Getaran 004
Getaran 004
F(t)
m
x
Dalam kondisi diam, sebelum diberikan gaya pemaksa atau gaya
eksitasi, pegas k memanjang sejauh δst, sehingga berdasarkan
kesetimbangan gaya pada sistem diperoleh
mg = k δ st
Dalam kondisi bergerak dengan gaya pemaksa F(t), pada jarak x dari posisi massa
diam, pegas k memanjang sejauh (x + δst), dan berdasarkan hukum gerakan Newton
dapat dituliskan persamaan gerak sebagai berikut
m&x& = jumlah gaya dalam arah x
= −k ( x + δ st ) + mg − cx& + F (t )
= −kx − cx& + F (t )
August 15 M. Rines Alapan 1
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
m&x& + cx& + kx = F (t )
yang merupakan persamaan diferensial orde dua dengan koefisien
c k
konstan.
F(t)
m
x
x = xc + x p
yang dalam hal ini:
Penyelesaian khusus.
Misalnya untuk kasus sederhana, pilih F(t) = k f(t) = k A cos ωt
Dalam hal ini:
c k
ω adalah frekuensi eksitasi atau frekuensi penggerak
f(t) dan A memiliki satuan simpangan (displacement)
F(t)
m
x
Persamaan gerakan sistem dapat dituliskan menjadi:
c k k k
&x& + x& + x = f (t ) = A cos ωt
m m m m
k
&x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x = f (t ) = ωn2 A cos ωt
m
August 15 M. Rines Alapan 3
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Karena gaya eksitasi diatas termasuk gaya harmonik, maka respon steady-state, x(t),
juga harmonik dan memiliki frekuensi yang sama yakni ω.
Untuk ini:
x& (t ) = − Xω sin(ωt − φ )
&x&(t ) = − Xω 2 cos(ωt − φ )
Mengingat :
cos(ωt − φ ) = cos ωt cos φ + sin ωt sin φ
sin(ωt − φ ) = sin ωt cos φ − cos ωt sin φ
maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi
X 2 [(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2 ] = ωn4 A2
Selanjutnya dapat dinyatakan:
ωn4 A2
X =2
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2
ωn2 A
atau X=
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2
A
atau X=
[1 − (ω / ωn ) 2 ]2 + (2 ζ ωn ω ) 2
Bila semua ruas dalam persamaan ini dibagi dengan cos φ, maka akan dihasilkan
(ωn2 − ω 2 ) tan φ − 2 ζ ωn ω = 0
2 ζ ωn ω −1 2 ζ ω / ωn
dan diperoleh φ = tan −1 = tan
(ωn2 − ω 2 ) 1 − (ω / ωn ) 2
atau 2 ζ ω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
= X (ωn2 − ω 2 ) 2 + (2ζωnω ) 2
ωn2 A
X=
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2ζωnω ) 2 φ ωt
A
=
[1 − (ω / ωn ) 2 ]2 + (2ζω / ωn ) 2 Garis
referensi
ωn2 X cos (ωt - φ)
2ζωnω −1 2ζω / ωn
φ = tan −1 = tan
ωn2 − ω 2 1 − (ω / ωn ) 2
August 15 M. Rines Alapan 8
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Ada baiknya bila eksitasi harmonik ditunjukkan dengan sebuah vektor kompleks, karena
ungkapan demikian ini memiliki kelebihan dalam menurunkan respon.
Pertama, untuk persamaan eiωt = cos ωt + i sin ωt dapat digambarkan sebagai berikut:
Im
eiωt
sin ωt
ω ωt
Re
0
cos ωt
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa eiωt dapat dipandang sebagai sebuah
vektor kompleks satuan yang berputar dalam bidang kompleks dengan kecepatan sudut
ω.
ωn2 Aeiωt
dan diperoleh x(t ) = 2
ωn − ω 2 + 2iζωnω
August 15 M. Rines Alapan 10
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Dari pernyataan sebelumnya, respon dipandang sebagai komponen real dari x(t),
sehingga penyelesaian steady-state memiliki bentuk
ω 2
Aeiωt Aeiωt
x(t ) = Re 2 n = Re
ω − ω 2
+ i 2ζω ω 1 − (ω / ω ) 2
+ i 2ζω / ω
n n n n
Re menunjukkan komponen real dari pernyataan yang berada di dalam tanda kurung.
Dari persamaan di atas tampak bahwa respon x(t) sebanding dengan gaya eksitasi f(t) =
F(t)/k=Aeiωt, dengan faktor kesebandingan
1 f(t) = Aeiωt
H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn x(t) = Xei(ωt-φ)
yang disebut sebagai RESPON FREKUENSI KOMPLEKS.
Dalam menetapkan gaya pegas, perlu diingat bahwa x(t) diukur dari posisi
kesetimbangan statis.
Dari aljabar kompleks, dapat disimpulkan bahwa nilai absolut dari H( ω), yang disebut
sebagai FAKTOR PEMBESARAN (magnification factor), sama dengan rasio non-
dimensional antara amplitudo respon, X, dan amplitudo eksitasi, A, yaitu
1 f(t) = Aeiωt
H (ω ) =
{[1− (ω / ω ) ] + [2ζω / ω ] }
n
2 2
n
2
1/ 2
x(t) = Xei(ωt-φ)
Gambar 2.3 menunjukkan plot hubungan |H(ω)| terhadap ω/ωn untuk berbagai nilai ζ.
Dari gambar tampak bahwa redaman berkecenderungan memperkecil amplitudo dan
menggeser puncaknya ke kiri dari garis vertikal untuk ω/ωn = 1.
ω = ωn (1 − 2ζ 2 )1 / 2
ω = ωn (1 − 2ζ 2 )1 / 2
Dari hasil tersebut tampak bahwa nilai maksimum tidak terjadi pada frekuensi natural tak
teredam ωn, tetapi pada nilai-nilai ω/ωn < 1 dan bergantung pada besarnya redaman.
Jelaslah bahwa, untuk ζ > 1/√ 2, respon tidak memiliki puncak, dan untuk ζ = 0 terjadi
ketidakkontinuan dari ω/ωn = 1.
Kasus ζ = 0 yang terkait dengan kasus tak terredam dimana persamaan diferensial
homogen mereduksi menjadi persamaan osilasi harmonik, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketika frekuensi eksitasi ω mendekati frekuensi naturalnya ωn, respon dari osilasi
harmonik cenderung meningkat tak berhingga.
Dalam kasus osilasi harmonik ini dikatakan mendekati KONDISI RESONANSI yang
memiliki ciri-ciri menimbulkan getaran yang kasar.
Perlu diperhatikan bahwa untuk redaman ringan, ζ < 0,05, nilai maksimum dari |H(ω)|
terjadi di sekitar ω/ωn = 1.
Dengan menyatakan |H(ω)|max = Q, kita peroleh untuk nilai-nilai kecil dari ζ
1
Q≅
2ζ
dan kurva-kurva |H(ω)| versus ω/ωn mendekati simetris terhadap garis vertikal melalui
ω/ωn = 1 dalam daerah sekitarnya.
Lambang Q dikenal sebagai FAKTOR KUALITAS karena dalam banyak aplikasi
rekayasa kelistrikan, seperti tuning circuit radio, yang mengharapkan amplitudo resonansi
yang besar, lambangnya seringkali ditunjukkan dengan Q.
Titik-titik P1 dan P2, dimana amplitudo dari |H(ω)| terletak pada Q/√ 2, disebut TITIK-
TITIK SETENGAH DAYA (half power points) karena daya yang diserap oleh resistor
dalam sirkuit listrik atau oleh peredam dalam sistem mekanis yang merespon secara
harmonik pada frekuensi yang diberikan proporsional dengan akar pangkat dua dari
amplitudo.
Peningkatan frekuensi yang terkait dengan half power point P1 dan P2 ditunjukkan
sebagai BANDWIDTH sistem.
Untuk redaman ringan, tidaklah sulit untuk menunjukkan bahwa bandwidth memiliki nilai
∆ω = ω2 − ω1 ≅ 2ζωn
1 ωn
Q≅ ≅
2ζ ω2 − ω1
Jika kita setting kembali eiφ = cos φ + i sin φ, kita dapat menggunakan ekspresi:
1
H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
1
H (ω ) =
{[1− (ω / ω ) ] + [2ζω / ω ] }
n
2 2
n
2
1/ 2
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
cosφ + i sin φ =
{[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ [2ζω / ωn ]2 }
1/ 2
sin φ 2ζω / ωn
Dengan demikian tan φ = =
cos φ 1 − (ω / ωn ) 2
dan 2ζω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
August 15 M. Rines Alapan 17
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Penyelesaian Aeiωt
x(t ) = Re
1 − (ω / ω n ) 2
+ i 2ζω / ω n
yang dari sini dapat disimpulkan bahwa φ merupakan sudut fase, yakni, sudut diantara
eksitasi dan respon.
Gambar 2.4 menunjukkan plot φ versus ω/ωn untuk nilai-nilai ζ yang dipilih.
Dari gambar tampak bahwa semua kurva melewati titik φ = π/2, ω/ωn = 1.
Untuk ω/ωn < 1, sudut fase cenderung menuju ke nol, sedangkan untuk ω/ωn > 0
cenderung menuju ke π.
Untuk ζ = 0, plot φ versus ω/ωn memiliki diskontinuitas pada ω/ωn = 1, melompat dari
φ = 0 untuk ω/ωn < 1 hingga φ = π untuk ω/ωn > 1.
Hal ini dapat dijelaskan dengan mudah karena untuk ζ = 0, penyelesaian dari persamaan
terakhir di atas mereduksi menjadi
1 iωt
x(t ) = Re Ae
1 − (ω / ωn )
2
sedemikian sehingga respon sepase (in-phase) untuk ω/ωn < 1 dan 180o diluar fase (out
of phase) untuk ω/ωn > 1.
Persamaan di atas juga secara jelas menunjukkan bahwa respon dari osilator harmonik
meningkat tanpa batas selama frekuensi eksitasi ω mendekati frekuensi natural ωn.
Perhatikanlah bahwa, karena term kecepatan adalah nol, maka bentuk vektor kompleks
tidak diperlukan untuk eksitasi dan respon.
Namun, secara fisik, respon tidak dapat berkembang secara tidak berhingga, selama
pada waktu yang nyata asumsi gerakan kecil implisit dalam sistem linier berbahaya
(violet).
Karena eksitasi adalah sebuah fungsi cosinus dan reaspon dalamfungsi sinus,maka
terdapat 90o sudut fase diantara mereka, seperti yang dapat juga dibuktikan dari gambar
2.4.
Respon x(t), seperti yang diberikan oleh persamaan terakhir di atas, di plot dalam
Gambar 2.5 sebagai sebuah fungsi waktu.
k
Penyelesaian lengkap persamaan &x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x =
f (t ) = ωn2 A cos ωt
m
diperoleh dengan menambahkan solusi homogen, x = A e − ζ ω n t cos (ω d t − φ )
Pembahasan:
k/2 c k/2
Dengan adanya dua massa yang sama besar dan
berputar dengan arah yang berlawanan, maka
komponen-komponen horizontal gaya eksitasi dari kedua
massa saling menghilangkan.
Tetapi, komponen-komponen vertikal eksitasi bertambah.
Simpangan vertikal dari massa-massa eksentrik adalah x + l sin ωt, dimana x diukur
dari posisi kesetimbangan.
d 2x d2 dx
( M − m) 2 + m 2 ( x + l sin ωt ) + c + kx = 0
dt dt dt
August 15 M. Rines Alapan 23
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Karena eksitasi merupakan bagian imajiner dari f(t), maka respon sistem dapat dituliskan
sebagai
x(t ) = Im[ A H (ω ) ei (ωt −φ ) ]
August 15 M. Rines Alapan 24
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
m ω
2
i (ωt −φ )
x(t ) = Im l | H (ω ) | e
M ωn
2
m ω
= l | H (ω ) | sin(ωt − φ )
M ωn
2ζω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
2
ml ω
X= | H (ω ) |
M ωn
Dengan demikian, dalam kasus khusus ini, RASIO NON-DIMENSIONAL lebih cocok
dituliskan sebagai
2
XM ω
= | H (ω ) |
ml ωn
Grafik hubungan (ω/ωn)2 |H(ω)| dengan ω/ωn untuk beberapa nilai ζ ditunjukkan dalam
Gambar 2.7. Sedangan grafik hubungan antara φ dan ω/ωn sama seperti sebelumnya
(Gambar 2.4).
Perhatikanlah bahwa:
2ζω / ωn
Pada saat yang sama, berdasarkan hubungan φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
dapat disimpulkan bahwa bila ω ∞, maka φ π
Pembahasan:
k/2 c k/2
Persamaan diferensial gerakan dari sistem ini dapat
y(t)
dituliskan sebagai
c k c k
atau m&x& + cx& + kx& = cy& + ky atau &x& + x& + x& = y& + y
m m m m
atau &x& + 2ζωn x& + ωn2 x& = 2ζωn y& + ωn2 y (b)
1 + i 2ζω / ωn iωt
x(t ) = Re Ae
1 − (ω / ωn ) + i 2ζω / ωn
2
1 + i 2ζω / ωn
maka H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
x(t ) = X cos(ωt − φ1 )
1/ 2
1 + (2ζω / ωn ) 2
dimana X = A 2
[1 − (ω / ω n ) 2 2
] + ( 2ζω / ω n )
1/ 2
2ζω 2
= A1 + H (ω )
ωn
1
dengan H (ω ) =
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2
Mengingat H (ω ) = H (ω ) e −iφ
1
H (ω )
[[1 − (ω / ω ) ] n
2 2
+ (2ζω / ωn ) ]
2 1/ 2
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
=
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2
(1 + i 2ζω / ωn )
=
{ }
1 − (ω / ωn ) 2 + i 1 − [1 − (ω / ωn ) 2 ] (2ζω / ωn ) + (2ζω / ωn ) 2
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ω ) ]
n
2 1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]
1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2 + i [2ζ (ω / ωn )3 ]
=
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) ]
2 1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]
August 15 M. Rines Alapan 31
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2 + i [2ζ (ω / ωn )3 ]
cosφ1 + i sin φ1 =
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]
sin φ1 2ζ (ω / ωn )3
tan φ1 = =
cosφ1 1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2
−1 2ζ (ω / ωn )3
φ1 = tan
1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2
= 1 + H (ω )
A ωn
yang disebut sebagai TRANSMISIBILITAS (transmissibility)
Kurva-kurva X/A versus ω/ωn untuk berbagai nilai ζ ditunjukkan dalam Gambar 2.9.
Lebih jauh lagi, kurva φ1 versus ω/ωn untuk berbagai nilai ζ ditunjukkan dalam gambar
2.10.
ζ = 0, respon se fase (in phase) dengan eksitasi untuk ω/ωn < 1 atau
Sekali lagi untuk
sepenuhnya di luar fase (out of phase) dengan eksitasi untuk ω/ωn > 1.
2ξωn x& (t )
Im
ωn2 Aeiωt
Ftr / m φ
ωn2 x(t ) ωt
Re
ω
&x&(t )
Tidak ada rugi-rugi generalitas (generality loss) terkait dengan amplitudo A sebagai
sebuah bilangan real, yang merupakan asumsi yang digunakan dalam gambar di atas.
Jelaslah bahwa dengan hanya meninjau bagian real dari respon merupakan ekivalensi
dari proyeksi diagram pada sumbu real.
Kita dapat dengan mudah mempertahankan proyeksi-proyeksi pada sumbu imajiner, atau
sembarang sumbu lainnya, tanpa mempengaruhi sifat alamiah dari respon;
mempertahankan bagian real memberikan hasil yang lebih sangat baik.
Mengingat hal ini, jelas juga bahwa asumsi dimana A adalah real adalah immaterial.
Dengan memilih A sebagai sebuah kuantitas kompleks, atau dengan mejinjau proyeksi-
proyeksi pada sebuah aksis bukan sumbu real, akan agaknya memberikan tambahan
sebuah sudut fase ψ ke semua vektor-vektor dalam gambar di atas, tanpa mengubah
posisi relatif mereka. Hal ini ekivalen dengan multiplikasi kedua sisi persamaan gerakan
dengan faktor konstanta eiψ.