil a bilangan bulat a,b, dan c dan (a,b)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada x dan y dengan
x,y Z sehingga ax+by=1.
ax+by=1 c=( ax+by)=c.1 (kedua ruas dikalikan dengan c)
c(ax)+c(by)=c (sifat distribusi perkalian) acx)
+bcy)=c (sifat asosiatif dan komunitatif)
Karena a│bc maka a│(bc)y untuk y Z.
a│a(cx) karena a(cx) mempunyai factor a
a│(bc)y dan a│a(cx), maka a│(bcy+acx)
Karena a│(bcy+acx) dan (bcy+acx)=c maka a│c.

11
Teorema 5.18
Jika (a,m)1 dan (b,m)=1 maka (ab,m)=1.

3│54 atau 3│6.9 tetapi (3,6)≠1, ternyata bahwa 3│6 dan 3│9

Bukti:
Karena (a,m)=1 maka sesuai dengan teorema 5.14, ada x,y Z sehingga ax+my=1, atau ax=1-
my.
Dari (b,m)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada s,t Z sehingga bs+mt=1, atau bs=1-mt.
(ax)(bs)=(1-my)(1-mt)=1-mt-my+m2yt=1-m(t+y-myt)
(ax)(bs)+ m(t+y-myt)=1
(xs)(ab)+ m(t+y-myt)=1 (sifat komunitatif dan asosiatif)
jika u=xs dan v=(t+y-myt) maka u,v Z, sehingga (u) (ab)+mv=1 dan tidak mungkin ada
bilangan bulat positif yang kurang dari 1 dan mempunyai bentuk itu, maka sesuai dengan
Teotema 5.14, (ab,m)=1
Teorema 5.19
Diketahui sebarang x,y Z; d=(a,b) jika dan hanya jika d>0,d│b, dan f│d untuk
setiap factor persekutuan f dari a dan b.

Bukti :
1) Akan dibuktikan bahwa jika d=(a,b) maka d>0, d│a, d│b, dan f│d untuk setiap factor
persekutuan f dari adan b.
d =(a,b) maka menurut defenisi, d adalah bilangan bulat positif terbesar yang membagi a dan b
berarti d>0, d│a dan d│b.
d=(a,b) berarti pula d adalah bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk (ax+by)
dengan x,y Z, yaitu d=ax+by.
Misalkan f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b, maka f│a dan f│b, sehingga f│ax
dan f│by karena f│ax dan f│by maka f│ (ax+by).
f│ (ax+by) dan d=(ax+by) maka f│d.

12
2) Akan dibuktikan bahwa jika d>0, d│a, d│b, dan f│d untuk setiap factor persekutuan f dari
a dan b, maka d=(ab).
Karena d>0, d│a, d│b dan f│d (f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b), maka d=kf,
k Z.

Karena d>0 dan d=kf maka d≥f.

Karena d│a dan d│b maka d adalah factor persekutuan dari a dan b dan d≥f (d lebih besar dari
sebarang faktorbpersekutuan a dan b) maka d=(a,b). jadi, jika d>0. d│a, d│b, dan f│d maka
d=(a,b).

13
Teorema 5.20
Untuk setiap a,b,x,y Z berlaku:
(a,b)=(b,a)=(a,-b)=(-a,b)=(-a,-b)=(a,b+ax)=(a+by,b)

Factor-faktor persekutuan dari 12 dan 36 adalah -1,1,-2,2,-3,3,-6,6,-12, dan 12. Karena


(12),36=12 maka 12│12,12│36 dan -1│12,1│12,-2│12, -3│12,3│12,-6│12,6│12,-12│12, dan
12│12.
Bukti:

Pada bagian ini hanyalah diberikan pembuktian untuk (a,b)=(a,b+ax). Sementara bagian yang
lain disilahkan pembaca mencoba sebagai latihan.

Misalkannya d=(a,b) maka menurut defenisi factor persekutuan d│a dan d│b.

d│a → d│ax, (teorema 5.4)

d│b dan d│ax →d│b+ax (teorema 5.3)

d│a dan d│b+ax→ d factor persekutuan dari a dan (b+ax).

Karena e= (a,b+ax) maka e│a dan e│ b+ax (definisi)

e│a → e│ax (teorema 5.4)

e│a dan e│ b+ax → e│b (teorema 5.9)

karena e│a dan e│b maka e adalah factor persekutuan a dan b, berarti e│(a,b) atau e│a. karena
d>0, e>0, d│e dan e│d maka d=e. jadi, (a,b)=(a,b+ax).

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

ALGORITMA DAN PEMBAGIAN

Bila suatu polinom dibagi oleh polinom yang lainnya maka diperoleh suatu hasil bagi
(faktor) dan sisa hasil bagi , ternyata hal ini selalu mungkin . proses pembagian polinom
ditunjukkan dari pembuktian teorema sebagai berikut :

Teorema 1 . { Algoritma Pembagian Polinom }

Misalkan a(x) , b(x) ϵ R|x| yang keduanya tidak nol maka ada polinom q(x) dan r(x)
yang unik dalam R|x| sedemikian hingga b(x) = a(x) . q(x) + r(x) dimana r(x) = 0 atau deg r(x) <
deg a(x) .

Bukti :

Akan ditunjukkan keberadaan dari q(x) dan r(x) . Jika b(x) = 0 atau deg b(x) < deg a(x)
maka diperoleh q(x) =0 dan r(x) = b(x) . Jadi sekarang dapat diasumsikan bahwa :

m = deg b(x) ≥ deg a(x) = n dan dimisalkan a(x) = an xn + … + a0 dan b(x) = bm xm + … + b0 .

Inti dari pembuktian ini untuk menunjukkan jika kita akan membagi a(x) kedalam b(x) .
Dari pembagian b(x) oleh a(x) maka diperoleh b1(x) = b(x) – an-1 bm xm-n a(x) dan dapat dilihat
pada bagan berikut :

Kemudian jika b1(x) = 0 atau deg b1(x) < deg a(x) maka ada q1(x) dan r1(x) dalam R|x|
sedemikian hingga b1(x) = a(x) q1(x) + r1(x) dimana r1(x) = 0 atau deg r1(x) < deg a(x) sehingga
diperoleh :

15
Sehingga diperoleh polinom q(x) = an-1 bm xm-n + q1(x) dan r(x) = r1(x).

Untuk pembuktian keunikan , diberikan b(x) = a(x) . q(x) + r(x) dan b(x) = a(x) . q*(x) + r*(x)
dimana r(x) = 0 atau deg r(x) < deg a(x) dan r*(x) = 0 atau deg r*(x) < deg a(x) , maka
pengurangan dua persamaan ini diperoleh :

Dengan demikian r*(x) – r(x) adalah nol atau derajat dari [r*(x) – r(x)] adalah lebih kecil
dari a(x).

Jelas ini tidak mungkin karena r*(x) = r(x) dan q(x) = q*(x) . Maka q(x) dan r(x) adalah unik dan
pembuktian terpenuhi.

Contoh:

Bagilah x3 + 2x2 + x + 2 oleh x2 + 2 dalam B3|x| ….

Penyelesaian:

Dengan menggunakan pembagian panjang polinom diperoleh polinom q(x) dan r(x)

Dalam Algoritma Pembagian , polinom q(x) disebut hasil bagi atau factor dan r(x) disebut sisa
dari pembagian dari b(x) oleh a(x) .

16
ALGORITMA EUCLID

Misalkan a(x) dan b(x) merupakan polinom-polinom dari suatu ring Euclid yang
keduanya tidak nol,pengulangan Algoritma Pembagian apaolinom ditulis

b(x) = a(x).q 1 (x) + r 1(x) dengan deg r 1 <¿ deg a(x)

a(x) = r 1(x).q 2(x) + r 2(x) dengan deg r 2 <¿ deg r 1 (x)

r 1 (x) = r 2(x).q 3(x) + r 2(x) dengan deg r 3 <¿ deg r 2 (x)

r n−2 (x) = r n−1(x).q n(x) + r n (x) dengan deg r n <¿ deg r n−1 (x)

r n−1 (x) = r n (x).q n+1(x) + 0

Sisa hasil bagi sellau berkurang derajatnya, sehingga akhirnya sisa hasil bagi akan
bernilai 0

Dapat dilihat bahwa :

FPB [a(x) , b(x)] = FPB [a(x) , r1(x)] = … = FPB [rn-1(x) , rn(x)] = FPB [rn(x) , 0] .

Karena rn(x) adalah pembagi dari rn-1(x) yang menjadi FPB dari rn(x) dan rn-1(x) sehingga

rn(x) = FPB [a(x) , b(x)]

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Algoritma Euclid dapat memberikan kemudahan untuk memperoleh FPB dari Ring
Polinom
2. . Bn [ x ] merupakan polinom yang memiliki koefisien-koefisien dalam bilangan bulat
modulo n yang diperoleh dengan menggantikan setiap koefisien-koefisien polinom dalam
bilangan bulat modulo n nya.
3. Bn [ x ] digunakan untuk mempermudah dan mempercepat melakukan perhitungan pada
pembagian panjang polinom agar koefisien polinom tetap berada dalam bilangan
bilangan bulat
4.2 Saran
Semua mahasiswa harus berani mencoba terutama dalam membuat hal yang
baru.Dengan pembuatan Rekayasa ide ini saya mendapat banyak informasi-informasi baru. Oleh
itu, saya menyarankan agar para mahasiswa dapat mengerti mengenai rekayasa ide ini dan saling
bertukar pendapat mengenai Algoritma Euclid.

18
DAFTAR
PUSTAKA

Tiro,M.Arif,dkk.2008.PengenalanTeoriBilangan.Makassar:AndiraPublisher
http://sitriyani.wordpress.com/2010/11/25/algoritma-pembagian/
Diakses pada tanggal 10 November 2014
Diakses pada tanggal
10 November 2014

19

Anda mungkin juga menyukai