Anda di halaman 1dari 14

SIFAT URUTAN HIMPUNAN BILANGAN REAL, NILAI MUTLAK, THE

REAL LINE
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Analisis Real ”

Disusun oleh :
Airu Sufi Nahdloh (09040222022)
Hana Meidina Qurrota A’yun (09040222056)
Nabila Rahma Cahyani (09040222062)
Diva Regina Setya Karere (09020222026)
Arina Nihayata Husna (09030222048)
Dosen pengampu :
Dr. Moh. Hafiyusholeh, M.Si., M.PMat
_

PRODI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatNya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan pemahaman tentang Sifat Urutan Himpunan Bilangan
Real, Nilai Mutlak, The Real Line. Semoga makalah yang kami buat ini bisa membantu untuk
menambah wawasan mengenai “Sifat Urutan Himpunan Bilangan Real, Nilai Mutlak, The Real
Line”.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena
itu, kitik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Moh. Hafiyusholeh, M.Si.,
M.Pmat selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah menolong kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, 11 Februari 2024

i
Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
SIFAT URUTAN HIMPUNAN BILANGAN REAL.................................................................1
1.1 Sifat – sifat Terurut dari R..................................................................................................1
1.1.1 Sifat urutan dari R............................................................................................................1
1.1.2 Definisi...............................................................................................................................1
1.1.3 Teorema.............................................................................................................................2
1.1.4 Teorema.............................................................................................................................2
1.1.5 Teorema.............................................................................................................................3
1.1.6 Teorema.............................................................................................................................3
1.1.7 Teorema akibat.................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
NILAI MUTLAK...........................................................................................................................5
2.2 Nilai Mutlak (Absolute Value)............................................................................................5
2.2.1 Definisi................................................................................................................................5
2.2.2 Teorema.............................................................................................................................5
2.2.3 Ketidaksamaan Segitiga...................................................................................................7
2.2.4 Teorema Akibat.................................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................8
GARIS BILANGAN REAL..........................................................................................................8
2.2.7. Definisi...............................................................................................................................8
2.2.8..............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

ii
BAB 1
SIFAT URUTAN HIMPUNAN BILANGAN REAL

1.1 Sifat – sifat urutan dari R


“Sifat urutan” dari R mengacu pada gagasan tentang kepositifan dan pertidaksamaan antara
bilangan real. Seperti halnya struktur Aljabar system bilangan real, kita melanjutkan dengan
mengisolasi tiga sifat dasar yang dapat digunakan untuk menyimpulkan semua sifat keterurutan
dan perhitungan pertidaksamaan lainnya. Cara paling sederhana untuk melakukannya adalah
dengan mengidentifikasi subset khusus dari R dengan menggunakan “positivity”.
1.1.1 Sifat urutan dari R
terdapat sebuah himpunan bagian tak kosong P dari R , disebut bilangan real positif jika
memenuhi sifat-sifat berikut :
(i) jika ɑ,b ∈ P, maka ɑ +b milik P
(ii) jika ɑ,b ∈ P, maka ɑb milik P
(iii) jika ɑ ∈ R , maka tepat salah satu dari berikut ini yang berlaku:
ɑ∈ P , ɑ = 0, - ɑ ∈ P.
Dua kondisi pertama memastikan kesesuaian urutan dengan operasi penjumlahan dan
perkalian. Kondisi (iii) biasanya disebut sebagai sifat trikotomi, karena membagi R menjadi tiga
tipe elemen berbeda yaitu bilangan real positif, bilangan nol, dan bilangan real negatif. Dan
untuk { - ɑ ∣ ɑ ∈ P } disebut bilangan real negatif karena tidak mempunyai unsur yang sama
dengan himpunan bilangan real positif, dan terlebih lagi himpunan R merupakan gabungan dari
tiga himpunan yang saling lepas.
Jika a ∈ P, kita katakan ɑ adalah bilangan positif (positif murni) dan kita tulis ɑ > 0. Jika ɑ
∈ P ∪ {0}, kita katakan bahwa a bilangan real tak negatif dan kita tulis a ≥ 0. Jika − ɑ ∈ P, kita
katakan ɑ adalah bilangan negatif (negatif murni) dan kita tulis a < 0. Jika − ɑ ∈ P ∪ {0} kita
katakan ɑ bilangan tak positif dan kita tulis ɑ ≤ 0
1.1.2 Definisi
misalkan ɑ,b adalah elemen dari R , maka
(i) Jika ɑ − b ∈ P, maka kita tulis ɑ > b atau b < ɑ.
(ii) Jika ɑ − b ∈ P U {0}, maka kita tulis ɑ ≥ b atau b ≤ ɑ.
Sifat trikotomi 1.1.1 (iii) menyiratkan bahwa untuk ɑ, b ∈ R salah satu dari berikut ini akan
berlaku :
ɑ > b, ɑ = b, ɑ <b

3
jika kedua ɑ ≤ b dan b ≤ ɑ, maka ɑ = b.
untuk memudahkan notasi , kita akan tulis
ɑ<b<c
untuk mengartikan bahwa keduanya ɑ < b dan b < c terpenuhi. Pertidaksamaan “ganda” lainnya
didefinisikan dengan cara yang sama sehingga notasi ɑ < b < c berarti ɑ < b dan b < c. Demikian
juga ɑ ≤ b < c berarti ɑ ≤ b dan b < c. Jika ɑ ≤ b ≤ c berarti ɑ ≤ b dan b ≤ c .
serta ɑ < b ≤ c berarti ɑ < b dan b ≤ c.
1.1.3 Teorema.
Diberikan a, b, c menjadi elemen apa pun dari R .
(a) Jika a> b dan b> c , maka a> c .
(b) Jika a> b, maka a+ c> b+c .
(c) Jika a> b dan c >0 , maka ca> cb.
Jika a> b dan c <0 , maka ca< cb.
Pembuktian.

(a) Jika a−b ∈ P dan b−c ∈ P, maka 2.1.5(i) menyiratkan bahwa ( a−b )+ ( b−c )=a−c milik
P. Oleh karena itu a> c .
(b) Jika a−b ∈ P , maka ( a+ c )−( b+ c )=a−b ada di P. Dengan demikian a+ c> b+c .
(c) Jika a−b ∈ P dan c ∈ P , maka ca−cb=c (a−b) berada di P oleh 2.1.5(ii). Jadi cb >ca
ketika c >0 .

Di sisi lain, jika c <0 , maka −c ∈ P , sehingga cb−ca=(−c)(a−b) berada di P. Jadi


cb >ca ketika c <0.

Tentunya kita sudah tahu bahwa bilangan asli adalah positif. Tetapi bagaimana
membuktikannya? Ternyata sifat kepositifan dari bilangan asli dapat diturunkan dari sifat-sifat
urutan bilangan real, yang dimulai dengan membuktikan bahwa hasil kuadrat dari bilangan real
tak nol selalu positif,
Contoh.
a) Buktikan jika a ≤ b dan c <d , maka a+ c< b+d
Jawab.
Misalkan a ≤ b dan ¿ d .
Hal ini berarti b−a ∈ P dan d−c ∈ P .
Kita lihat dua kasus ketika b−a ∈ P atau b−a=0
(a) Jika b−a , d−c ∈ P , maka( b−a )+ ( d−c )= ( b+d )− ( a+c ) ∈ P
(b) Jika b−a=0, maka d−c=( d +c ) +0=( d−c )+ ( b−a )=( b +d )−( a+c ) ∈ P
Dengan demikian, ( b+ d )−( a+ c ) ∈ P sehingga a+ c< b+d .
b) Tunjukkan bahwa jika a< b danc <d , maka ad +bc < ac+bd .

4
Jawab.
Misalkan a< b dan c <d . Ini berarti, b−a , d−c ∈ P . Ketertutupan P,
menyebabkan ( b−a )( d −c )=bd−bc−ad +ac=( ac+ bd )−(ad+ bc)∈ P .
Dengan kata lain, ad +bc < ac+bd
1.1.4 Teorema
(a) Jika a ∈ R dan a ≠ 0, maka a 2> 0
(b) 1>0 .
(c) If n ∈ N , lalu n> 0.
Pembuktian.
(a) Dengat sifat Trikotomi, jika a ≠ 0, maka baik ∈ P atau −a ∈ P . Jika a ∈ P , maka dengan
2.1.5(ii), kita memilikia 2=a ⋅a ∈ P . Juga, jika −a ∈ P , maka a 2=(−a)(−a) ∈ P. Kami
menyimpulkan bahwa jika a ≠ 0, maka a 2> 0.
(b) Karena 1=12 , itu maka dengan (a) disimpulkan bahwa 1>0 .
(c) Untuk membuktikan bahwa n> 0 kita gunakan induksi matematika. Untuk n=1 telah
dibuktikan benar pada (a). Selanjutnya dianggap benar untuk, n=k , k >0 Akan dibuktikan
benar untuk n=k +1. Karena 1 ∈ P dan k ∈ P maka k +1 ∈ P . Dengan gambar 2.1.5(i),
terbukti bahwa n> 0.
Contoh.
Tunjukkan bahwa untuk setiap n ∈ N , berlaku n2 ≥ n .
Jawab.
Kita tahu bahwa n ≥ 1 atau n−1≥ 0 untuk setiap n ∈ N . Dengan demikian, n−1∈ P atau n−1=0 .
Karena n ≥ 1, maka n> 0 atau n ∈ P untuk setiapn ∈ N . Akibatnya, diperoleh
2
n ( n−1 )=n −n ∈ P
Atau
2
n ( n−1 )=n −n=0

Jadi, n2 −n ≥0 . Dengan kata lain,n2 ≥ n untuk setiap n ∈ N .


1.1.5 Teorema
a+b
Jika a , b ∈ R dan a< b, maka a< <b
2
Pembuktian.

5
a+b
Karenaa< b , maka a+ a<a +b ⇔2 a< a+b , diperoleha< Karena a< b , maka
2
a+b
a+ b<b+ b ⇔ a+b< 2a ,, diperoleh bahwa a< <b . Akibatnya, dari kedua pernyataan di atas
2
a+b
diperoleh bahwa a< <b .
2
Perlu dicatat bahwa tidak ada bilangan real positif terkecil yang bisa ada. Ini mengikuti dengan
1
mengamati bahwa jika a> 0, maka sejak >0 , maka diperoleh
2
1
0< a<a
2
Jadi jika diklaim bahwa a adalah bilangan real positif terkecil, kita dapat menunjukkan
1
yang lebih kecil angka positif a .
2
Pengamatan ini mengarah ke hasil berikutnya, yang akan sering digunakan sebagai
metode pembuktian. Misalnya, untuk membuktikan bahwa angka a ≥ 0 sebenarnya sama dengan
nol, kita melihat bahwa itu cukup untuk menunjukkan bahwa a lebih kecil dari angka positif
yang sewenang-wenang.
1.1.6 Teorema
Bila a ∈ R sedemikian hingga 0 ≤ a< ε untuk setiap ε > 0, maka a=0
Pembuktian.
Misalkan dengan kontradiksi yaitu a> 0. Maka berdasarkan Teorema pada 1.1.5 didapatkan
1 1
0< a<a . Selanjutnya misal ε 0= a, maka 0< ε 0 <a . Hal tersebut bertentangan dengan a< ε
2 2
untuk setiap ε > 0 dan dapat disimpulkan bahwa a=0.
1.1.7 Teorema Jika ab> 0, maka
(i). a> 0 dan b> 0 atau
(ii).a< 0 dan b< 0
Pembuktian.
(i). Pertama kita catat bahwa ab> 0 mengakibatkan a ≠ 0 dan b ≠ 0. Karena bila a=0 dan b=0,
maka hasil kalinya 0. Berdasarkan sifat trikotomi, artinnya antara a> 0 ataua< 0. Jika a> 0, maka
1
>0, sehingga
a
b=1. b

6
b=
(( ) )
1
a
a .b

b= ( 1a ) ( ab) >0
1 1
(ii). Begitu pula jika a< 0, maka <0, sehingga b=( )(ab)<0 .
a a
1.1.8 Teorema akibat Jika ab< 0, maka
(i). a< 0 dan b> 0 atau
(ii).a> 0 dan b< 0
Pembuktian
1
(i). Pembuktiannya hampir sama seperti teorema pada 1.1.7. Jika a< 0, maka <0, sehingga
a
didapatkan:
b=1. b

b=
(( ) )
1
a
a .b

b= ( 1a ) ( ab) >0
1 1
(ii). Begitu pula jika a> 0, maka >0, sehingga b=( )(ab)<0 .
a a
1.1.9 Contoh-contoh
a) Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi 2 x+3 ≤ 6 !

Penyelesaian:
3
Dituliskan bahwa x ∈ A ↔2 x +3 ≤6 ↔ 2 x ≤ 3↔ x ≤ .
2

{
Sehingga, A= x ∈ R∨x ≤
3
2 }
b) Tentukan himpunan B={ x ∈ R∨x 2+ x> 2} !

Penyelesaian:
Untuk menyelesaikan persoalan di atas, dapat menggunakan teorema 1.1.8. Langkah pertama,
tulis x ∈ B ↔ x 2+ x −2>0 ↔ ( x−1 )( x +2 ) >0.Selanjutnya, didapatkan

7
(i) x−1>0 dan x +2>0, atau
(ii) x−1<0 dan x +2<0
Pada kasus (i), kita mempunyai x >1 dan x >−2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x >1.
Sedangkan pada kasus (ii), terdapat x <1 dan x ←2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x ←2.
Jadi, B= { x ∈ R|x >1 } ∪{x ∈ R∨x ←2 }

BAB II
NILAI MUTLAK
2.2 Nilai Mutlak (Absolute Value)
Dari sifat trikotomi 2.1.5 no 3, dapat diambil kesimpulan jika α ∈ R dan α ≠ 0 maka α atau -α
adalah bilangan real positif. Nilai mutlak dari α ≠ 0 memiliki maksud sebagai nilai positif dari
dua bilangan tersebut.
2.2.1 Definisi
Nilai mutlak dari suatu bilangan real α , dinotasikan dengan |α|, didefinisikan sebagai

{
α jika α >0
|α| = 0 jika α =0
−α jika α < 0

Contoh.
|7|= 7 dan |−5|=5. Dari penjelasan diatas jika |α|≥ 0 untuk semua α ∈ R dan jika |α|=0 jika dan
hanya jika α =0 . Begitu juga |−α|=α untuk semua α ∈ R .
2.2.2 Teorema
a) |ab| = |a||b| untuk semua α ∈ R .
b) |a|2= a 2 untuk semua α ∈ R .
c) jika c ≥ 0, maka |a|≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c
d) –|a|≤ a≤|a| untuk semua α ∈ R .
Pembuktian.
a) Jika a = b = 0, maka terbukti. Jika a> 0 dan b > 0 maka ab > 0, sehingga |ab| = ab=|a||b|
. jika α >0 dan b < 0, maka ab < 0, sehingga |ab|= -a b = a (-b) = |a||b|.
b) Karena a 2 ≥ 0, maka a 2 = |a2| = |aa|=|a||a|=¿ |a|2
c) Jika |a|≤ c, maka a ≤ c dan −a ≤ c yang berarti –c ≤ a ≤ c . Sebaliknya, jika –c ≤ a ≤ c ,
maka diperoleh a ≤ c dan −a ≤ c . Jadi |a|≤ c
d) Dengan mengambil c ¿|a|, maka :
Jika α = |a|, maka α ≤|a| dan -α ≤|a| yang berarti -|a|≤ a≤|a|

Contoh.

8
a) Determine the set A of x ∈ R such that |2 x+ 3|<7
Premis : misalkan x ∈ R sedemikian sehingga |2 x+ 3|<7 akan ditentukan himpunan A
dari x ∈ R
Pembuktian :
Berdasarkan teorema 2.2.2(c) : ‘jika c ≥ 0, kemudian |a| ≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c
’ maka kita punya x ∈ A jika dan hanya jika
-7 < 2X+ 3 < 7
-7 -3 < 2X + 3 -3 < 7 – 3

-10 < 2 X < 4


−10 2 X 4
< <
2 2 2
-5 < X < 2
Jadi, himpunan x ∈ A jika dan hanya jika -5 < X < 2 yaitu A = { x ∈ R :−5< X <2 }

b) Determine the set B : { x ∈ R :|X −1|<| X|}


Premis : akan ditentukan himpunan B = B : { x ∈ R :|X −1|<| X|}
Akan dibuktikan : gabungan himpunan B melalui tiga kasus
Pembuktian :

-1 0 1

Misalkan kita membuat garis bilangan dengan memiliki 3 kasus, dimana kasus pertama
nilainya x ≥ 1, kasus kedua 0 ≤ x< 1 dan kasus ketiga x <0.
 Kasus (i)
Misalkan x ≥ 1
Maka |x−1|=x−1dan |x|=x maka pertidaksamaan menjadi
|x−1|<|x|
x−1< x
-1 < 0
Sehingga, setiap nilai x ≥ 1 termasuk dalam himpunan B. HP1 = { x ≥ 1 }
 Kasus (ii)
Misalkan 0 ≤ x< 1
Maka |x−1|=−( x−1) dan |x|=x maka pertidaksamaan menjadi
|x−1|<|x|
-( x−1 ¿< x
- x +1< x
-2 x <−1

9
1
x>
2
1
Sehingga, setiap nilai < x <1 termasuk dalam himpunan B.
2

HP2 = {12 < x <1}


 Kasus (iii)
Misalkan x <0.
Maka |x−1|=−( x−1 ) dan |x|=−x maka pertidaksamaan menjadi
|x−1|<|x|
- x−1 ¿<−x
x−1> x
−1>0
Saat x <0 akan menghasilkan pernyataan pertidaksamaan yang salah. HP3 = {}
Sehingga tidak ada nilai x <0 yang termasuk dalam himpunan B. Dari kasus (i),
(ii) dan (iii) akan membentuk gabungan B = HP1∪ HP2 ∪ HP3. Sehingga dapat
1
disimpulkan B = { x ∈ R : x> } .
2

2.2.3 Ketaksamaan Segitiga Jika a, b ∈ ℝ, maka |a + b| ≤ |a| + |b|.

Pembuktian. Berdasarkan teorema 2.2.2(d), diketahui


−|a| ≤ a ≤ |a| dan −|b| ≤ b ≤ |b|.
Dengan menjumlahkan kedua ketaksamaan diperoleh
–(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b|.
Oleh karena itu, pada teorema 2.2.2(c), kita mendapatkan |a + b| ≤ |a| + |b|.
2.2.4 Teorema Akibat Jika a, b ∈ ℝ, maka
(a) ||a| − |b|| ≤ |a − b|
(b) |a − b| ≤ |a| + |b|
Pembuktian.
(a) Tulis a = a – b + b dan masukkan ke dalam Ketaksamaan Segitiga.
Sehingga
|a| = |(a – b) + b| ≤ |a – b| + |b|
Kurangkan kedua ruas dengan |b| untuk memperoleh |a| – |b| ≤ |a – b|. Gunakan cara
yang sama untuk b = b – a + a, sehingga
|b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a|

10
Diperoleh –|a – b| ≤ |a| – |b|. Kombinasikan kedua ketaksamaan tersebut menggunakan
teorema 2.2.2(c). diperoleh
–|a – b| ≤ |a| – |b| ≤ |a – b|
(b) Ganti b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b, untuk mendapatkan |a − b| ≤ |a| + |−b|.
Karena |−b| = b, maka diperoleh seperti teorema 2.2.4(b).
Ketaksamaan segitiga di atas dapat diperluas sehingga berlaku untuk sebarang bilangan real yang
banyaknya berhingga.

Contoh.
Diberikan fungsi f yang didefinisikan dengan f(x) = (2x2 + 3x + 1)/(2x − 1) untuk 2 ≤ x < 3.
Tentukan konstanta M sedemikian hingga | f(x)| ≤ M untuk semua x adalah 2 ≤ x < 3.
Pisahkan pembilang dan penyebut

Dari Ketaksamaan Segitiga, kita memperoleh


|2x2 + 3x + 1| ≤ 2|x|2 + 3|x| + 1 = 2 . 32 + 3 . 3 + 1 = 28
dan
|2x – 1| ≥ 2|x| – 1 ≥ 2 . 2 – 1 = 3
Oleh karena itu, untuk 2 ≤ x < 3 kita mendapatkan | f(x)| ≤ 28/3. Maka, nilai M adalah 28/3.

11
BAB III
GARIS BILANGAN REAL

2.2.7. Definisi
Misalkan a ∈ R dan ε > 0. Maka ε-neightborhood dari a adalah himpunan
V ε ( a ) ≔ { x ∈ R :| x−a|< ε } .

Untuk a ∈ R , pernyataan bahwa x termasuk dalam V ε (a) ekuivalen dengan salah satu pernyataan
tersebut (lihat Gambar 2.2.4)
−ε < x−a< ε ⇔a−ε < x< a+ε .

Gambar 2.2.4 An ε -neightborhood of a

2.2.8. Teorema Diberikan a ∈ ℝ. Jika x berada dalam persekitaran V ε (a) untuk setiap ε >
0, maka x = a.
Pembuktian. Jika x memenuhi |x − a| < ε untuk setiap ε > 0, maka berdasarkan Teorema
diperoleh bahwa |x − a| = 0, yang berakibat x = 0

Contoh.

a) Bila I ≔ { x :0 ≤ x ≤1 }, maka untuk sebarang ε > 0, persekitaran-ε V ε ( 0 ) memuat titik di luar


−ε
I , sehingga V ε (0) tidak termuat dalam I . Sebagai contoh, bilangan V ε ≔ unsur di
2
V ε (0) tetapi bukan unsur di I

12
b) Misalkan U ≔{x :0< x <1 }. Bila a ∈ U , misalkan ε bilangan terkecil dari aatau 1−a.
Maka V ε (0) termuat di U . Jadi setiap unsur di U mempunyai persekitaran-ε yang termuat
di U

DAFTAR PUSTAKA

Bartle, Robert G DRS. REAL ANALYSIS.; 2010.


Pd M, Matematika PP, Sifat A. Analisis Real ( Bahan Ajar ) Bab I Sifat-Sifat Aljabar Bilangan
Real. Published online 2020.
Zaki Riyanto MS. Pengantar Analisis Real. Published online 2011:78.
https://www.academia.edu/11509660/Pengantar_Analisis_Real_I_disusun_oleh_M_Zaki_Riyant
o_M_Sc.
Ginting, E. R. (2018). Analisis Riil diterjemahkan dari buku Robert G. Bartle. Pengantar
Analisis Riil, 11-15.
Izzulhaq, A. (2019, July 28). Sifat Urutan pada Himpunan Bilangan Real. Retrieved from
KimiaMath: https://www.kimiamath.com/post/sifat-urutan-himpunan-bilangan-real

13

Anda mungkin juga menyukai