Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DOSEN:
Aldila Rahma Putri, S.T. M.B.A.

DISUSUN OLEH:

WANDA MEIDA
SITI NURUL HIDAYAH
ZAHRA KHAIRUNNISA
TUBAGUS HAFIZH FAKHRI
MUHAMAD BIMA PRATAMA RAMADHAN
MUHAMMAD HAKAN SYUKUR

UNIVERSITAS PAMULANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk
agama yang lurus kepada hamba-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik Syukur kehadiran
Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan tentang PENGHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL, semua dirangkum dalam makalah ini supaya pemahaman terhadap
permasalahan tersebut lebih mudah di pahami. Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang
merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya,
Pembaca akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini.
Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang PENGHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL. Akhirnya, kami sebagai tim penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna, untuk menjadi lebih sempurna lagi kami membutuhkan kritik dan
saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada kami demi memperbaiki kekurangan pada
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih

Pamulang, 8 November 2022

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Batasan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB II ISI
2.1 ...........................................................................................................................
2.2............................................................................................................................
2.3............................................................................................................................
2.4............................................................................................................................
2.5............................................................................................................................
2.6............................................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu indicator teleh terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah
nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentusebab,
besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah
perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa
efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang, dan
kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum,
makin besar pendapatan nasional suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya
ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas
dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat
kemakmuran adalah output nasional perkapita.nilai output perkapita diperoleh dengan cara
membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.
Jika angka output perkapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi.
Sementara itu alat ukur tentang produktivitas rata-rata adalah output pertenaga kerja. Makin
besar angkanya, makin tinggi produktivitas tenaga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional meripakan gambaran awal tentang masalah-
masalah structural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output
nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai
masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika sebagin besar output nasional berasal dari
sector pertanian (ekstraktif), maka perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah
ketimpangan struktur produksi. Dalam arti perekonomian harus segera memodernisasikan
diri, dengan memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sector
pertanian yang dianggap sebagai sector ekonomi tradisional dengan sector industry yang
dianggap sebagai sector ekonomi modern.
Itulah sebabnya perhitungan pendapatan nasional, yang lebih dikenal sebagai pendapatan
nasional, merupakan pokok pembahasan awal dalam teori ekonomi makro. Tanpa memiliki
pemahaman yang benar tentang konsep pendapatan nasional, kita tidak akan melakukan
diskusi/pembahasan tentang model-modl ekonomi makro. Apalagi tentang analisis
kebijakanny. Istilah yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah produk
domestic bruto (PDB) atau gross domestic product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada
pengertian: “nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan factor-faktor
produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa perbedaan dari GNP dan GDP?
2. Apa saja 3 pendekatan aktivitas ekonomi?
3. Bagaimana potensi Double Accounting?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep GDP dan GNP
2. Mengetahui perhitungan pendapatan nasional dengan metode pendapatan, produksi,
dan pengeluaran
3. Mengetahui potensi double accounting
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Perbedaan antara GNP dan GDP


Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode, biasanya selama satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari
Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665.
Dalam perhitungannya, menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak
disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern,
konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut
mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap
tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Jadi Gross national product (GNP) atau produk nasional bruto (PNB) merupakan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk warga negara suatu negara, baik yang
berada di dalam negeri maupun yang ada diluar negeri. pengertian ini sering juga disebut
dengan konsep kewarganegaraan, karena perhitungannya didasarkan pada jumlah output yang
dihasilkan oleh warga negara suatu negara. Sedangkan gross domestic product (GDP) atau
produk domestic produk (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
seluruh penduduk yang berada didalam wilayah hokum suatu negara, tapa memperhatikan
apakah penduduk tersebut warga negara dari negara yang bersangkutan ataupun warga negara
dari negara bukan yang bersangkutan. Pengertian ini sering disebut sebagai konsep
kewilayahan.
Karena perbedaan dalam perhitungan, maka nilai dari GNP dan GDP ini juga berbeda,
tergantung pada kondisi perekonomian makro suatu negara. Biasanya untuk negara
berkembang seperti Indonesia, nilai GDP nya lebih besar daripada GNP. Sebaliknya bagi
negara maju nilai GNP lebih besar daripada GDP.

B. 3 Pendekatan Aktivitas Ekonomi dalam Pendapatan Nasional


1. Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan produksi, pendapatan nasional dihitung berdasarkan jumlah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dari masing-masing sektor ekonomi pada periode
tertentu. Di Indonesia, ada sembilan sektor ekonomoi yang dihitung, yaitu:

GDP Indonesia atas Dasar Harga Konstan 1993


Dengan Pendekatan Produksi
Tahun 2001(miliar rupiah)
No Sektor Ekonomi Nilai
1 Pertanian, 66.503,8
2 Peternakan, 38.483,3
3 Kehutanan, 109.641,3
4 Perikanan 7.210,0
5 Pertambangan dan 24.168,0
6 Penggalian 66.691,8
7 Industry 31.483,0
8 Pengolahan 28.201,1
9 (Manufaktur) listrik, air, dan 38.749,9
gas bangunan perdagangan,
hotel, dan restoran
pengangkutan dan
telekomunikasi keuangan,
persewaan, dan jasa
perusahaan jasa lain-lain.
Total 411.132,2

Penjumlahan nilai barang dan jasa dari sembilan sektor itulah yang merupakan
pendapatan nasional Indonesia untuk tahun 2001, yaitu R 411.132,2. Kontribusi dari
masing-masing sektor dapat dihitung dari presentasenya. Misalnya dalam perekonomian
itu, aektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian, yaitu 16,17%. Sebaliknya, sektor
listrik, air, dan gas merupakan kontributor terkecil bagi perekonomian dengan kontribusi
sebesar 1,75%. Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa perhitungan pendapatan
nasional dapat digunakan untuk menentukan struktur perekonomian suatu negara dari
sektor yang ada, dapat pula diketahui sektor mana yang memberikan kontribusi terbesar
pada perekonomian.
Selanjutnya, kesembilan sektor ekonomi itu digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Sektor primer, yang terdiri dari:
a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
b. Pertambangan dan penggalian
2. Sektor sekunder, yang terdiri dari:
a. Industri pengolahan
b. Listrik, air, dan gas
c. Bangunan
3. Sektor tersier, yang terdiri dari:
a. Perdagangan, hotel, dan restoran
b. Pengangkutan dan telekomunikasi
c. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
d. jasa lain lain
Dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi,
kemungkinan dilakukannya kesalahan. Hal ini dikarenakan dalam perhitungannya kita
menghitung nilai barang antara (intermediary goods) yang telah dihitung pada proses
produksi sebelumnya. Kesalahan ini disebut dengan perhitungan ganda atau double
counting. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka digunakan dua cara perhitungan,
yaitu menghitung nilai barang akhir ataupun menghitung total nilai tambahnya (added
value). Yntuk memperjelas perhatikan contoh sederhana proses produksi pakaian jadi
pada table berikut ini.

Contoh Perhitungan Pendapatan Nasional


Dalam Suatu Proses Produksi
Produsen (1) Produk (2) Nilai (3) Nilai tambah (4)
I II III IV Kapas, benang, 150325600900 150175275300
kain, pakaian jadi
TOTAL 1.975 900

Dari table diatas, apabila kita menghitung pendapatan nasional dengan cara
menjumlahkan nilai rupiah dari masing-masing produk mulai dari barang antara (kapas,
benang, kain) sampai barang akhir (pakaian jadi), maka kita mengalami kesalahan
berupa perhitungan ganda. Pendapatan nasional seharusnya dihitung dengan
menjumlahkan nilai tambah atau selisih nilai barang antara. Pada berbagai tahapan
produksi (kolom 4), nilai pendapatan nasional juga dapat ditentukan yaitu total nilai
tambahnya (total value added) 900. Selain itu nilai pendapatan nasional juga dapat
ditemukan dengan cara langsung menunjuk barang akhir yang ada pada kolom 2, yaitu
nilai pakaian jadi 900.

2. Pendekatan Pendapatan
Menurut vendekatan vendanatan. vendanatan nasional dihitung dengan cara
menjumlahkan pendapatan dari masing-masing faktor produksi pada tahun tertentu. Masing-
masing faktor vang dimiliki akan memberikan pendapatan bagi pemilik faktor produksi
tersebut. Pemilik faktor produksi tenaga kerja akan memperoleh pendapatan dalam bentuk
gaji, pemilik modal akan mendapatkan bunga dari modal yang dimilikinya, pemilik tanah
akan memperoleh sewa, dan pemilik keahlian (skill) akan mempereoleh laba. Untuk
memperjelas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan, berikut
tabelnya.
Faktor produksi pendapatan Nilai rupiah
Tenaga kerja Upah gaji Rp 400
Modal Bunga Rp 250
Tanah Sewa Rp 425
Keahlian laba Rp 125
Rp 1.200
Dengan menjumlahkan pendapatan dari masing-masing faktor produksi, dapat
diketahui bahwa besarnya pendapatan nasional adalah Rp 1.200. Laba dalam perhitungan
pendapatan nasional dibagi menjadi dua, yaitu laba yang diperoleh pengusaha perorangan dan
laba yang diterima perusahaan berbadan hukum. Laba perusahaan terdiri dari laba yang
dibagikan kepada pemilik saham atau deviden. Sedangkan bagian laba yang dibayarkan
kepada pemerintah dalam bentuk pajak disebut dengan pajak perseroan dan laba yang tidak
dibagi. Laba yang tidak dibagi merupakan cadangan untuk ditanamkan kembali untuk
memperbesar perusahaan
Dalam perhitungan pendapatan nasional pendekatan pendapatan, ada dua hal yang
harus diperhitungkan meskipun tidak menjadi penerimaan, yaitu penyusutan (depresiasi) dan
pajak tidak langsung. Penyusutan dimasukkan dalam perhitungan karena merupakan bagian
pendapatan yang tidak dibagikan kepada pemilik faktor produksi. Pajak tidak langsung
adalah pajak yang beban pajaknya dapat digeserkan kepada pihak lain oleh wajib pajak,
misalnya pajak penjualan. produsen yang menjadi wajib pajak akan menggeserkan beban
pajak penjualan kepada konsumen dalam bentuk menambahkannya pada harga barang dan
jasa yang dijual. Dengan demikian, maka dalam perhitungan pendapatan nasional pendekatan
pendapatan, variabel yang diperhitungkan terdiri dari:
1. Penyusutan barang modal
2. Pajak tidak langsung
3. upah dan gaji
4. Bunga
5. Sewa
6. Laba perusanaan perorangan
7. Deviden
8. Pajak perseroan
9. Laba tidak dibagi

3. Pendekatan Pengeluaran
Pendapatan nasional juga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran. Dalam pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan cara
menjumlahkan pengeluaran dari masing-masing pelaku ekonomi pada periode tertentu.
Pengeluaran konsumen untuk membeli barang dan jasa disebut dengan konsumsi
(consumption). Pengeluaran produsen untuk membeli alat dan bahan produksi disebut
investasi (investment). Pengeluaran pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan negara
disebut pengeluaran pemerintah (government expenditure). Transaksi perdagangan
internasional yang diwujudkan dalam bentuk selisih nilai ekspor (export) dan impor (import)
disebut dengan ekspor bersih (net export).
Tabel 2.4
GDP Indonesia atas Dasar Harga Konstan 1993 dengan Pendekatan Pengeluaran
Tahun 2001 (milyar rupiah)
Pelaku ekonomi Pendapatan pelaku ekonomi Nilai rupiah
Konsumen Konsumsi (C) 298.703,6
Produsen Investasi (I) 97.057,7
Pemerintah Pengeluaran pemerintah (G) 31.377,0
Sektor luar negri Ekspor 118.377,0
impor 102.772,7

Y=C+I+G+(X-M) 437.503,7

Dengan menjumlahkan pengeluaran dari masing-masing pelaku ekonomi, pendapatan


nasional diperoleh sebesar 1200. Pengertian investasi disini mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Pembelian mesin, peralatan pabrik, dan barang modal yang akan digunakan dalam
proses produksi
2. Pembelian dan pembangunan gedung, pabrik dan konstruksi
3. Perubahan nilai barang cadangan sebagai akibat perubahan harga maupun jumlah
pada tahun yang sama.
Dalam hubungannya dengan perhitungan pendapatan nasional, ada beberapa bentuk
investasi yang tidak digolongkan sebagai pengeluaran investasi, yaitu: investasi finansial
yang berupa pembelian surat berharga, dan pembelian barang bekas. Investasi finansial tidak
digolongkan sebagai pengeluaran investasi karena investasi finansial hanya berupa
perpindahan aktiva dari satu pemilik kepada pemilik lain. Begitu pula halnya dengan
pembelian mobil bekas yang digunakan untuk taksi tidak digolongkan sebagal investasi.
Dalam perhitungan pendapatan nasional pendekatan pengeluaran, pengeluaran investasi
yang digunakan adalah pengeluaran investasi domestik swasta bruto. Pengertian bruto disini
menunjukan bahwa pengeluaran investasi menyangkut seluruh pengeluaran untuk membeli
barang modal, baik pengeluaran untuk membeli penambahan barang modal maupun
pembelian barang modal untuk menggantikan barang modal yang rusak.

C. Double Accounting
Double counting adalah kesalahan yang disebabkan sebagai hasil dari perhitungan
tidak logis. Istilah ini digunakan dalam ilmu ekonomi untuk merujuk pada praktik yang salah
menghitung nilai barang suatu bangsa lebih dari sekali. Karena barang-barang diproduksi
secara bertahap, melalui saluran khusus produksi, barang setengah jadi banyak digunakan
untuk menghasilkan akhir yang baik. Jika nilai dari masing-masing barang ditambahkan
bersama-sama, tanpa mengurangi pengeluaran yang timbul selama proses produksi,
kesalahan penghitungan ganda akan terjadi.
Pendekatan produksi (PDB/PGNP) merupakan pendapatan yang berasal dari
penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini memiliki
kelemahan yaitu munculnya double counting atau penghitungan ganda. Penghitungan ganda
yang dimaksud yaitu nilai produk sebelumnya akan ditambahkan pada produk-produk
turunan berikutnya dan digunakan sebagai nilai akhir produk tersebut.
Akibatnya, nilai produk akhir menjadi lebih tinggi. Salah satu usaha untuk mengurangi
dampak dari double counting yaitu dengan menggunakan pendekatan value added atau nilai
tambah. Dalam pendekatan ini, nilai produk akan dilihat nilai tambahnya pada produk
turunan berikutnya sehingga yang nampak pada nilai barang akhir yaitu jumlah keseluruhan
nilai barang akan sama dengan nilai akhir produk turunan terakhir.
Double counting juga bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain karena
pemerintah lebih mengeiar kosmetik angka pertumbuhan sehingga PDB yang semestinya
diukur dari tingkat produktivitas barang dan jasa, nilainva bisa menggelembung akibat
penghitungan ganda karena menjumlahkan akumulasi perputaran barang dan jasa.
"Itu teriadi karena penghitungan PDB selama ini double counting Misalnya,
pemerintah menyediakan anggaran untuk pembangunan jembatan, tapi pengerjaannya
dilakukan oleh kontraktor swasta. Nah. hasilnya jembatan itu diperhitungkan sebagai PDB
siapa? Swasta atau pemerintah? Ini yang tidak jelas sehingga saya katakan perhitungan PDB
double counting," kata pengamat ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, di
Jakarta, Selasa (10/1).
Selain itu, potensi penghitungan ganda juga bisa terjadi di pasar modal karena
transaksi di pasar sekunder saham dimasukkan sebagai komponen investasi dalam PDB
sehingga nilai perputarannya bisa berlipat-lipat. Apa lagi, pada transaksi investor asing dan
asing jelas-jelas tidak ada nilai tambahnya bagi perekonomian Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
Gross national product (GNP) atau produk nasional bruto (PNB) merupakan jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk warga negara suatu negara, baik yang
berada di dalam negeri maupun yang ada diluar negeri.
Sedangkan Perhitungan Pendapatan Nasional gross domestic product (GDP) atau
produk domestic produk (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
seluruh penduduk yang berada didalam wilayah hokum suatu negara, tanpa
memperhatikan apakah penduduk tersebut warga negara dari negara yang bersangkutan
ataupun warga negara dari negara bukan yang bersangkutan.
3 Pendekatan Aktivitas Ekonomi dalam Pendapatan Nasional
1. Metode Produksi
Y = [(Q1 X PI) + (02 X P2) + (On X Pn) ......]
2. Metode Pendapatan
Y = r+w+i+p
3. Metode pengeluaran
Y = C+I+G+(X-M)

Double counting adalah kesalahan yang disebabkan sebagai hasil dari perhitungan
tidak logis. Munculnya double counting atau penghitungan ganda. Penghitungan ganda yang
dimaksud yaitu nilai produk sebelumnya akan ditambahkan pada produk-produk turunan
berikutnya dan digunakan sebagai nilai akhir produk tersebut. Akibatnya, nilai produk akhir
menjadi lebih tinggi. Salah satu usaha untuk mengurangi dampak dari double counting yaitu
dengan menggunakan pendekatan value added atau nilai tambah. Dalam pendekatan ini, nilai
produk akan dilihat nilai tambahnya pada produk turunan berikutnya sehingga yang nampak
pada nilai barang akhir yaitu jumlah keseluruhan nilai barang akan sama dengan nilai akhir
produk turunan terakhir.

B. Saran
Saya berharap agar pemerintah Indonesia tanggap terhadap nasional dinegara kita.
DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.com
http://www.google.co.id/search?q=pendapatan+nasional

Anda mungkin juga menyukai