Anda di halaman 1dari 37

Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

GETARAN PAKSA DENGAN PEREDAM VISKOS


Tinjau sebuah sistem yang terdiri dari sebuah massa m, sebuah
pegas dengan konstanta pegas k dan sebuah peredam viskos
c k
dengan koefisien redaman c, yang menerima gaya eksitasi luar
F(t), seperti yang ditunjukkan dalam gambar di samping ini.

F(t)
m
x
Dalam kondisi diam, sebelum diberikan gaya pemaksa atau gaya
eksitasi, pegas k memanjang sejauh δst, sehingga berdasarkan
kesetimbangan gaya pada sistem diperoleh

mg = k δ st
Dalam kondisi bergerak dengan gaya pemaksa F(t), pada jarak x dari posisi massa
diam, pegas k memanjang sejauh (x + δst), dan berdasarkan hukum gerakan Newton
dapat dituliskan persamaan gerak sebagai berikut
m&x& = jumlah gaya dalam arah x

= −k ( x + δ st ) + mg − cx& + F (t )
= −kx − cx& + F (t )
August 15 M. Rines Alapan 1
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

atau dapat dituliskan menjadi

m&x& + cx& + kx = F (t )
yang merupakan persamaan diferensial orde dua dengan koefisien
c k
konstan.

Penyelesaian umum persamaan diferensial ini adalah

F(t)
m
x
x = xc + x p
yang dalam hal ini:

xc disebut sebagai penyelesaian komplementer (complementary solution) atau


penyelesaian transien (transient solution)

xp disebut sebagai penyelesaian khusus (particular solution) atau penyelesaian


kondisi tunak (steady state solution)

Penyelesaian komplementer adalah penyelesaian dengan F(t) = 0, atau penyelesaian


yang sama untuk kasus getaran bebas (tanpa gaya pemaksa) dengan peredam viskos.
(Lihat kembali bahasan mengenai Getaran Bebas dengan Peredam Viskos)

August 15 M. Rines Alapan 2


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Penyelesaian khusus.
Misalnya untuk kasus sederhana, pilih F(t) = k f(t) = k A cos ωt
Dalam hal ini:
c k
ω adalah frekuensi eksitasi atau frekuensi penggerak
f(t) dan A memiliki satuan simpangan (displacement)

F(t)
m
x
Persamaan gerakan sistem dapat dituliskan menjadi:

m&x& + cx& + kx = k f (t ) = k A cos ωt


k c c
Mengingat: = ω n2 dan ζ = = maka persamaan gerakan di atas
m 2 km 2mωn
dapat diubah menjadi:

c k k k
&x& + x& + x = f (t ) = A cos ωt
m m m m
k
&x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x = f (t ) = ωn2 A cos ωt
m
August 15 M. Rines Alapan 3
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Karena gaya eksitasi diatas termasuk gaya harmonik, maka respon steady-state, x(t),
juga harmonik dan memiliki frekuensi yang sama yakni ω.

Asumsikan penyelesaian berbentuk:


x(t ) = X cos(ωt − φ )

dengan X adalah amplitudo respon dan φ adalah sudut fase respon.

Untuk ini:
x& (t ) = − Xω sin(ωt − φ )

&x&(t ) = − Xω 2 cos(ωt − φ )

Bila disubstitusikan ke dalam persamaan gerakan diperoleh

&x&(t ) + 2 ζ ωn x& (t ) + ωn2 x(t ) = ωn2 A cos ωt

− ω 2 X cos(ωt − φ ) + 2 ζ ωn [− Xω sin(ωt − φ )] + ωn2 X cos(ωt − φ ) = ωn2 A cos ωt

− ω 2 X cos(ωt − φ ) − 2 ζ ωn ω X sin(ωt − φ ) + ωn2 X cos(ωt − φ ) = ωn2 A cos ωt

August 15 M. Rines Alapan 4


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
− ω 2 X cos(ωt − φ ) − 2 ζ ωn ω X sin(ωt − φ ) + ωn2 X cos(ωt − φ ) = ωn2 A cos ωt

MENENTUKAN AMPLITUDO X dan SUDUT FASE φ


A. DENGAN ANALISIS MATEMATIS

Mengingat :
cos(ωt − φ ) = cos ωt cos φ + sin ωt sin φ
sin(ωt − φ ) = sin ωt cos φ − cos ωt sin φ
maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi

X [(ωn2 − ω 2 ) cos(ωt − φ ) − 2 ζ ωn ω sin(ωt − φ )] = ωn2 A cos ωt

dan X [(ωn2 − ω 2 )(cosωt cos φ + sin ωt sin φ )


− 2 ζ ωn ω (sin ωt cos φ − cos ωt sin φ )] = ωn2 A cos ωt

Dengan memperhatikan koefisien-koefisien cos ωt dan sin ωt, maka persamaan


ini dapat dipecah menjadi dua persamaan yang simultan, yakni

X [(ωn2 − ω 2 ) cos φ + 2 ζ ωn ω sin φ )] = ωn2 A (a)

X [(ωn2 − ω 2 ) sin φ − 2 ζ ωn ω cos φ ] = 0 (b)


August 15 M. Rines Alapan 5
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Kedua ruas persamaan (a) dan (b) dikuadratkan diperoleh:

X 2 [(ωn2 − ω 2 ) 2 cos2 φ + 4(ωn2 − ω 2 )ζ ωn ω sin φ cos φ + (2 ζ ωn ω ) 2 sin 2 φ )] = ωn4 A2


X 2 [(ωn2 − ω 2 ) 2 sin 2 φ − 4(ωn2 − ω 2 ) ζ ωn ω sin φ cos φ + (2ζ ωn ω ) 2 cos 2 φ ] = 0

Bila kedua persamaan di atas dijumlahkan, diperoleh hasil

X 2 [(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2 ] = ωn4 A2
Selanjutnya dapat dinyatakan:
ωn4 A2
X =2
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2

ωn2 A
atau X=
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2 ζ ωn ω ) 2

A
atau X=
[1 − (ω / ωn ) 2 ]2 + (2 ζ ωn ω ) 2

August 15 M. Rines Alapan 6


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Dari persamaan (b)


X [(ωn2 − ω 2 ) sin φ − 2 ζ ωn ω cos φ ] = 0
karena amplitudo X tidak sama dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa

(ωn2 − ω 2 ) sin φ − 2 ζ ωn ω cos φ = 0

Bila semua ruas dalam persamaan ini dibagi dengan cos φ, maka akan dihasilkan

(ωn2 − ω 2 ) tan φ − 2 ζ ωn ω = 0

2 ζ ωn ω −1 2 ζ ω / ωn
dan diperoleh φ = tan −1 = tan
(ωn2 − ω 2 ) 1 − (ω / ωn ) 2

atau 2 ζ ω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2

August 15 M. Rines Alapan 7


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

− ω 2 X cos(ωt − φ ) − 2 ζ ωn ω X sin(ωt − φ ) + ωn2 X cos(ωt − φ ) = ωn2 A cos ωt

B. DENGAN MENERAPKAN ANALISIS GRAFIS


ωn2 A cosωt ω2 Xcos(ωt-φ) 2ζωnω Xsin(ωt-φ)

ωn2 A = (ωn2 X − ω 2 X ) 2 + (2ζωnω X ) 2

= X (ωn2 − ω 2 ) 2 + (2ζωnω ) 2

ωn2 A
X=
(ωn2 − ω 2 ) 2 + (2ζωnω ) 2 φ ωt
A
=
[1 − (ω / ωn ) 2 ]2 + (2ζω / ωn ) 2 Garis
referensi
ωn2 X cos (ωt - φ)

2ζωnω −1 2ζω / ωn
φ = tan −1 = tan
ωn2 − ω 2 1 − (ω / ωn ) 2
August 15 M. Rines Alapan 8
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Ada baiknya bila eksitasi harmonik ditunjukkan dengan sebuah vektor kompleks, karena
ungkapan demikian ini memiliki kelebihan dalam menurunkan respon.

Pertama, untuk persamaan eiωt = cos ωt + i sin ωt dapat digambarkan sebagai berikut:
Im

eiωt

sin ωt
ω ωt
Re
0
cos ωt

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa eiωt dapat dipandang sebagai sebuah
vektor kompleks satuan yang berputar dalam bidang kompleks dengan kecepatan sudut
ω.

August 15 M. Rines Alapan 9


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Misalkan dinyatakan f(t) = Aeiωt


Dalam hal ini, eksitasi hanya diberikan oleh komponen real dari f(t), yakni A cos φ.
Karena itu, respon juga hanya diberikan oleh komponen real dari x(t), dimana x(t)
merupakan solusi dari persamaan
m&x& + cx& + kx = F (t )
dengan eksitasi f(t) = Aeiωt.
Misalkan x(t) = Xei(ωt-φ) maka x& = iωXei (ωt −φ ) = iω x(t ) dan &x& = −ω 2 Xei (ωt −φ ) = −ω 2 x(t )
sehingga persamaan
k
&x&(t ) + 2ζωn x& (t ) + ωn2 x(t ) = f (t ) = ωn2 Aeiωt
m
dapat dituliskan menjadi

− ω 2 x(t ) + 2ζωn [iω x(t )] + ωn2 x(t ) = ωn2 f (t ) = ωn2 Aeiωt


atau
[(ωn2 − ω 2 ) + 2iζωnω ]x(t ) = ωn2 Aeiωt

ωn2 Aeiωt
dan diperoleh x(t ) = 2
ωn − ω 2 + 2iζωnω
August 15 M. Rines Alapan 10
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Dari pernyataan sebelumnya, respon dipandang sebagai komponen real dari x(t),
sehingga penyelesaian steady-state memiliki bentuk

 ω 2
Aeiωt   Aeiωt 

x(t ) = Re 2 n  = Re 
ω − ω 2
+ i 2ζω ω  1 − (ω / ω ) 2
+ i 2ζω / ω
 n n   n n

Re menunjukkan komponen real dari pernyataan yang berada di dalam tanda kurung.

Dari persamaan di atas tampak bahwa respon x(t) sebanding dengan gaya eksitasi f(t) =
F(t)/k=Aeiωt, dengan faktor kesebandingan
1 f(t) = Aeiωt
H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn x(t) = Xei(ωt-φ)
yang disebut sebagai RESPON FREKUENSI KOMPLEKS.

August 15 M. Rines Alapan 11


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Mengingat gaya pegas Fx(t) = k x(t), maka dapat disimpulkan bahwa


x(t ) kx(t ) Fx (t )
H (ω ) = = =
f (t ) F (t ) F (t )
atau dapat dikatakan bahwa respon frekuensi kompleks dapat diidentifikasi sebagai
RASIO NON-DIMENSIONAL diantara gaya pegas Fx(t) dan gaya eksitasi aktual F(t).

gaya pegas Fx(t)


Respon Frekuensi Kompleks =
gaya eksitasi aktual F(t).

Dalam menetapkan gaya pegas, perlu diingat bahwa x(t) diukur dari posisi
kesetimbangan statis.

August 15 M. Rines Alapan 12


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Dari aljabar kompleks, dapat disimpulkan bahwa nilai absolut dari H( ω), yang disebut
sebagai FAKTOR PEMBESARAN (magnification factor), sama dengan rasio non-
dimensional antara amplitudo respon, X, dan amplitudo eksitasi, A, yaitu

1 f(t) = Aeiωt
H (ω ) =
{[1− (ω / ω ) ] + [2ζω / ω ] }
n
2 2
n
2
1/ 2
x(t) = Xei(ωt-φ)

Gambar 2.3 menunjukkan plot hubungan |H(ω)| terhadap ω/ωn untuk berbagai nilai ζ.
Dari gambar tampak bahwa redaman berkecenderungan memperkecil amplitudo dan
menggeser puncaknya ke kiri dari garis vertikal untuk ω/ωn = 1.

Untuk mendapatkan nilai-nilai dimana puncak kurva-kurva tersebut terjadi, dapat


digunakan teknik kalkulus standar untuk mendapatkan nilai-nilai stationer dari sebuah
fungsi, yakni dengan mendiferensialkan |H( ω)| terhadap ω dan menyamakan hasilnya
dengan nol.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa puncak kurva terjadi pada

ω = ωn (1 − 2ζ 2 )1 / 2

August 15 M. Rines Alapan 13


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

ω = ωn (1 − 2ζ 2 )1 / 2
Dari hasil tersebut tampak bahwa nilai maksimum tidak terjadi pada frekuensi natural tak
teredam ωn, tetapi pada nilai-nilai ω/ωn < 1 dan bergantung pada besarnya redaman.

Jelaslah bahwa, untuk ζ > 1/√ 2, respon tidak memiliki puncak, dan untuk ζ = 0 terjadi
ketidakkontinuan dari ω/ωn = 1.

Kasus ζ = 0 yang terkait dengan kasus tak terredam dimana persamaan diferensial
homogen mereduksi menjadi persamaan osilasi harmonik, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketika frekuensi eksitasi ω mendekati frekuensi naturalnya ωn, respon dari osilasi
harmonik cenderung meningkat tak berhingga.

Dalam kasus osilasi harmonik ini dikatakan mendekati KONDISI RESONANSI yang
memiliki ciri-ciri menimbulkan getaran yang kasar.

Karena itu, solusi


 Aeiωt 
x(t ) = Re 
1 − (ω / ω n ) 2
+ i 2ζω / ω n

tidak sepenuhnya berlaku untuk kondisi resonansi.

August 15 M. Rines Alapan 14


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Perlu diperhatikan bahwa untuk redaman ringan, ζ < 0,05, nilai maksimum dari |H(ω)|
terjadi di sekitar ω/ωn = 1.
Dengan menyatakan |H(ω)|max = Q, kita peroleh untuk nilai-nilai kecil dari ζ
1
Q≅

dan kurva-kurva |H(ω)| versus ω/ωn mendekati simetris terhadap garis vertikal melalui
ω/ωn = 1 dalam daerah sekitarnya.
Lambang Q dikenal sebagai FAKTOR KUALITAS karena dalam banyak aplikasi
rekayasa kelistrikan, seperti tuning circuit radio, yang mengharapkan amplitudo resonansi
yang besar, lambangnya seringkali ditunjukkan dengan Q.

Titik-titik P1 dan P2, dimana amplitudo dari |H(ω)| terletak pada Q/√ 2, disebut TITIK-
TITIK SETENGAH DAYA (half power points) karena daya yang diserap oleh resistor
dalam sirkuit listrik atau oleh peredam dalam sistem mekanis yang merespon secara
harmonik pada frekuensi yang diberikan proporsional dengan akar pangkat dua dari
amplitudo.

August 15 M. Rines Alapan 15


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Peningkatan frekuensi yang terkait dengan half power point P1 dan P2 ditunjukkan
sebagai BANDWIDTH sistem.

Untuk redaman ringan, tidaklah sulit untuk menunjukkan bahwa bandwidth memiliki nilai

∆ω = ω2 − ω1 ≅ 2ζωn

Sehingga, dengan membandingkan kedua persamaan terakhir, dapat disimpulkan bahwa

1 ωn
Q≅ ≅
2ζ ω2 − ω1

yang dapat digunakan sebagai cara singkat mengestimasi Q atau ζ.

August 15 M. Rines Alapan 16


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Selanjutnya, tinjau kembali sudut fase (phase angle).

Jika kita setting kembali eiφ = cos φ + i sin φ, kita dapat menggunakan ekspresi:
1
H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
1
H (ω ) =
{[1− (ω / ω ) ] + [2ζω / ω ] }
n
2 2
n
2
1/ 2

dan menunjukkan bahwa H (ω ) = H (ω ) e −iφ


1 iφ H (ω ) 1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
H (ω ) = H (ω ) iφ e = =
e
n {
H (ω ) [1 − (ω / ω ) 2 ]2 + [2ζω / ω ]2
n }1/ 2

1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
cosφ + i sin φ =
{[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ [2ζω / ωn ]2 }
1/ 2

sin φ 2ζω / ωn
Dengan demikian tan φ = =
cos φ 1 − (ω / ωn ) 2
dan 2ζω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
August 15 M. Rines Alapan 17
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Penyelesaian  Aeiωt 
x(t ) = Re 
1 − (ω / ω n ) 2
+ i 2ζω / ω n

karena itu dapat dituliskan menjadi

x(t ) = Re[ A H (ω ) eiωt ] = Re[ A | H (ω ) | ei (ωt −φ ) ]

yang dari sini dapat disimpulkan bahwa φ merupakan sudut fase, yakni, sudut diantara
eksitasi dan respon.

Gambar 2.4 menunjukkan plot φ versus ω/ωn untuk nilai-nilai ζ yang dipilih.

Dari gambar tampak bahwa semua kurva melewati titik φ = π/2, ω/ωn = 1.
Untuk ω/ωn < 1, sudut fase cenderung menuju ke nol, sedangkan untuk ω/ωn > 0
cenderung menuju ke π.

August 15 M. Rines Alapan 18


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Untuk ζ = 0, plot φ versus ω/ωn memiliki diskontinuitas pada ω/ωn = 1, melompat dari
φ = 0 untuk ω/ωn < 1 hingga φ = π untuk ω/ωn > 1.
Hal ini dapat dijelaskan dengan mudah karena untuk ζ = 0, penyelesaian dari persamaan
terakhir di atas mereduksi menjadi

 1 iωt 
x(t ) = Re  Ae 
1 − (ω / ωn )
2

sedemikian sehingga respon sepase (in-phase) untuk ω/ωn < 1 dan 180o diluar fase (out
of phase) untuk ω/ωn > 1.
Persamaan di atas juga secara jelas menunjukkan bahwa respon dari osilator harmonik
meningkat tanpa batas selama frekuensi eksitasi ω mendekati frekuensi natural ωn.

August 15 M. Rines Alapan 19


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Terakhir, kita tinjau kasus osilator harmonik dalam kondisi resonansi.

Dalam kasus ini, persamaan diferensial gerakan


k
&x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x = f (t ) = ωn2 A cos ωt
m
mereduksi menjadi
&x&(t ) + ωn2 x(t ) = ωn2 A cos ωn t

Perhatikanlah bahwa, karena term kecepatan adalah nol, maka bentuk vektor kompleks
tidak diperlukan untuk eksitasi dan respon.

Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa dengan mensubstitusikan solusi khusus


(partikelir) ke dalam persamaan terakhir di atas:
A
x(t ) = ωn t sin ωn t
2
yang menunjukkan respon osilator dengan peningkatan amplitudo secara linier terhadap
waktu.
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa respon mengalami fluktuasi liar saat t
membesar.
August 15 M. Rines Alapan 20
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Namun, secara fisik, respon tidak dapat berkembang secara tidak berhingga, selama
pada waktu yang nyata asumsi gerakan kecil implisit dalam sistem linier berbahaya
(violet).
Karena eksitasi adalah sebuah fungsi cosinus dan reaspon dalamfungsi sinus,maka
terdapat 90o sudut fase diantara mereka, seperti yang dapat juga dibuktikan dari gambar
2.4.
Respon x(t), seperti yang diberikan oleh persamaan terakhir di atas, di plot dalam
Gambar 2.5 sebagai sebuah fungsi waktu.
k
Penyelesaian lengkap persamaan &x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x =
f (t ) = ωn2 A cos ωt
m
diperoleh dengan menambahkan solusi homogen, x = A e − ζ ω n t cos (ω d t − φ )

ke penyelesaian khusus x(t ) = Re[ A H (ω ) eiωt ] = Re[ A | H (ω ) | ei (ωt −φ ) ]

Untuk mencegah kebingunan,kita akan mengubah notasi amplitudo pada persamaan


pertama A menjadi C dan sudut fasa φ menjadi ψ. Lebih jauh lagi, kita akan
mengasumsikan tanpa rugi-rugi generalitas bahwa A dalam persamaan kedua merupakan
kuantitas real, sehingga solusi lengkap menjadi

x(t ) = A H (ω ) cos(ωt − φ ) + Ce−ζωnt cos(ωd t −ψ )

August 15 M. Rines Alapan 21


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

x(t ) = A H (ω ) cos(ωt − φ ) + Ce−ζωnt cos(ωd t −ψ )


Jelas tampak bahwa term pertama pada ruas kanan dari persamaan di atas menunjukkan
solusi steady state, sedangkan term kedua menunjukkan solusi transien.

August 15 M. Rines Alapan 22


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Contoh Kasus (Perputaran Massa-massa Tak Imbang) :


Sebagai ilustrasi untuk sistem yang menerima eksitasi
m/2 m/2
harmonik, tinjau kasus seperti yang ditunjukkan dalam
l l x
gambar di samping ini, dimana terdapat dua massa ωt ωt
eksentrik m/2 yang berputar dalam arah-arah yang
berlawanan dengan kecepatan sudut ω yang konstan. M–m

Pembahasan:
k/2 c k/2
Dengan adanya dua massa yang sama besar dan
berputar dengan arah yang berlawanan, maka
komponen-komponen horizontal gaya eksitasi dari kedua
massa saling menghilangkan.
Tetapi, komponen-komponen vertikal eksitasi bertambah.
Simpangan vertikal dari massa-massa eksentrik adalah x + l sin ωt, dimana x diukur
dari posisi kesetimbangan.

Untuk ini, persamaan diferensial sistem adalah

d 2x d2 dx
( M − m) 2 + m 2 ( x + l sin ωt ) + c + kx = 0
dt dt dt
August 15 M. Rines Alapan 23
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Persamaan di atas dapat dituliskan menjadi

M&x&(t ) + c x& (t ) + k x(t ) = mlω 2 sin ωt


c k mlω 2
atau &x&(t ) + x& (t ) + x(t ) = sin ωt
M M M
mlω 2
atau &x&(t ) + 2ζωn x& (t ) + ωn x(t ) =
2
sin ωt
M
k
Mengingat bentuk persamaan dasar: &x& + 2 ζ ωn x& + ωn x = f (t ) = ωn2 f (t )
2
M
mlω 2
maka untuk ini ωn2 f (t ) = ωn2 Im[ f (t )] = ωn2 A sin ωt = sin ωt
M
2
k mlω 2
ml  ω 
dimana ωn =
2
dan ωn2 A = atau A=  
M M M  ωn 

Karena eksitasi merupakan bagian imajiner dari f(t), maka respon sistem dapat dituliskan
sebagai
x(t ) = Im[ A H (ω ) ei (ωt −φ ) ]
August 15 M. Rines Alapan 24
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

m ω 
2 
i (ωt −φ )
x(t ) = Im l   | H (ω ) | e 
 M  ωn  
2
m ω 
= l   | H (ω ) | sin(ωt − φ )
M  ωn 

dengan sudut fase, sama seperti yang dirumuskan sebelumnya:

2ζω / ωn
φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2

Dengan menuliskan respon dalam bentuk x(t ) = X sin(ωt − φ )


dapat disimpulkan bahwa

2
ml  ω 
X=   | H (ω ) |
M  ωn 

August 15 M. Rines Alapan 25


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Dengan demikian, dalam kasus khusus ini, RASIO NON-DIMENSIONAL lebih cocok
dituliskan sebagai
2
XM  ω 
=   | H (ω ) |
ml  ωn 

dengan tidak membiarkan |H(ω)| sendirian.

Grafik hubungan (ω/ωn)2 |H(ω)| dengan ω/ωn untuk beberapa nilai ζ ditunjukkan dalam
Gambar 2.7. Sedangan grafik hubungan antara φ dan ω/ωn sama seperti sebelumnya
(Gambar 2.4).

Perhatikanlah bahwa:

untuk ω 0, (ω/ωn)2 |H(ω)| 0, sedangkan

untuk ω ∞, (ω/ωn)2 |H(ω)| 1.

2ζω / ωn
Pada saat yang sama, berdasarkan hubungan φ = tan −1
1 − (ω / ωn ) 2
dapat disimpulkan bahwa bila ω ∞, maka φ π

August 15 M. Rines Alapan 26


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Oleh karena massaM–m mengalami simpangan Im x, sedangkan massa m mengalami


simpangan Im(x + l eiωt), maka dapat dikatakan bahwa untuk frekuensi pemicu ω yang
besar, massa M–m dan massa m bergerak sedemikian rupa sehingga pusat massa
sistem cenderung tetap stasioner.
Hal ini benar tanpa terpengaruh oleh besarnya redaman.

Perhatikanlah bahwa Im x = – X sin ωt untuk ω yang besar.

August 15 M. Rines Alapan 27


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Contoh Kasus 2 (Gerakan Harmonik Penopang) :


Ilustrasi lainnya untuk sistem yang menerima eksitasi
harmonik, ialah penopang (support) yang menerima x(t)
gerakan harmonik, seperti yang ditunjukkan dalam m
gambar di samping ini.

Pembahasan:
k/2 c k/2
Persamaan diferensial gerakan dari sistem ini dapat
y(t)
dituliskan sebagai

m&x& + c ( x& − y& ) + k ( x − y) = 0 (a)

c k c k
atau m&x& + cx& + kx& = cy& + ky atau &x& + x& + x& = y& + y
m m m m
atau &x& + 2ζωn x& + ωn2 x& = 2ζωn y& + ωn2 y (b)

Misalkan simpangan harmonik penopang merupakan bagian real dari y (t ) = Aeiωt


Untuk ini y& (t ) = iωAeiωt
August 15 M. Rines Alapan 28
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Sehingga persamaan diferensial gerakan sistem dapat dituliskan menjadi

&x& + 2ζωn x& + ωn2 x = 2ζωn (iωAeiωt ) + ωn2 ( Aeiωt )


atau &x& + 2ζωn x& + ωn2 x = (i 2ζωnω + ωn2 ) Aeiωt

atau &x& + 2ζωn x& + ωn2 x = (i 2ζω / ωn + 1)ωn2 Aeiωt

maka respon sistem dapat dituliskan sebagai

 1 + i 2ζω / ωn iωt 
x(t ) = Re Ae 
1 − (ω / ωn ) + i 2ζω / ωn
2

Mengingat x(t ) = Re[ A H (ω ) eiωt ]

1 + i 2ζω / ωn
maka H (ω ) =
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn

August 15 M. Rines Alapan 29


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Respon dapat dituliskan dalam bentuk

x(t ) = X cos(ωt − φ1 )
1/ 2
 1 + (2ζω / ωn ) 2 
dimana X = A 2
[1 − (ω / ω n ) 2 2
] + ( 2ζω / ω n ) 

1/ 2
  2ζω  2 
= A1 +    H (ω )
  ωn  

1
dengan H (ω ) =
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2

August 15 M. Rines Alapan 30


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Mengingat H (ω ) = H (ω ) e −iφ
1

H (ω )
[[1 − (ω / ω ) ] n
2 2
+ (2ζω / ωn ) ]
2 1/ 2

maka eiφ1 = cosφ1 + i sin φ1 = =


H (ω ) 1 + i 2ζω / ωn
1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn

1 − (ω / ωn ) 2 + i 2ζω / ωn
=
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2
(1 + i 2ζω / ωn )

=
{ }
1 − (ω / ωn ) 2 + i 1 − [1 − (ω / ωn ) 2 ] (2ζω / ωn ) + (2ζω / ωn ) 2
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ω ) ]
n
2 1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]

1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2 + i [2ζ (ω / ωn )3 ]
=
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) ]
2 1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]
August 15 M. Rines Alapan 31
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2 + i [2ζ (ω / ωn )3 ]
cosφ1 + i sin φ1 =
[[1 − (ω / ω ) ]
n
2 2
+ (2ζω / ωn ) 2 ]
1/ 2
[1 + (2ζω / ωn ) 2 ]

sin φ1 2ζ (ω / ωn )3
tan φ1 = =
cosφ1 1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2

Dengan demikian diperoleh sudut fase

−1 2ζ (ω / ωn )3
φ1 = tan
1 − (ω / ωn ) 2 + (2ζω / ωn ) 2

Untuk kasus ini, rasio non-dimensional yang ditunjukkan adalah


1/ 2
X   2ζω  
2

= 1 +    H (ω )
A   ωn  
 
yang disebut sebagai TRANSMISIBILITAS (transmissibility)

August 15 M. Rines Alapan 32


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

Kurva-kurva X/A versus ω/ωn untuk berbagai nilai ζ ditunjukkan dalam Gambar 2.9.

Lebih jauh lagi, kurva φ1 versus ω/ωn untuk berbagai nilai ζ ditunjukkan dalam gambar
2.10.
ζ = 0, respon se fase (in phase) dengan eksitasi untuk ω/ωn < 1 atau
Sekali lagi untuk
sepenuhnya di luar fase (out of phase) dengan eksitasi untuk ω/ωn > 1.

August 15 M. Rines Alapan 33


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta

REPRESENTASI VEKTOR KOMPLEKS


GERAKAN HARMONIK
Representasi dengan memakai vektor-vektor kompleks untuk eksitasi dan respon
harmonik dari sebuah sistem terredam dapat diberikan sebuah interpretasi geometrik
dengan menggunakan sebuah diagram dalam bidang kompleks.

Dengan mendiferensilkan terhadap waktu persamaan x(t ) = A | H (ω ) | ei (ωt −φ )


diperoleh

x& (t ) = iω A | H (ω ) | ei (ωt −φ ) = iω x(t )

&x&(t ) = (iω ) 2 A | H (ω ) | ei (ωt −φ ) = −ω 2 x(t )

= cos π/2+ i sin π/2 = eiπ /2, dapat disimpulkan bahwa


Karena i dapat ditulis sebagai i
kecepatan mendahului simpangan dengan sudut fase π/2 dan bahwa itu dimultiplikasikan
oleh faktor ω.

Selanjutnya, karena – i dapat diekspresikan sebagai – i = cos π + i sin π = eiπ, dapat


disimpulkan bahwa percepatan mendahului simpangan dengan sudut fase π dan bahwa
itu dimultiplikasikan oleh faktor ω2.
August 15 M. Rines Alapan 34
Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Berdasarkan hal di atas, maka persamaan &x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x = ωn2 Aeiωt
dapat direpresentasikan dalam bidang kompleks seperti yang ditunjukkan seperti dalam
gambar berikut.

2ξωn x& (t )
Im
ωn2 Aeiωt

Ftr / m φ
ωn2 x(t ) ωt
Re

ω
&x&(t )

Tidak ada rugi-rugi generalitas (generality loss) terkait dengan amplitudo A sebagai
sebuah bilangan real, yang merupakan asumsi yang digunakan dalam gambar di atas.

August 15 M. Rines Alapan 35


Bahan Ajar: Getaran Mekanis Teknik Mesin FST USD Yogyakarta
Interpretasi gambar di atas ialah bahwa hasil penjumlahan vektor kompleks

&x& + 2 ζ ωn x& + ωn2 x


tepat sama dengan ωn2 Aeiω. t

Perhatikanlah bahwa keseluruhan diagram berputar dalam bidang kompleks dengan


kecepatan sudut ω.

Jelaslah bahwa dengan hanya meninjau bagian real dari respon merupakan ekivalensi
dari proyeksi diagram pada sumbu real.

Kita dapat dengan mudah mempertahankan proyeksi-proyeksi pada sumbu imajiner, atau
sembarang sumbu lainnya, tanpa mempengaruhi sifat alamiah dari respon;
mempertahankan bagian real memberikan hasil yang lebih sangat baik.

Mengingat hal ini, jelas juga bahwa asumsi dimana A adalah real adalah immaterial.
Dengan memilih A sebagai sebuah kuantitas kompleks, atau dengan mejinjau proyeksi-
proyeksi pada sebuah aksis bukan sumbu real, akan agaknya memberikan tambahan
sebuah sudut fase ψ ke semua vektor-vektor dalam gambar di atas, tanpa mengubah
posisi relatif mereka. Hal ini ekivalen dengan multiplikasi kedua sisi persamaan gerakan
dengan faktor konstanta eiψ.

August 15 M. Rines Alapan 36

Anda mungkin juga menyukai