Anda di halaman 1dari 4

Pilihan Sekolah Bunda

Penulis naskah : All member

Caca : Nabila Saskia Nugrahi (17)

Bunda : Mutia Salsabila (16)

Kak Rania : Syerina P (32)

Kameramen :Asih Mubarokatul F (5)

Editor : Sulis astri (31)

Langit sore hari terasa sejuk untuk Caca yang sekarang tengah duduk termenung
di kursi teras rumahnya. Pandangannya menatap lurus ke arah genangan air hujan
yang baru saja mengguyur tanah. Tiba-tiba sebuah tepukan di pundak Caca
membuat Caca tanpa sadar langsung menoleh.

"Bunda!!! Kebiasaan banget bikin kaget!" ujar Caca kepada Bundanya yang
sekarang turut menduduki diri di kursi dekat Caca.

Bunda terkekeh geli, "Maafin Bunda, Ca. Lagian Bunda heran aja ga biasanya
kamu ngelamun kayak gini?" tanya Bunda dengan nada heran.

"Gimana, ya, Bun. Caca cuma lagi mikirin soal universitas yang nantinya bakal
Caca pilih," balas Caca sedikit kikuk.

"Caca, masih mikirin soal itu?" Bunda bertanya lagi sembari lebih mendekatkan
dirinya dengan Caca.

Caca menghela nafasnya sesaat, "Iya, Bunda,"

"Bukannya Caca udah setuju, ya, buat masuk ke UGM di Jurusan Kedokteran?"
Lagi-lagi Bunda bertanya membuat Caca tanpa sadar menahan nafasnya.
"Bun, harusnya Bunda paham kalo Caca ga seratus persen yakin bisa lolos di
seleksinya," ungkap Caca yang masih saja menatap lurus ke arah jalanan.

Sebelum Bunda menjawab ucapan Caca, tiba-tiba Rania selaku Kakak dari Caca
ikut bergabung.

"Hayo, lagi ngobrolin apa? Tumben banget Kakak ga diajak," interupsi Rania
dengan nada yang dibuat kesal.

"Adik mu itu, Ran, dia masih bingung buat masuk ke jurusan apa," ujar Bunda.

Rania yang mendengarnya hanya bisa menghela nafasnya pelan, "Ca, Kakak tau
gimana ovt-nya kamu tentang seleksi jurusan kedokteran, tapi apa ga sebaiknya
kamu coba dulu?" tanya Rania sembari menatap Caca yang kini pandangannya
juga sudah mengarah ke arah Rania.

"Kak, aku juga ada keinginan buat coba ikut seleksinya, tapi ada hal yang buat aku
memang bener-bener takut buat masuk jurusan kedokteran," ungkap Caca
sembari memilin pakaiannya.

"Apa hal yang buat Caca sampai benef-bener takut buat masuk kedokteran? Jujur
aja sama Kakak dan Bunda," Kini giliran Bunda yang bertanya kepada Caca.

"Bun, Kak, jurusan Kedokteran ga sesimple yang kalian kira, banyak dari mereka
yang awalnya sangat-sangat pinter, tapi setelah mereka masuk kedokteran
semuanya lenyap," Ada jeda sebelum Caca melanjutkan ucapannya, "Aku... aku ga
bermaksud buat nolak keinginan kalian berdua, tapi Caca ga bisa kalo ngelakuin
sesuatu yang bukan minat Caca. Caca paham banget, pasti Bunda sama Kak Rania
bakal mikir kalo Caca bisa buat masuk jurusan Kedokteran karena Kak Rania juga
lagi ada di Jurusan itu, 'kan? Tapi di sini masalahnya Kak Rania memang niat dan
punya tekad buat masuk kedokteran, sementara Caca ga. Nilai kita berdua juga
hampir beda jauh, Bunda masih yakin kalo Caca bisa masuk situ?" papar Caca
sembari bertanya ke Bunda.

Bunda masih termenung begitupun Rania, mungkin mereka masih memikirkan


ucapan Caca barusan.
"Kalo bukan Jurusan Kedokteran kamu mau ambil jurusan apa?" tanya Bunda.

Caca tersenyum singkat mendengar respon yang diberikan Bunda, "Caca, mau
masuk jurusan Sastra Indonesia, Bun. Bunda tau kan Caca suka sama sastra dan
hal-hal yang berbau tentang kepenulisan?" balas Caca dengan nada antusias.

"Ca, tapi Sastra itu ga menjamin semuanya, bisa jadi kamu seantusias ini
sekarang, sedangkan kedepannya ga. Kamu yakin?" timpal Rania yang membantu
menyalurkan kekhawatiran Bunda.

Sesaat senyum yang ada di bibir Caca hilang, "Caca yakin, Kak, sangat-sangat
yakin. Gini Kak, kalo misalkan Caca ga niat sama jurusan Sastra buat apa selama
ini Caca ngumpulin sertifikat bahkan piagam kejuaraan kepenulisan kalo bukan
buat daftar di jurusan itu?"

"Kalo Caca memang yakin, Bunda dan Kak Rania cuma bisa support keinginan
kamu itu, tapi yang satu kamu harus tau, jangan sampai semuanya jadi sia-sia,
ya?" final Bunda yang mampu membuat senyuman lebar terbit di bibir Caca.

"PASTI, BUN!!" seru Caca.

"Jadi, kamu mau mulai darimana pendaftarannya?" tanya Rania.

"Kakak sama Bunda tenang aja, Caca udah nentuin kok mau daftar lewat jalur apa,
tapi nanti kalo misal Caca kesulitan pasti bakal minta bantuan kalian," balas Caca
yang suaranya sesenang itu.

"Oke, Caca!” ucap Bunda dan Rania bersamaan

“ ya udah bunda mau ke belakang dulu ya” ujar bunda

“iya Bund” jawab Rania dan caca bersamaan

Sekarang tinggal Rania dan Caca yang di teras rumah

“emm ka Caca mau tanya boleh?” tanya caca ke Rania

“Boleh dong, tanya apa?” Jawab Rania


“Kaka kan udah kuliah cukup lama dan ini kan Kaka lagi S1 jurusan kedokteran”
ucap Caca

“iya, kenapa?” jawab Rania

“Kuliah itu enak ngga sih ka, Caca masih ragu” balas Caca

“ Ya sebenarnya ada enak juga ada nggak nya, kamu harus siap belajar lagi, harus
bisa bagi waktu” jawab Rania

“Caca masih ragu ka karena banyak yang bilang katanya kuliah itu nambah pusing,
nambah tugas, katanya apalagi pas bikin skripsi” jawab Caca

“ Ya memang sih bikin skripsi itu susah susah gampang, tapi Kaka yakin Caca pasti
bisa!” Ucap Rania

“Hemm iya deh ka, Caca akan berusaha semampu Caca” jawab Caca

“Iya dong gitu, Caca harus semangat meraih apa yang Caca mau” seru Rania

“Siap ka!” Seru Caca

Keesokan harinya Caca berniat mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mencari


referensi jurusan yang dia pilih tentang sastra, sesampainya di perpustakaan Caca
melihat dan mencari referensi buku yang di cari selang beberapa menit Caca
menemukan buku yang dia cari

“Wah ini nih yang aku cari buku Godlog karya dari Danarto” lanjut Caca dengan
wajah berbinar.

Kemudian Caca menuju tempat duduk yang tersedia di perpustakaan. Caca duduk
dan sembari membuka buku yang dia ambil, Caca mulai membaca artikel tersebut
sambil mendengarkan musik menggunakan aerpon.

Anda mungkin juga menyukai