Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REVIEW

“KALKULUS”

Disusun Oleh :

NAMA MAHASISWA : Putri Kanti Wigati

NIM : 5181131010

DOSEN PENGAMPU : Drs.Jongga Manullang . M,Pd

MATA KULIAH : KALKULUS

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga Critical
Book Review ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terima kasih atasbantuan dalam menyusun Critical Book Review ini.Makalah ini di buat
untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu “KALKULUS”
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Jika ada isi yang kurang relevan maka untuk ke depannya kami akan
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Oktober 2018

Putri Kanti Wigati


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
A. Latar Belakang………………………………………………………........1
B.Tujuan....…............…………………………………………………...........1
C.Manfaat..……………………………………………………………….......1
D.Identitas Buku.... ……..……………………………………………...........1
BAB II ISI .......................................……………………………………………....3
A. Ringkasan Buku Utama…………..…………………..…………………..3
B. Ringkasan Buku Pembanding……………………………….…………....
BAB III PEMBAHASAN...………………………………………………….....
A. Kelebihan Buku…………………………………………………......
B. Kekurangan Buku………………………………………………..….
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………....
A. Kesimpulan………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………….....
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah
cabang ilmu matematika yang mencakup limit, turunan, integral, dan deret
takterhingga. Kalkulus adalah ilmu yang mempelajari perubahan,
sebagaimana geometri yang mempelajari bentuk dan aljabar yang mempelajari
operasi dan penerapannya untuk memecahkan persamaan. Kalkulus memiliki aplikasi
yang luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik; serta dapat memecahkan
berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer.[1]
Kalkulus memiliki dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus
integral yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Contoh cabang
kalkulus yang lain adalah kalkulus proposisional, kalkulus variasi, kalkulus lambda,
dan kalkulus proses. Pelajaran kalkulus adalah pintu gerbang menuju pelajaran
matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus mempelajari fungsi dan limit,
yang secara umum dinamakan analisis matematika.

B. TUJUAN
Mengkritisi suatu buku materi kuliah KALKULUS untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan yang ada di dalam buku materi kuliah ini.

C. MANFAAT
Manfaat dari Critical Book Review ini adalah agar kita dapat memahami dan mengetahui
mengenai KALKULUS, serta mengetahui kelemahan dan kelebihan dari dalam buku yang
kita kritik.

D. IDENTITAS BUKU
Buku utama
Judul Buku : Kalkulus
Penulis : Drs.Jongga Manullang,M.Pd
Tahun Terbit : 2018
Penerbit : Universitas Negeri Medan
Kota terbit : Medan
Buku pembanding
Judul Buku : Matematika Teknik
Penulis : Prayudi
Tahun Terbit : 2006
Penerbit : Graha Ilmu
Kota terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-756-140-6
BAB II
ISI
RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB I
SISTIM BILANGAN RILL
1. Bilangan bulat sedrhana dan bilangan rasional.
Sistim bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli yaitu
1,2,3,4,5,6,7....
Bilangan ini dapat digunakan untuk membilang (menghitung ) berbagi jennis
benda(barang ),misalnya buku,uang orang dan lain sebagainya. Maka terbentuk sistim
bilangan bulat yaitu
... -3,-2,-1,0,1,2,3..
Bilangan yang dapat ditulis dengan m/n,dimana m dan n adalah bilangan bulat dan n  0
disebut sebagai bilangan rasional.setiap bilangan rasionl dapt dinyatakan sebagai sebuah
desimal karena menurut definisi dinyatakan sebagai hasil bagi antara dua bilangan bulat .
apabila pembilang dibagi dengan penyebut akan diperoleh sebuah bilangan desimal .
Contoh; ½ =0,5 ; 3/8 = 0,375 ; 3/7 = 0,375000000. Jadi berulang secara terus menerus
( seperti contoh pada 13/11 = 1,181818) desimal yang berhenti dapat dipandang sebagai
desimal, berulang ,dengan pengulangan nol, seperti 3/8 – 0,375 = 0,375000000. Jadi setiap
bilangan rasional dinyatakan sebagai bilangan desimal, demikian jugak sebaliknya setiap
bilangan desimal berulang adalah bilangan rasional.
2. Bilangan Rill
Himpunan bilangan –bilangan rasional dan tak rasional yang dapt mengukue panjang ,
bersama-sama dengan negatifnya dan nol dinamakan bilangan rill( real) . bilangan rill dapat
dipandang sebagai pengenal ( label). Untuk titik –titik sepanjang sebuah garis mendaftar .
bilangan- bilangan itu mengukur jarak ke kanan atauu ke kiri ( jarak bearah ) dari suatu titik
yang disebut asal diberi label 0. Seriap titik pada garis mempunyai satu ( tunggal ) bilangan
rill sebagai label. Bilangan –bilangan itu disebut sebgai koordidinat titik tersebut . garis yang
dihasilkan dikenal sebgai garis kooordinat .
3. Operasi aljabar bilangan rill
Misalkanya x dan y adalah dua unsur bilangan rill . dari kedua unsur tersebut dapat
diperoleh unsur bilangan rill yang baru , dengan car menambahkan atau mengalihkan
keduanya . operasi penambahan dan perkalian antar unsur –unsur bilangan rill mempunyai
sifat yang disebut sifat medan ( field) sebagai berikut:
I. Sifat tertutup: jika x,y  r maka terdapat satu dan hanya satu bilangan real yang
dinyatakan dengan x + y atau xy
II. Hukum komutatif : x + y = y + x dan xy = yx
III. Hukum assosiatif : x + ( y + z ) = (x + y ) + z dan x (yz) = (xy) z.
IV. Hukum distributif : x(y+z) xy + xz
V. Unsur-unsur identitas; terdapat duan unsur bilangan rill yang berbeda yaitu 0 dan 1
yang memenuhi sifat : x + 0 =0 + y x dan x .1 = x.
VI. Balikan ( invers) . setiap bilangan x mempunyai balikan additif ( disebut juga
negatif ) yaitu –x ,yang memenuhi x + (-x) = 0 . setiap bilangan rill x kecuali 0
mempunyai balikan perkalian ( disebut juga kebalikan ) yaitu x² atau 1/x yang
memnuhi x.x²= 1.
4. Urutan bilangan rill
Bilangan –bilangan rill bukan nol, dipisahkan menjadi dua terpisah yaitu bilangan rill positif
dan bilangan ril negatif .dengan demikian dapt demikian digunakan relasi urutan “<’’
( kurang dari )
Yaitu ; x < y  y – x positif
Dan relasi “ < “ ( kurang dari atau sama ) yaitu :
X < y  y- x positif atau nol
Sifat –sifat urutan :
i. Trikotomi : jika x dan y adalah bilangan rill ,maka salah satu di antara
yang berikut pasti benar x < y atau x = y atau x > y.
ii. . transtifinasi . x < y dan y < z => x < Z
iii. Penambahan . x < y => x+ z < Y + z
iv. Perkalian . untuk bilang z positif , x < y => y .z
Untuk bilangan z negatif , x < y => x.z > y.z
5. Ketaksamaan
Ketaksamaan adalah suatu kalimat matematika yang mengandung tanda tak sama
yaitu
“ < “, “ >”, “ < “ atau “ > “. Himpunan pemecahan dari suatu ketaksamaan , biasanya
adalah terdiri dari suatu keseluruhan seelang bilangan ,atau suatu hubungan dari
beberapa selang. Berikut ini diberikan cara penulisan berbagai selang.

Penulisan himpunan Penulisan selang Grafik Keterangan

(x:a<x<b) ( ) Terbuka
( a,b) a b
(x:a<x<b) ( ) Tertutup
( a,b ) a b
(x : a < x < b ) ( a,b ) ( ) Tertutup terbuka
a b
(x:a<x<b) ( a,b ) ( ) Tertutup terbuka
a b

BAB . II
BILANGAN KOMPLEKS.
Dik: jika a dan b adalah real , maka pasangan ( a,b) disebut bilangan kompleks ,asal saja
kesamaan ,penjumlahan dan perkalian antar pasangan itu didefinisikan sebagai berikut :
a.kesamaan : ( a,b ) = (c,d ) berati a = c dan b = D
b penjumlahan : ( a,b ) + ( c,d ) = ( a+ c, b+ d)
c.perkalian : ( a,b ) ( c,d ) = ( ac – bd ,ad + bc )z
contoh : a. z 1+ z b. z 1−z c. z 1 z 2
2 2

dik : a. z 1+ z = ( 2,-3) + (2-5 ) = ( -3+ 1) (-3,-2)


2

b. z 1−z = (2,-3) – (-5,1)= (2+5) , ( -3-1) = (7,-4)


2

c. z 1 z 2 = (2,-3 ) ( -5,1) = ( -10-3) , ( 2+ 15 ) = ( -13,17 )


1. operasi bilangan kompleks
Teorema : operasi penumlahan dan perkalian pada bilangan kompleks memenuhi sifat
komulatip assosiatip, dan distributip : jadi jika x, y dan z adalah sebarang bilangan kompleks
Berlaku sifat berikut :
Hukum komutataip : x + y = y + x : xy = yx
Hukum assodiatif : x + ( y + z ) = ( x + y ) + z dan x ( yz) = ( xy)z
Hukum distrributip : x ( y+z ) = xy + xz
Elemen identitas
Penjumlahan . ;(0,0) disebut bilangan kompleks nol, sebab (a,b ) + (0,0) = (0,0)+ (a,b)
Perkalian : ( 1,0) sebab ( a,b) (1,0) = (1,0) (a,b) =(a,b)
Elemen invers ( balikan)
Penjumlahan : ∀ (a,b)∈ C, ∃-( a,b) = (-a,-b )∈C ∋(a,b) = (a,b) + a,B = (0,0)
Perkalihan : misalkan (a,b) ≠ (0,0).

2.Satuan imajiner ( j atau i)


Pada sistim bilangan real ,persamaan x 2 + 1 =0 tidak mempunyai penyelesaian ,tetapi dalam
sistim bilangan kompleks,yternyata (0,1) adalah penyelesaian dari persamaan itu, karena
(0,1)2 = (0,1 ) = ( 0-1,0+0 ) = (-1,0) = -1
2. konjugat (sekawan ) bilangan kompleks.
Jika Z= x + jy x-jy disebut konjugat (sekawan ) dari z yang dilambangkan dengan ź . jadi
Z = x + iy => z z= x –iy

3. interprestansi geometri bilangan kompleks


Adalah pasangan berurtan bilangan real ( x,y) maka (x,y) dapat diwakili secara geomatrik
oleh sebuah titik pada bidang atau oleh sebuah anak panah (vektor geomatrik ) dari titik asal
ke titik (x,y ) .dalam konteks ini bidang (x,y) yang merupakan tempat merepretasikan
bilangan komplek dinamakan sebagai bidang komplek atau disebut jugadiagram argand.

4. operasi aljabar .
Perkalian dan pembagian dalam bentuk kutub
Misalkan z 1 = r 1 ( cos01+ i sin 01 ) = z 2 = r 2 ( cos02 + i sin 02 ) hasil kalian kedua bilangan itu
adalah.
z 1. z 2 = z 1 = r 1 ( cos01+ i sin 01 ) z 2 = r 2 ( cos02 + i sin 02 )
= r 1/ r 2[cos ¿ ¿+ 02 ) + i sin (01 +0 2)
z 1. z 2 = r 1/ r 2 <¿(01 +0 2)

Pangkat bilangan bulat bilangan kompleks


Berdasarkan aturan perkalian kompleks dalam bentuk polar , ternyata untuk suatu n bilangan
bulat dan z = r (cos θ + i sin θ ) = r ¿ θ
z n= r n(cos θ + i sin θ )
= r ¿θ
Akar bilangan kompelks
Jika z = w n= ( n = 1,2,3 ) maka untuk setiap nilai w terdapat suatu nilai z. Selanjutnya untuk
setiap z  0, ada tepat n nilai w yang berbeda. Masimg – masing nilai itu disebut akar ke n
dari z yang dilambangkan .
W =N√ Z
Dan W = Rn((cos θ + i sin θ )
n
BAB III.
FUNGSI DAN LIMIT
.DIK; suatu fungsi f ialah suatu aturan padanan yang memasangkan tiap objek x dalam suatu
himpunan yang disebut daerah asal ( domain ) ,dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari
himpunan A ke himpunan B.
range

domain kodomain
untuk penulisan fungsi dipakai huruf tunggal. G / f .dengan demikian f (x) yang
dibaca “f dan x” menunujkan nilai diberikan pada f atau x.
Misal: f(x) = x 3-4 memberikan f (2)= 23- 4 = 4

I. Fungsi aljabar
Fungsi aljabar terdiri atas beberapa jenis ,tetapi yang terutama ada tiga.

1. Polinom(suku banyak)
Terbentuk :p(x) AoX n+ A1 X n−1.... An−1 X + An , dimana a adallah konstanta dan n
bilangan bulat .termasuk kedalam kelompok fungsi kontatnta ,fungsi linier ,fungsi
kwadrat .
2. Fungsi rasional
F( X )
Berbentuk F(X); ,dimana f(x) dan g(x) masing –masing adalah fungsi
G(X )
polinom.
3. Fungsi irasional .
Berbentuk : I (X) = N√ f ( x ) , yang dasarnya alah akar dari fungsi rasional.
II . limit fungsi .
Untuk memahamin konsep limit, perlu kiranya meninjau secara ringkas mengenai
kekontinuan fungsi. Agar suatu fungsi kontinu pada sebuah titik fungsi harus ada dititik itu
dan setiap perubahan kecil pada x hanya mengakibatkan perubahan kecil pada f(X).
Contoh ; kita amatin prilaku fungsi f(x) += 2x + 1 untuk X - 2 .karena kita tidak
menggunakan x= 2 ,kita perlu membuat table sebai berikut ;
X 1,000 1,500 1,900 1,990 1,999

F(x) 3,000 4,000 4,800 4,980 4,998

X 3,000 2,500 2,100 2.010 2,001


F(x) 7,000 6,000 5,200 5,020 5,002

F(x) apabila x mendekatin 2 dari tas maupun dari bawah ,karena F(X)  5 untuk x
,dikatakan bahwa adalah limit f(X)  2.
Lim f (X) = L
XA

TEOREMA –TEOREMA.
Teorema limit utama.
Andaikan n dibilang bulat positif ,k kontanta serta f dan g adalah fungsi – fungsi yang
mempunyai limit di c. Berlaku
A. Lim k = k
XC
B. Lim x = c
XC
C. Lim k.f(x) = k lim F(X)
XC XC
.
Fungsi trigonometri.
Suatu sudut standrad adalah sudut dengan titik asak titik 0. Jika diukur berlawanan maka
sudut itu positif ,sebaliknya jika diukur berlawanan ,
Sebagai berikut ;

Y sin θ X X 1
sin θ= cos θ= = cos θ= CSc θ= =
R cos θ Y Y sin θ
R
Y
sin θ Y sinθ X 1 r
tanθ= = cot θ= = sec θ= =
cos θ R cos θ Y cos θ x

BAB IV
TURUNAN (DERIVATIF)
1. Pengertian Turunan
Untuk memahamin konsep turunan ,ditinjau beberapa masalah yang berkaitan dengan
konsep turunan .

Misalkan= y= f (X).
Turunan fungsi y terhadap x adalah
dy Δy
lim = = lim f ¿¿
dx Δx
∆ x0 ∆ x0
2. Aturan pencarian turunan .
Untuk menentukan suatu fungsidigunakan suatu aturan (rumus) tertentu sesuai dengan
bentuk fungsi tersebut,yang pada dasarnya melalui suatu proses sesuai dengan definisi
turunan .berikut :

dy
a. Aturan konstatnta ; y = f(x) =k => =0
dx
dy
b. Aturan identintas ; y = f(x) = x => =1
dx
dy
c. Aturan pangkat ; y = f(x) X N => = NX N −1
dx

3. Turunan fungsi trigonometri.


dy
A. Turunan fungsi sinus. = COS X
dx
dy
B. Turunan fungsi sinus = - SIN X
dx

4. Dalil (aturan ) rantai


Untuk menetukan turunan (dy/dx) dari suatu fungsi komposisi berbentuk y = f(u)
,dengan u = g(X) digunakan sesuatu aturan yang disebut rantai sebagai berikut .
dy dy du
Jika y = f(u) = g(x) maka =
dx du dx

5. Turunan tingkat tinggih.


Turunan tingkat tinggih berikut diartikan sebagai turunan ,hal tersebut dapat
dijelaskan dengan contoh berikut. Sebuah partikel bergerak sepanjang garis
koordinat ,dengan persamaan lintasan s= f (T) = 2t -1 2t + 8
6. Pendefinisialan implist
Turunan implist digunakan pada fungsi yang dinyatakan secara implist ,misalnya
untuk menentukan gradien singgung kurva 2 y 3+ xy+ 1=0 dititik (−3,1 ) .
untuk menyelesaikan soal seperti ini diperlukan aturan pendefinisialan implist
dy dy du
=
dx du dx

BAB V
PENGGUNAAN TURUNAN
1. Tangen dan Normal
Untuk menentukan persamaan garis singgung (tangen) suatu kurva pada sebuah
titik pertama-tama ditentukan turunan fungsi di titik tersebut.
Contoh : tentukan persamaan garis singgung parabola y=x 2 -1 dititik (-2,3).
Penyelesaian :
dy
Turunan dari fungsi ini adalah 2x
dx
dy
Nilai turunan ini di x = -2 adalah m = = -4 yang berarti bahwa gradient
dx
garis singgung di titik (-2,3) adalah -4. Jadi dengan menggunakan persamaan
garis lurus di dapati y-3 = -4(x+2)
y-3 = -4(x-8)
atau
y = -4x-5

2. Gerak Kurvilinier
Gerak kurvilinier berkaitan dengan gerakan suatu objek pada bidang (vector).
Secara sederhana vector didefenisikan sebagai suatu besaran yang memiliki besaran
dan arah.

Resultan B

A
Rumus umum untuk suatu vector A dengan sudut arah θ dengan besar A adalah
A x = A Cos θ A y = A sin θ
2 2
A=√ Ax + Ay
Ay
tanθ=
Ax
Contoh:
Jika jarak (x) yang dicapai suatu objek bergerak pada koordinat horizontal
dinyatakan dengan persamaan x = 3 t 2 sedangkan jarak vertical dinyatakan
dengan y = 1 - t 2 . tentukanlah resultan kecepatan setelah dua titik.
Penyelesaian:
dx
vx = = 6t, sehingga untuk t = 2 didapat v x =12
dt
dy
vx = = -2t, sehingga untuk t = 2 didapat v x = -4
dt
v=√ 144+16 = √ 160 = 12,6
tan α=−0,333 sehingga α =−18,4 ͦ

3. Laju yang berkaitan


Setiap dua variable yang berubah terhadap waktu dan diantara keduanya terhadap
suatu hubungan, bisa mempunyai laju terhadap waktu dari yang satu dinyatakan
dalam laju terhadap waktu dari yang lain. Karena laju perubahan dalam masalah
sepeti ini saling berkaitan, masalah ini disebut masalah laju yang berkaitan.
Contoh:
Dua kapal A dan B meninggalkan pelabuhan yang sama pada waktu yang
sama tepat pukul 12.00. Kapal A bergerak ke utara dengan kecepatan
6mil/jam, sedangkan kapal B bergerak ke timur dengan kecepatan 8 mil/jam.
Tentukan kecepatan pertambahan jarak Antara kedua kapal tersebut pada
pukul 14.00.
Penyelesaian:
Misalkan: y = jarak yang di tempuh kapal A; x = jarak yang ditempuh kapal
B; z = jarak Antara kedua kapal, sehingga z 2=x 2+ y 2.
dz dx dy
2z = 2x + 2y
dt dt dt
dx dy
Karena diketahui = 8 mil/jam dan = 6 mil/jam dan setelah berlayar
dt dt
selama dua jam x = 16 mil, y =12 mil dan z =20 mil, maka t = 2
dz 16 . ( 18 ) +12. ( 6 )
Maka, = =10 mill/jam.
dt 20
4. Masalah maksimum dan minimum
x naik mengakibatkan y naik jika fungsi itu positif dan sebaliknya bahwa x naik
mengakibatkan y turun jika turunan fungsi itu negative.
f(x) naik jika f’(x) >0
dan
f(x) turun jika f’(x)<0
Contoh:
Tentukan setiap titik maksimum dan titik minimum dari fungsi y =3 x 5−5 x3
Penyelesaian :
Dengan menentukan turunannya dan menyamakan dengan nol, didapat
y’ = 15 x 4-15 x 2 = 15 x 2( x 2-1) = 15 x 2(x+ 1) (x-1)=0
ini berarti bahwa nilai maksimum dan minimum fungsi itu terjadi saat x =0;
x = 1; x=-1.

BAB VI
INTEGRAL
1. Differensial
Differensial dari suatu fungsi y = f(x) di defenisikan sebagai dy =f’(x)dx
Disini dy adalah differensial dari y, sedangkan dx adalah differensial dari x.
Contoh:
Tentukan differensial dari y = (2 x3 -1)4 .
Jawab:
dy = 4(2 x3 -1)3(6 x 2)dx = 24 x 2 ¿-1).
2. Integral Tak Tentu (Anti Turunan)
Defenisi :
F disebut suatu anti turunan (integral tak tentu) dari f pada
selang I jika F’(x)=f(x) atau dF(x)/dx = f(x) untuk setiap x dalam
selang I, yang ditulis dengan ∫ f ( x ) =F ( x )+ C.
a) Aturan Pangkat
Jika r bilangan rasioanal, r ≠ -1 maka
r x r +1
∫ x dx= r +1 +C ,C=sembarang Konstanta
3 1 3 +1 1
Contoh: ∫ x dx= x + C= x 4 +C
3+1 4
b) Sifat Kelinieran integral tak tentu
(i) ∫ k . f ( x ) dx=k . ∫ f ( x ) dx .
(ii) ∫ [. f ( x ) ± g ( x ) ]dx=∫ f ( x ) dx . g ( x ) dx
c) Aturan Pangkat yang diperumum
r ' ( x) [ g ( x ) ] r +1
∫ [ g ( x ) ] g dx= r +1 +C
Rumus-rumus integral tak tentu untuk fungsi trigonometri.
∫ dx=−cos x +C
sin x
∫ cos x dx=sin x +C
∫ sec 2 x dx=tan x +C
∫ csc 2 x dx=−cot x+C
∫ sec x . tan x dx=sec x+ C
∫ csc x .cot x . dx=−csc x+ C

3. Integral Tentu
n
Jika lim ∑ f ( x i) ∆ x i ada, maka dikatakan f terintegralkan pada [a,b] dan
∆ x→ 0 i=1
b

selanjutnya ∫ f ( x ) dxdisebut integral tentu (atau integral Riemann) f dari a ke


a
b n
b yang diberikan oleh : ∫ f ( x ) dx=¿ ¿ lim ∑ f ( x i) ∆ x i
a ∆ x→ 0 i=1

a dan b dalam defenisi ini masing-masing disebut sebagai batas


pengintegralan.
Selanjutnya dari defenisi tersebut diturunkan :
a

∫ f ( x ) dx=¿ 0 ¿
a
b a

∫ f ( x ) dx=¿−∫ f ( x ) dx ¿, untuk a>b


a b
Teorema Dasar Kalkulus
Misalkan f adalah fungsi yang kontinu (sehingga terintegralkan) pada
selang [a,b] dengan F(x) adalah sebarang anti turunan (integral tak tentu) dari
f(x).
b

∫ f ( x ) dx=¿ F ( b )−F (a) ¿


a
Biasanya ditulis F(b) – F(a) = F(x)¿ba
Sifat-sifat Integral Tentu
(i) Sifat penambahan selang
b c b

∫ f ( x ) dx=¿ ¿ ∫ f ( x ) dx +¿∫ f ( x ) dx ¿ tanpa memandang urutan a,b


a a c
dan c.
(ii) Sifat pembandingan
b b

∫ f ( x ) dx ≤∫ g ( x ) dx
a a
(iii) Nilai rata-rata integral tentu.
f 1
b
ave=
b−a
∫ f ( x ) dx
a

(iv) Nilai efektif atau nilai rooth mean square (r.m.s)


y T
rms=
√ 1
∫ [ f ( x )] 2 dx
T 0

BAB VII
PENGGUNAAN INTEGRAL

1. Penggunaan Integral Tak Tentu (Persamaan Differensial)


Dalam pasal mengenai integral tak tentu diketahui bahwa tugas pengintegralan
suatu fungsi f adalah untuk memperoleh suatu fungsi baru F yang ditulis
∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C
Ini benar asalkan dF(x)/dx = F’(x) = f(x). Dalam Bahasa differensial F’(x)= f(x)
setara dengan dF(x) = f(x) dx. Dengan demikian di peroleh rumus
∫ dF ( x ) dx =F ( x )+C
Berikut ini adalah berbagai penerapan integral tak tentu dalam berbagai masalah
praktis.
(i) Masalah Gerak

Didalam masalah gerak, diketahui bahwa percepatan adalah laju perubahan


kecepatan terhadap waktu yang ditulis
dv
a=
dt
Dari rumus ini diperoleh dv = a dt

∫ dv=∫ a dt . atau v=∫ adt .


Selanjutnya karena kecepatan (v) adalah laju perubahan jarak (s) terhadap
waktu, di dapat S =∫ adt .
(ii) Masalah arus listrik
Dalam teori listrik diketahui bahwa kuat arus adalah laju perubahan muatan
terhadap waktu yang di tulis
dq
i=
dt
jika ditulis dalam bentuk differensial akan menjadi dq = id t.
selanjutnya dengan pengintegralan menjadi
q =∫ i . dt
2. Penggunaan Integral Tentu
Integral tentu banyak digunakan dalam menghitung beragai besaran dalam
berbagai bidang praktis.
a. Menghitung luas bidang datar
b

A = ∫ f ( x ) dx
a
b. Menghitung Volume Benda Putar
b

V = π∫ f ¿ ¿
a
c. Menentukan Koordinat titik pusat massa (centroid)
b

∫ x ( y 1− y 2 ) dx
a
x́ = b

∫ ( y 1− y 2 ) dx
a
d. Menghitung momen inersia
b
I y =k ∫ x 2 ( y 1 − y 2 ) dx
a

e. Menghitung usaha dari gaya berubah (variable)


b

W = ∫ f ( x ) dx
a
f. Menghitung gaya tekanan zat cair
b
F = W∫ lh dh
a
g. Menghitung panjang busur dan luas selimut benda putar
Penjang busur kurva y = f(x) dari x=a sampai dengan x=b
b
dy 2
S = ∫ 1+
a dx √dx ( )
Apabila bidang yang dibatasi kurva y = f(x), sumbu x, garis x = a dan garis x =
b, diputar mengelilingi sumbu x akan terbentuk suatu benda putar
b
dy 2
S = 2 π ∫ y . 1+
a dx√ dx ( )

BAB VIII
FUNGSI TRANSENDEN
Fungsi transenden adalah fungsi matematika yang termasuk dalam fungsi aljabar.
Fungsi transenden Antara lain fungsi trigonometri dan invers, fungsi logaritma, fungsi
hiperbolik dan fungsi invers hiperbolik.
1. Fungsi Logaritma Asli
Defenisi: Fungsi logaritma asli yang ditulis In di defenisikan sebagai :
x
1
In x = ∫ dt ; x >0
1 t
Turunan Logaritma asli
Jika y = f(x) =In x, maka turunannya adalah
d 1
( ¿ x )= ; x ≠ 0
dx x
Defenisi di atas diperluas, ,menjadi
1
∫ X dx=¿|x|+C , x ≠ 0
Sifat-sifat logaritma asli.
Jika a dan b bilangan positif serta r sebuah bilangan rasioanal, maka
(i) In 1 = 0
(ii) In ab = In a + In b
a
(iii) In = In a – In b
b
(iv) In a r = r In a
2. Fungsi Balikan (invers) dan Turunannya
Untuk mendapatakan balikan dari suatu fungsi yang memiliki balikan,
dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
Langkah 1. Nyatakan x dengan y dari persamaan y = f(x)
Langkah 2. Nyatakan bentuk dalam y yang telah ditentukan itu, sebagai f −1 ( y ) .
Langkah 3. Ganti y dengan x dan x dengan y dalam bentuk x = f −1 ( y ) ,sehingga
diperoleh y = f −1 ( y ) .

Turunan Fungsi Invers


( f −1 ) ( y ) = 1
'

f ' (x )
Rumus tersebut dapat juga di tuliskan sebagai berikut
dx 1
=
dy dy /dx

3. Fungsi Eksponen Asli


Defenisi: Balikan dari In disebut sebagai fungsi eksponen asli dan ditulis sebagai
exp.
x = exp.y↔y =In x
dari defenisi ini tampak bahwa
(i) exp(In x) = x, x>0
(ii) In(exp y) = y, untuk semua y

Turunan fungsi eksponen


y =e 2→x = In y
1 dy dy dy
dengan pendifferensialan implisit diperoleh 1 = , , sehingga = y atau =
y dx dx dx
ex
d (e x )
jadi, = ex
dx

Integral Fungsi Eksponen


∫ eu du=eu +C
4. Fungsi Eksponen Umum dan Fungsi Logaritma Umum
a. Fungsi eksponen umum
Defenisi: Untuk a > 0 dan x sebarang bilangan rill, berlaku a x =e x∈a
Dari defenisi tersebut didapatkan In (a x ¿=¿ e x ∈a=x ∈a

Turunan dan integral fungsi eksponen umum (y = a x ¿ adalah:


d x
( a )=ax ∈a
dx
1
∫ ax dx= ¿ a ax +C ; a ≠ 1
b. Fungsi Logaritma Umum
Jika a bilangan positif dan a ≠ 1 maka,
y =log a x ↔ x = a y
berdasarkan definisi tersebut juga diperoleh
¿x
log a x=
x∈a
Secara umum sifat-sifat yang berlaku pada logaritma asli juga berlaku pada logaritma
umum, demikian juga turunan umum adalah
d 1
dx
( log a x )= x ∈a
5. Pertumbuhan dan peluluhan eksponensial
dy
=ky
dt
dy
Dengan pemisahan variable persamaan ini menjadi =k dt sehingga dengan
y
pengintegralan menghasilkan In y = kt + C
Apabila terdapat syarat awal bahwa y = y 0untuk t = 0 maka diperoleh,
y = y 0 e kt
6. Fungsi Trigonometri balikan (invers)
Defenisi: Empat fungsi trigonometri balikan didefinisakan sebagai berikut
−1 −π π
x =sin y ↔ y =sin x ; dengan ≤x ≤
2 2
x = cos y ↔ y=cos x ; dengan 0 ≤ x ≤ π
−1

−1 π π
x = tan y ↔ y=tan x ; dengan− < x <
2 2
−1 π
x = sec y ↔ y=sec x ; dengan 0≤ x ≤ π dan x ≠
2
Terdapat persamaan penting yang berkaitan dengan fungsi trigonometri balikan
yaitu :
(i) Sin (cos−1 x ¿ ¿ = √ 1−x 2
(ii) Cos (sin−1 x ¿ ¿ =√ 1−x 2
(iii) Sec ( tan−1 x ) = √ 1+ x2
(iv) tan ( sec−1 x ) = ±√ x 2−1
Turunan dan Integral Fungsi Trigonometri Balikan.
d 1 d −1 d 1
a) ( sin −1 x ) = 2 b) ( cos−1 x ) = 2 c) ( tan−1 x ) =
dx √1−x dx √1−x dx √1+ x 2
d −1 −1 d 1 d −1
d) ( cot x ) = 2 e) ( sec−1 x ) = 2 f) ( csc −1 x ) =
dx √1+ x dx x √ x −1 dx x √ x 2−1
Sebagai balikan dari rumus turunan diperoleh rumus pengintegeralan fungsi
trigonometri balikan yaitu:
dx dx dx
a ¿∫ 2 = sin
−1
x +C b) ∫ 2 = tan
−1
x +C c) ∫ 2 = sec−1 x +C
√1−x √ 1+ x x √ x −1
7. Fungsi Hiperbolik dan Balikannya
Defenisi:
1 x −x 1 x −x sinh x
a) sinh x= ( e −e ) b) cosh x= ( e +e ) c) tanh x=
2 2 cosh x
cosh x 1 1
d) coth x= e) sech x= f) csch x=
sinh x cosh x sinh x

Turunan fungsi hiperbolik


d d
a) ( sinh x )=cosh x b) ( cosh x ) =sinh x
dx dx
d d
c) ( tanh x )=sec h2 x d) ( coth x )=−csc h2 x
dx dx
d d
e) ( sech x ) =−sech x tanh x f) ( csch x )=−csch x coth x
dx dx

BAB IX
TEKNIK TEKNIK PENGINTEGRALAN
1. Pengintegralan Dengan Penggantian (Substitusi)
Konstanta, pangkat,
ur +1
1 ¿∫ kdu=ku+C
r
(2) ∫ u du= r +1

Eksponen,
+C : r ≠−1
¿|u|+C ; r=1 {
u u au
(3) ∫ e du=e +C (4) ∫ au du= +C ; a ≠ 1 ,a >0
¿a

Fungsi Trigonometri
(5) ∫ sin u du=−cos u+ C (6) ∫ cos u du=sin u+C

(7) ∫ sec2 u du=tanu+ C 2


(8) ∫ csc u du=−cot u+C

(9) ∫ sec u tan u du=sec u+C (10) ∫ csc u cot u du=−csc u+C
(11) ∫ tan u du=−¿∨cos u∨+C (12) ∫ cot u du=¿∨sin u∨+C

Fungsi Aljabar
du u du 1 u
(13) ∫ 2
√ a −u 2
=sin−1
a
+C () (14) ∫
a +u a
2 2
= tan −1
a ()
+C

2. Integral Trigonometri
n n
Jenis 1 : (∫ sin x dx ,∫ cos xdx ¿ ¿
m n
Jenis 2 : (∫ sin x cos xdx ¿
n n
Jenis 3 : (∫ tan x dx ,∫ cot xdx ¿ ¿
m n m
Jenis 4 : (∫ tan sec xdx ,∫ cot cscxdx¿ ¿
Jenis 5 : (∫ sin mx cos nxdx ,∫ sin mx sin nxdx ,∫ cos mx cos nxdx)

3. Penggantian yang Merasionalkan


a. Integral yang memuat √n ax +b
Substitusi u =√n ax +b untuk merasionalkan.
b. Integral memuat √ a2−x 2,√ a2 + x 2 dan √ x 2−a2

4. Pengintegralan Parsial (sebagian)


b b
b
∫ u dv =[ uv ]a −¿∫ u dv ¿
a a
5. Pengintegralan Fungsi Rasional
P( x )
Fungsi rasional yang dimaksud adalah fungsi-fungsi berbentuk , dengan p(x) dan
Q(x)
q(x) masing-masing suatu polinom derajat m dan n, (m < n).
P( x ) A1 A2 An
= + +…+
Q(x) x−r 1 x−r 2 x−r n

6. Integral Tak Wajar


Ketidak wajaran dalam ntegral terjadi karena terdapat batas tak hingga ataupun
karena integran bernilai tak hingga di suatu titik.
1) Integral tak wajar , batas tak terhingga
a. Satu batas integral tak terhingga
b b α b

∫ f ( x ) dx=lim
n →∞
∫ f ( x ) dx dan ∫ f ( x ) dx=lim
n →∞
¿ ∫ f ( x ) dx ¿
−α a a a

b. Kedua batas tak terhingga


∞ 0 ∞

∫ f ( x ) dx= ∫ f ( x ) dx+∫ f ( x ) dx
−∞ −∞ 0

2) Integral tak wajar , integran tak terhingga


a. Integran yang tak terhingga pada titik ujung suatu selang
b

∫ f ( x ) dx= lim
t
¿¿
a −¿
t →b ∫ f ( x ) dx
a
b. Integran yang tak terhingga pada sebuah titik dalam
b c b

∫ f ( x ) dx=∫ f ( x ) dx +¿∫ f ( x ) dx ¿
a a c
7. Pengintegralan Numerik
1. Aturan Trapsium
b

∫ f ( x ) dx ≈ 12 y 0 + y 1 + y 2+ …+ y n−1 + y n ∆ x
( )
a
b−a
dengan ∆ x=
n
2. Aturan Parabola
b

∫ f ( x ) dx= ∆3x ¿ ¿
a

RINGKASAN BUKU PEMBANDING


BAB I Persamaan Diferensial Linear Orde Satu.
 Persamaan Diferensial Linier orde satu
Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu
atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas.

Bentuk Umum :
dy
. dx +P( x) y = Q( x)
Penyelesaian umum :
−∫ P (x)dx ∫ P (x)dx
y=e {∫ Q( x).e dx+C}
Contoh-contoh:
1.Selesaikan persamaan diferensial berikut :
dy
dx+ x y = 3x.
Jawab :
penyelesaian umum.
−∫ P (x)dx ∫ P(x)dx
y=e {∫ Q( x).e dx+C}
−∫ xdx ∫ x )dx
y=e 3 x.e dx+C

1 1 2
− x2 x
2 2
y=e {∫ 3 x . e dx+C}
Catatan Misal U = x2
dU = 2x dx
dU
dx = 2 x
1

∫ z.e z dz =∫ z.e U dU
2

0 2z
dU
=∫ eU
Jadi 2
1 U 1 z2
e = e
= 2 2
1
− x2
3 z2
2 e +C )
y=e ( 2
3 1
+C − x2
2
y= 2 e  sebagai penyelesaian pesamaan diferensial.
2.Selesaikan persamaan diferensial berikut :
dy 2
dx + x y = 3x.
Jawab :
penyelesaian umum.
−∫ P (x)dx ∫ P(x)dx
y=e {∫ Q( x).e dx+C}
−∫ 2 /xdx ∫ 2/ xdx
y=e {∫ 3 x .e dx+C}
y=e−2 ln x {∫ 3x .e2 lx 2 dx+C}
.y = x-2 ( ∫ 3 x( x2 )dx+C )
3 4 3 2
x +C ) x +Cx −2
y=x ( 4
-2
 y= 4 ///
 Persamaan Diferensial Bernoulli
Bentuk Umum :
dy
. dx +P( x) y = Q( x) . yn

Cara Menyelesaikan :
- Dibagi yn :
1 dy
yn dx +P( x) y1-n = Q( x)
1-n -n
- Dimisalkan u = y  du = (1-n) y dy
1 du 1 dy
=
1−n dx y n dx
- Persamaan diferensial akan menjadi:
1 du
+P( x ).u=Q( x )
1−n dx
du
+(1−n )P( x ). u=(1−n )Q( x )
dx  PD linier orde satu dalam u.
- Penyelesaian umum :
−∫ p(x)dx ∫ p(x)dx
u=e {∫ q( x).e dx+C}
Dimana p(x) = (1-n) P(x)
.q(x) = (1-n) Q(x)
Contoh-contoh:
1Selesaikan persamaan diferensial berikut :
dy
dx + y =(2- 3x.) y4
Jawab :
- Dibagi y4 :
1 dy
y4 dx + y-3 = (2-3x)
-3 -4
- Dimisalkan u = y  du = (-3) y dy
1 du 1 dy
=
−3 dx y 4 dx

- Persamaan diferensial akan menjadi:


1 du
−3 dx + u = (2-3x)
du
−3 .u=−3(2−3 x )
dx  PD linier orde satu dalam u.
- Penyelesaian umum :
−∫ p(x)dx ∫ p(x)dx
u=e {∫ q( x).e dx+C}
−∫ −3dx ∫−3 dx
u=e {∫(−6+9 x).e dx+C}
u=e3 x {∫ (−6+9 x).e−3 x dx+C}
−(9 x−6 ) −3 x −3 x
u=e3 x { e −e +C }
3
1
3
=(2−3 x )−1+Ce 3 x
y
1
3 3x
.y = √1−3 x +Ce ///
2.Selesaikan persamaan diferensial berikut :
dy 2
dx + x y = 3x.y3
Jawab :
3
- Dibagi y :
1 dy 2
y3 dx + x y2 = 3x
- Dimisalkan u = y-2  du = (-2) y-3 dy
1 du 1 dy
=
−2 dx y 3 dx
- Persamaan diferensial akan menjadi:
1 du 2
−2 dx + x u = 3x
du 4
− .u=−6 x
dx x  PD linier orde satu dalam u.
- Penyelesaian umum :
−∫ p(x)dx ∫ p(x)dx
u=e {∫ q( x).e dx+C}
4 4
−∫ − dx ∫ − dx
x
u=e {∫ (−9 x). e x dx +C}
u=e 4 ln x {∫ (−9x ).e−4 ln x dx+C }
u=x 4 {∫ (−9x ). x−4 dx+C }
1 9
2
=x 4 (− −2 x −2 +C )
y
1 9 2 1
= 2 x +Cx 4 ///
9
y 2
√ x 2 + Cx 4
 y= 2
 Persamaan Diferensial Eksak
Bentuk umum :
.m(x,y) dx + n(x,y) dy = 0
∂m ∂n
=
Disebut PD Eksak bila dipenuhi ∂ y ∂x
Cara menyelesaikan :
- Dicari fungsi F(x,y) = C yang memenuhi persamaan diferensial tersebut, maka
∂F ∂F
dx+ dy=0
∂y ∂x
∂F ∂F
=m( x , y )dan. =n( x, y)
- Maka ∂ x ∂y
- F(x,y) = ∫ m( x , y ).dx+Q( y)
- Turunkan terhadap y dan disamakan dengan n(x,y) diperoleh Q(y).
Sehingga diperoleh penyeesaian F(x,y) = C.
Contoh-contoh:
1..Selesaikan persamaan diferensial berikut :
.(2xy-sin x) dx + x2 dy = 0
∂m
=2x
Jawab : m= 2 xy – sin x  ∂ y
∂n
=2x
.n = x2  ∂ x Jadi merupakan PD Eksak.
Penyelesaian :

F(x,y) = ∫ (2 xy−sin x )dx+Q( y )


F(x,y) = x2 y + cos x + Q(y)
∂F
. =n( x , y)
∂y  x2 + 0 + Q’(y) = x2  Q’(y) = 0  Q(y) = C
Jadi F(x,y) = x2 y + cos x = C ///
2. Selesaikan persamaan diferensial berikut :
.(3+ y exy ) dx – ( 3y – x exy) dy = 0
∂m xy
=e +xye xy
Jawab : m= .(3+ y exy )  ∂ y
∂n xy
=e +xye xy
xy
.n = – ( 3y – x e )  ∂ x Jadi merupakan PD Eksak.
Penyelesaian :

F(x,y) = ∫ {3+ ye xy )}dx+Q( y)


F(x,y) = 3x + exy + Q(y)
∂F
. =n( x , y)
∂y  0+ x exy + Q’(y) = – ( 3y – x exy)
Q’(y) = - 3y  Q(y) = - 3/2 y2 + C
Jadi F(x,y) = 3x + exy – 3/2 y2 = C ///

BAB II PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINEAR TINGKAT TINGGI


Bentuk Umum
Persamaan differensial linear tingkat tinggi disebut pula sebagai persamaan
differensial linear tingkat-n. Secara umum dinyatakan dalam bentuk:
dn y d n−1 y d n−2 y d n−3 y dy
n n−1 n−2 n− 3
P o dx +P 1 dx +P 2 dx +P 3 dx + ... + P o dx + P
n y = Q(x)
Dengan P o ¿ 0, P 1 , P 2 , P 3 , ... , P o , P n adalah fungsi atau konstanta.
dy d2 y d n−1 y dn y
2 2 n−1 n−1 n n
karena dx = Dy, dx =D y, ..., dx =D y, dx =D y
maka persamaan
dn y d n−1 y d n−2 y d n−3 y dy
P o dx n + P 1 dx n−1 + P 2 dx n−2 + P 3 dx n− 3 + ... + P o dx + P
n y = Q(x)
dapat dinyatakan dengan
n n−1 n2 n−3 n−1
⇔ P o D y+ P 1 D y + P2 D y + P3D y + ... + P Dy + P n y =
Q(x)
n n−1 n2 n−3 n−1
⇔ (P o D + P 1 D + P2 D + P3D + ... + P D+P n )y =
Q(x)
⇔ F(D) y = Q(x)
Jika bentuk F(D)y = Q(x) dan Q(x) = 0, maka bentuk umumnya menjadi
n n−1 n2 n−3 n−1
P o D y+ P 1 D y + P2 D y + P3D y + ... + P Dy + P n y = 0.
Pada kasus Q(x) = 0 maka F(D)y = 0 disebut persamaan differensial linear homogen
tingkat tinggi, sedangkan jika Q(x) ¿ 0 maka F(D)y = Q(x) disebut persamaan differensial
linear tidak homogen tingkat tinggi.
Contoh
d2 y dy
2
1. dx + 2 dx - 15y = 0
2
⇔ (D + 2D – 15)y = 0
⇔ y’’ + 2y’ -15y = 0
dy dy
2 2x
2. ( dx -y)( dx -2y) =e
2 2x
⇔ (D-1)(D-2) y=e
2 2x
⇔ (y’-y)(y’-2y) =e
2
3. (D + 9) y = x Cos x
⇔ y’’ + 9y = x Cos x
2
d y
⇔ dx 2 + 9y = x Cos x
d2 y dy
4. (x+2)
2
dx 2 - (x+2) dx + y = (3x+4)
2
⇔ (x+2) y’’ - (x+2) y’ + y = (3x+4)
2 2
⇔ (x+2) D y - (x+2) Dy + y = (3x+4)
3 3 2 2
5. (x D + 3x D - 2xD + 2) y = 0
3 2
⇔ x y’’’ + 3x y’’ - 2xy’ + 2y = 0
3
d y d2 y dy
3 3 2 2
⇔ x dx + 3x dx - 2x dx + 2y = 0
3 3 2
6. (x D + 2xD - 2) y = x Ln x + 3x
d3 y dy
⇔ x
3
dx 3 + 2x dx - 2y = x 2
Ln x

BAB III TRANSFORMASI LAPLACE


Transformasi Laplace
Definisi
Misalkan F(t ) suatu fungsi t dan t > 0, maka transformasi Laplace dari F(t)
dinotasikan dengan L{F(t)} yang didefinisikan oleh:

− st
L{F(t )}=∫ e F (t )dt=f ( s)
0

Karena L{F(t )} adalah integral tidak wajar dengan batas atas di tak hingga ( ∞ )
maka

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt=f ( s)
0
p
=Lim∫ e−st F (t )dt
p →∞ 0
Transformasi Laplace dari F(t) dikatakan ada, jika integralnya konvergen untuk beberapa
nilai s, bila tidak demikian maka transformasi Laplace tidak ada.
Selanjutnya bila suatu fungsi dari t dinyatakan dengan huruf besar, misalnya W(t), G(t),
Y(t) dan seterusnya, maka transformasi Laplace dinyatakan dengan huruf kecil yang
bersangkutan sehingga L {W(t)} = w(s), L {G(t)} = g(s), L {Y(t)} = y(s) dan seterusnya.
Teorema
Jika F(t) adalah fungsi yang kontinu secara sebagian-sebagian dalam setiap interval 0
¿ t≤ N dan eksponensial berorde γ untuk t > N, maka transformasi Laplace f(s) ada
untuk setiap s > γ
Berdasarkan definisi di atas, dapat ditentukan transformasi Laplace beberapa fungsi
sederhana.

No. F(t ) L{F(t )}


1. 1 1
, s>0
s
2. T 1
, s>0
s2
2
3. t 2
, s>0
s3
n
4. t n!
, s >0
n = 0,1,2,3,…. s n+1
5. 1
at , s>0
e s−a
6. sin at a
, s >0
s +a2
2

7. cos at s
, s >0
s 2 +a2
8. sinh at a
, s>|a|
s −a2
2

9. cosh at s
, s>|a|
s −a2
2

10. 2
t cos at s −a
( s 2 +a 2 )2
11. t sin at s
2a ( s 2 +a 2 )2

Metode Transformasi Laplace


Untuk memudahkan bagi pengguna matematika, terdapat beberapa cara yang digunakan
untuk menentukan transformasi Laplace. Cara tersebut adalah:
a. Metode langsung, berkaitan dengan definisi.
Metode ini berkaitan langsung dengan definisi

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt
0
p
=Lim∫ e−st F (t )dt
p →∞ 0
Contoh

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt
0
p
= lim ∫ e−st tdt
p →∞ 0
p
1
= lim ∫ t .− d (e−st )
p →∞ 0 s
p
1
=− lim te−st −∫ e−st dt
s p →∞ 0
p
1 1
s p →∞ s [
=− lim te−st + e−st
]
0
1 1
=−
s[ ]
0−
s
1
=
s2
=f (s)
b. Metode Deret
Misal F(t) mempunyai uraian deret pangkat yang diberikan oleh
2 3
F(t )=a0 +a1 t +a2 t + a3 t +. ..

= ∑ an t n
n=0
Maka transformasi Laplacenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan transformasi
setiap sukunya dalam deret, sehingga:
2 3
L{F(t )}=L {a0 }+ L {a 1 t}+ L{a2 t }+ L{a3 t }+. ..
a o a1 2 ! a2
= + + 3 +. ..
s s2 s
∞ n! a
n
=∑
n+0 s n+1 , syarat ini berlaku jika deretnya konvergen untuk s > γ

c. Metode Persamaan differensial


Metode ini menyangkut menemukan persaman differensial yang dipenuhi oleh F(t)
dan kemudian menggunakan teorema-teorema di atas.
d. Menurunkan terhadap parameter
e. Aneka ragam metode, misalnya dengan menggunakan teorema-teorema yang ada.
f. Menggunakan tabel-tabel, melalui penelusuran rumus yang sudah ditetapkan.

6.1 Sifat-sifat Transformasi Laplace


Transformasi Laplace suatu fungsi mempunyai beberapa sifat, sifat-sifat tersebut antara
lain:
a) Sifat linear
Jika c 1 dan c 2 F1 (t ) dan F2 (t ) adalah
adalah sebarang konstanta, sedangkan
fungsi-fungsi dengan transformasi-transformasi Laplace masing-masing f 1 (s) dan
f 2 (s) , maka:
L{c 1 F1 (t )+ c 2 F2 (t )}=c 1 f 1 ( s )+c 2 f (s)
Bukti:

L{c 1 F(t )+c 2 F2 (t )}=∫ e−st {c 1 F1 (t )+c 2 F 2 (t )}dt
0
∞ ∞
=∫ e c 1 F1 (t )dt+∫ e−st c 1 F2 (t )dt
−st

0 0
p ∞
=c 1 ∫ e−st F1 (t )dt+c 2 ∫ e−st F 2 (t )dt
0 0
=c 1 f 1 ( s)+c 2 f 2 (s )

1. L{5 t−3}=L{5 t−3 a}=L {5 t}−L{3}


=5 L {t }−3 L {1}
1 1
=5 −3
s 2 s
5 3
= 2−
s s

2. L{6 sin 2 t−5cos 2t }=L{6 sin 2 t}−L {5 cos2 t}


=6 L {sin 2 t}−5 L {cos2t }
2 s
=6 −5 2
2
s +4 s +4
12−5 s
= 2
s +4
3. L{(t 2 +1 )2 }=L{t 4 +2t 2 +1}
4 2
=L {t }+L {2t }+L{1}
4 2
=L {t }+2 L {t }+L{1}
4! 2! 1
=
s 4+1
+2 2+1 +
s s( )
24 4 1
= 5 + 3+
s s s
5t 2
4. L{4 e +6 t −3 sin 4 t+2 cos2 t}
5t 2
=L {4 e }+L{6 t }−L{3 sin 4 t }+L {2cos 2t }
=4 L { e5 t } +6 L { t 2 }−3 L { sin 4 t } +2 L { cos2 t }
1 2 4 s
=4 +6 3 −3 2 + 2 2
s−5 s s +4 s +4
4 12 12 2s
= + − +
s−5 s3 s2 + 16 s2 + 4

BAB IV DERET FOURIER


Fungsi Periodik
Fungsi f(x) dikatakan periodik dengan perioda P, jika untuk semua
harga x berlaku:

f (x + P) = f (x) ; P adalah konstanta positif.

Harga terkecil dari P > 0 disebut perioda terkecil atau sering disebut
perioda dari f(x).
Contoh :
 Fungsi sin x mempunyai perioda 2π; 4 π; 6 π; ...... karena sin (x+2 π) =
sin (x+4 π) = sin (x+6 π) = ..........= sin x.
 Periode dari sin nx atau cos nx ; dengan n bilangan bulat positif
adalah 2 π /n.
 Periode dari tan x adalah π.
 Fungsi konstan mempunyai periode sembarang bilangan positif.

Gambar grafik dari fungsi-fungsi yang periodik, misalnya :


Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada setiap segmen (piecewise continuous function),
bila f(x) hanya kontinu pada interval-interval tertentu dan diskontinu pada titik-titik yang
banyaknya berhingga. Harga f(x) di titik-titik diskontinu ditentukan dengan menghitung
harga limit fungsi f(x) untuk x mendekati titik diskontinu (ujung masing-masing interval).

Deret Fourier

Dalam beberapa permasalahan yang berhubungan dengan gelombang (gelombang


suara, air, bunyi, panas, dsb) ; pendekatan dengan deret Fourier yang suku-sukunya memuat
sinus dan cosinus sering digunakan. Dengan mengekspansikan ke dalam bentuk deret Fourier
; suatu fungsi periodik bisa dinyatakan sebagai jumlahan dari beberapa fungsi harmonis, yaitu
fungsi dari sinus dan cosinus (fungsi sinusoidal).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan
Kelebihan dari buku 1 dibandingkan buku ke 2 adalah Buku 1 menjelaskan suatu
materi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, singkat, padat, dan jelas.
dilengkapi dengan rumus-rumus dan juga penjelasan rumus tersebut. Diserta dengan contoh-
contoh soal dan soal-soal untuk mengasah kemampuan dan kepahaman mahasisiwa dalam
materi yang dijelaskan.
B. Kekurangan
Kelurangan dari buku ini adalah sedikitnya gambar pada setiap materi yang
dijelaskan,terlalu terfokus dengan materi penjelasannya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bilangan bulat sederhana dan bilangan rasional.
Sistim bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli yaitu
1,2,3,4,5,6,7....
2. Himpunan bilangan –bilangan rasional dan tak rasional yang dapt mengukue
panjang , bersama-sama dengan negatifnya dan nol dinamakan bilangan rill( real)
3. Fungsi dan limit adalah suatu fungsi f ialah suatu aturan padanan yang
memasangkan tiap objek x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal ( domain
) ,dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan a ke himpunan b.
4. Penggunaan Integral Tak Tentu (Persamaan Differensial)
Dalam pasal mengenai integral tak tentu diketahui bahwa tugas pengintegralan
suatu fungsi f adalah untuk memperoleh suatu fungsi baru F yang ditulis
∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C
Ini benar asalkan dF(x)/dx = F’(x) = f(x). Dalam Bahasa differensial F’(x)= f(x)
setara dengan dF(x) = f(x) dx. Dengan demikian di peroleh rumus
∫ dF ( x ) dx =F ( x )+C
5. Fungsi transenden adalah fungsi matematika yang termasuk dalam fungsi aljabar.
Fungsi transenden Antara lain fungsi trigonometri dan invers, fungsi logaritma, fungsi
hiperbolik dan fungsi invers hiperbolik.

B. Kritik dan Saran:


Dalam pembuatan Critical Book Review ini masih banyak kekurangan.Sehingga saya
sangat membutuhkan kritik maupun saran yang dapat membangun agar saya dapat membuat
Critical Book Review yang lebih baik. Sehingga akan benar-benar memberikan manfaat
dalam pengetahuan yang dapat diterapkan di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai