Anda di halaman 1dari 10

ANTROPOLOGI INTERPRETATIF CLIFFORD GEERTZ:

STUDI KASUS KEAGAMAAN MASYARAKAT BALI DAN MAROKO

Nurus Syarifah
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
nurussyarifah29@gmail.com

Abstract: This paper discusses Clifford Geertz's thoughts on religion as a cultural system.
Geertz is an American cultural anthropologist. According to Geertz, religion and culture are
an inseparable unit. Through an interpretative-anthropological approach, Geertz wants to see
all religions directly through the eyes of their adherents. This approach is separated from
functionalism and reductionism and is more towards an appreciation of the peculiarities of
the human dimensions of religion, as well as the ideas, attitudes and goals that arise from
these religions. An interpretive anthropological approach is applied by Geertz through a case
study in Bali and also a comparison between Indonesia and Morocco. In Bali, Geertz
classifies the Balinese religion into traditional religion because this religion contains
polytheism, local people's mythology and almost no rational nuances in their theology even
though they call it Hinduism. Meanwhile, from the Indonesia-Morocco comparison, Geertz
found three differences regarding religious activities, namely the first classical Islamic
model. Second, the challenge of the scripturalists. Third, outlook on life and ethos.

Keywords: Clifford Geertz, Interpretative Anthropology, religion, culture

Abstrak: Tulisan ini membahas pemikiran Clifford Geertz tentang agama sebagai sebuah
sistem kebudayaan. Geertz merupakan seorang antropolog budaya dari Amerika. Menurut
Geertz, agama dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Melalui pendekatan antropologi-interpretatif, Geertz ingin melihat semua agama langsung
melalui kacamata pemeluknya. Pendekatan ini terpisah dari fungsionalisme dan
reduksionisme dan lebih menuju pada sebuah apresiasi terhadap kekhasan dimensi-dimensi
kemanusiaan dalam beragama, serta ide, sikap dan tujuan yang timbul dari agama tersebut.
Pendekatan antropologi interpretatif diaplikasikan oleh Geertz melalui studi kasus di Bali
dan juga komparasi antara Indonesia dan Maroko. Di Bali, Geertz menggolongkan agama
masyarakat Bali masuk pada agama tradisional karena agama ini bermuatan politeisme,
mitologi masyarakat setempat dan hampir tidak ada nuansa rasional dalam teologi mereka
walaupun mereka menamainya dengan agama Hindu. Sedangkan dari komparasi Indonesia-
Maroko, Geertz menemukan tiga perbedaan mengenai aktivitas keagamaan, yaitu pertama
model Islam klasik. Kedua, tantangan para skriptualis. Ketiga, pandangan hidup dan etos.

Kata Kunci: Clifford Geertz, Antropologi Interpretatif, agama, budaya

PENDAHULUAN seluruhnya didasarkan pada agama. Meski tidak


Agama dan budaya merupakan satu dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seperti saling mempengaruhi. Agama mempengaruhi
halnya kebudayaan, agama sangat menekankan sistem kepercayaan serta praktik-praktik
makna dan signifikasi sebuah tindakan. kehidupan. Sebaliknya, kebudayaan juga dapat
Meskipun tidak ada kebudayaan yang mempengaruhi agama, khususnya dalam hal
65
bagaimana agama di interprestasikan atau aplikasi teori antropologi interpretatif yang ia
bagaimana ritual-ritualnya harus dipraktikkan. gunakan.
Agama menjadi salah satu ketertarikan
dari sekian banyak analisa kebudayaan, salah METODE PENELITIAN
satunya Clifford Geertz, seorang antropolog Penelitian ini merupakan penelitian
budaya dari Amerika. Sebagaimana Evans- kepustakaan (library research) dengan
Pritchard yang dianggap sebagai figur utama menggunakan metode deskriptif analitis sebagai
dalam antropologi Inggris, Clifford Geertz juga pendekatannya. Penelitian ini akan dijabarkan
dianggap sebagai figur dalam bidang ke dalam beberapa pembahasan. Peneliti terlebih
antropologi dan ilmu-ilmu sosial di kalangan dahulu akan mengumpulkan sumber-sumber
ilmuwan Amerika. Fokus utama perhatiannya yang relevan dengan pembahasan baik dari
adalah bagaimana mengupayakan kembali buku, jurnal, artikel, majalah dan sumber lainnya
telaah ulang terhadap hal-hal mendasar dalam yang dapat mendukung data peneliti. Semua data
bidang antropologi dan ilmu sosial. Telaah ulang yang telah terkumpul akan disaring oleh peneliti
tersebut sudah barang tentu berkaitan dengan dengan baik. Sehingga penelitian ini akan
pemahaman keagamaan (Pals, 2006, p. 260). memberikan hasil yang komprehensif baik dari
Geertz dengan menggunakan beberapa sisi substansial maupun esensial (Moehnilabib &
argumen menyatakan bahwa aktivitas dkk., 1997).
kebudayaan manusia merupakan suatu yang
istimewa. Hal ini dikarenakan manusia hidup PEMBAHASAN
dalam suatu sistem makna yang kompleks yang Sekilas tentang Clifford Geertz
dinamakan dengan “kebudayaan”. Untuk Clifford Geertz dilahirkan di San
memahami suatu kebudayaan –dan salah satu Fransisco, California pada tahun 1926 dan
elemen terpenting di dalamnya adalah agama- meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 2006.
maka metode yang tepat yaitu menggunakan Perjalanan pendidikannya ia tempuh di Antioch
“interpretasi”. Geertz menerapkan pendekatan College, Ohio bidang filsafat tahun 1950,
tersebut dalam masalah keagamaan. Tak bisa kemudian melanjutkan studi bidang antropologi
dipungkiri, bahwa pendekatan interpretatif – Universitas Harvard. Pada tahun kedua di
yang melihat semua agama langsung melalui Harvard, ia bersama istrinya berangkat ke pulau
kacamata pemeluknya-, adalah kelanjutan dari Jawa dan menetap di sana selama dua tahun
rintisan yang dilakukan oleh Eliade dan Evans- untuk mempelajari masyarakat yang terdiri dari
Pritchard. Pendekatan ini terpisah dari berbagai suku bangsa dan agama. Penelitian
fungsionalisme dan reduksionisme dan lebih inilah yang selanjutnya menghantarkan Geertz
menuju pada sebuah apresiasi terhadap kekhasan hingga berhasil menyandang gelar doktor bidang
dimensi-dimensi kemanusiaan dalam beragama antropologi dari Department of Social Relation
serta ide, sikap dan tujuan yang timbul dari tahun 1956. Keberhasilan Clifford Geertz yang
agama tersebut (Pals, 2006, p. 260). mendorongnya melakukan penelitian di
Kerangka berpikir Geertz yang Indonesia yang kedua kalinya (Bali) (Pals, 2006,
menelurkan beberapa argumen terkait agama p. 261) (Geertz, 1981).
dan kebudayaan juga menjadi topik yang banyak Setelah menyelesaiakan kerja
mendapatkan atensi para antropolog dan lapangannya di Bali tahun 1958, beliau diangkat
sosiolog. Pendekatan interpretatif yang sebagai staf pengajar Universitas California di
dilakukan oleh Geertz memberikan deskripsi Berkeley. Kemudian selanjutnya pindah ke
lebih dalam tentang kepercayaan dan aktivitas University of Chicago selama 10 tahun (1960-
dalam suatu agama melalui perspektif para 1970). Pada tahun 1970 M, ia mengabdikan diri
pemeluknya. Tulisan ini akan memberikan sebagai Profesor Antropologi di Institut for
sedikit gambaran mengenai Clifford Geertz dan Advanced Study di Princeton sampai pada akhir
66
hayatnya. Karya-karyanya meliputi kajian and Princes, The Social History of an
antropologi budaya, agama dan teori sosial, Indonesian Town. Sebelumnya pada tahun 1960,
pembangunan pertanian, serta keanekaragaman Geertz mempublikasikan buku The Religion of
etnis dan implikasinya pada dunia modern. Di Java. Setelah menyelesaikan riset di Indonesia,
antara publikasi karyanya yang menonjol adalah Geertz memperdalam basis riset lapangannya
The Religion of Java (1960), Agricultural dengan melakukan studi lanjutan terhadap
Involution (1963), Islam Observed (1968), The kebudayaan Islam Maroko di Afrika Utara. Hal
Interpretation of Cultures (1973), Works and ini serupa dengan yang dilakukan Evan
Lives (1980), dan Local Knowledge (1983) Pritchard. Mulai tahun 1960-an, ia melakukan
(Geertz, 1981, p. xviii) (Geertz, 1986). Clifford lima kali kunjungan ke daerah yang
Geertz mendasarkan karya-karyanya pada memungkinkannya mengamati satu masyarakat
pengalaman dan hasil penelitian lapangannya di beragama Islam untuk kedua kalinya di belahan
Indonesia dan Maroko selama hampir setengah dunia yang berbeda dengan Asia Tenggara.
abad. Bergabung dalam M.I.T. Indonesia Hasil riset ini, ia tulis dalam buku Islam
Project, Clifford Geertz mengawali penelitian Observed. Beberapa tahun kemudian, Geertz
lapangannya secara intensif di Jawa dari tahun melanjutkan penelitian mengenai masyarakat
1952 sampai dengan 1954. Selanjutnya selama Maroko dan menghasilkan buku Meaning and
beberapa dekade berikutnya Clifford Geertz order in Marocean (Pals, 2006, p. 262).
bolak-balik ke Jawa dan Bali melakukan Dalam terobosan diskusi-diskusi yang
penelitian lapangannya. Untuk karya-karyanya dilakukan, Geertz membangun analisis-analisis
mengenai Indonesia, khususnya Jawa dan Bali, berdasarkan ketidaksetujuannya tentang ilmu
yang mencerahkan ini, beliau menerima sosial kuno. Ia mengajukan argumen tentang
penghargaan dari pemerintah Indonesia pada konsep barunya, yaitu antropologi-interpretatif.
tahun 2002 (Tago & Shonhaji, 2013). Khusus di Amerika, tulisan teoritis Geertz tidak
Geertz kembali memilih Bali yang hanya dibaca oleh kalangan antropolog, tapi juga
merupakan bagian dari Indonesia sebagai lokasi ilmuwan bidang lain bahkan pembaca umum.
riset yang ia lakukan. Berbeda dengan pulau Hampir semua tulisan Geertz berpengaruh luas,
Jawa yang penduduknya mayoritas beragama terutama tulisan yang berjudul The
Islam, Bali memiliki berbagai kepercayaan dan Interpretation of Cultures dan Local Knowledge.
ritual yang diderivasikan dari agama Hindu. Pendekatan Geertz terhadap agama
Misi utama Geertz sebagai seorang antropolog dititikberatkan pada dua dimensi pemikirannya
di Jawa dan Bali adalah etnografi, yaitu yaitu aspek etnografi dan aspek teoritis (Pals,
memberikan deskripsi rinci dan sistematis dari 2006, p. 263).
masyarakat Timur dan mengungkapkan
bagaimana keragaman aspek-aspek kehidupan Antropologi dan Teori Sosial
masyarakatnya bisa melebur menjadi sebuah Sekitar awal abad ke-20, sebuah model
kebudayaan yang utuh. Awalnya, Geertz penelitian bidang antropologi diciptakan oleh
memang berpandangan bahwa suatu agama akan tokoh ilmuwan imigran dari Jerman bernama
tergambar oleh kondisi masyarakat pemeluknya, Franz Boas dan Alfred Lois Kroebor di Amerika
sebagaimana yang diyakini oleh penganut (Bohannan & Glazer, 1988, pp. 81-142). Seperti
fungsionalisme. Namun kenyataannya, halnya Evan-Pritchard yang berpandangan sama
masyarakat pun akan ditunjukkan oleh agama dengan Bronislaw Malinowski bahwa suatu teori
yang mereka anut (Pals, 2006, pp. 260-261). general harus didasarkan pada studi etnografi
Berawal dari riset dan studinya tentang yang benar-benar ketat dan khusus yang
agama masyarakat Jawa, Geertz menghasilkan memusatkan perhatian pada satu budaya dan
beberapa buku dengan tema-tema yang berbeda, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
di antaranya Agricultural Revolution, Peddelrs menuntaskannya. Boas, Kroebar dan Lowie juga
67
menekankan bahwa “kebudayaan” sebagai kata Amerika, orang akan cenderung menyatakan
kunci untuk studi antropologi. Mereka bahwa kebiasaan seseorang adalah cerminan
berpendapat bahwa dalam studi lapangan yang kebudayaan, sebab kebudayaan sendiri adalah
akan diselidiki bukan hanya masyarakat semata. sumber tempat seorang individu mengambil
Akan tetapi, harus mempelajari suatu sistem pelajaran bagaimana harus bertindak dalam
yang lebih luas dari ide, adat istiadat, perilaku, hidupnya (Geertz, After the Revolution: The of
simbol dan institusi dalam suatu masyarakat. Nationalism in the New States, 1973, pp. 249-
Sedangkan masyarakat hanya satu bagian dari 250) (Geertz, 1974).
sekian banyak sistem yang ada. Orang Amerika
cenderung memaknai kata “masyarakat” sebagai Pengaruh Parson dan Weber terhadap
istilah yang terlalu berat bila hanya diartikan Clifford Geertz
komponen-komponen material dan struktur satu Ide-ide Geertz tentang agama dan
komunitas manusia. Istilah yang cocok untuk kebudayaan berkembang di bawah dua pengaruh
konsep komprehensif dalam masyarakat yaitu yaitu tradisi antropologi Amerika yang kuat dan
kata “kebudayaan”. Dalam beberapa segi, orang independen serta perspektifnya tentang ilmu
Eropa terlihat memandang hampir sama makna sosial yang didapatkan dari Harvard yang
masyarakat dan antropologi sosial dengan apa dipengaruhi langsung oleh Talcot Parson. Selain
yang disebut orang Amerika dengan kebudayaan itu, Parson sangat dipengaruhi oleh Max Weber
dan antropologi kebudayaan (Bohannan & yang pada awal abad 20 mempublikasikan
Glazer, 1988, pp. 174-183). beberapa studi orisinil dan bermutu tinggi
Geertz sangat mendukung nuansa tentang hubungan agama dan masyarakat.
Amerika dalam setiap studi-studi yang Parson telah menerjemahkan buku Weber dan
berlingkup kecil. Hal ini bisa dilihat dari memperkenalkan ide-ide kuncinya, sebelum
perkataannya bahwa objek penyelidikan Weber dikenal luas oleh ilmuwan Amerika.
antropologi adalah budaya, bukan masyarakat. Weber adalah seorang ilmuwan yang
Geertz juga sangat yakin bahwa antropologi menghubungkan fakta spesifik agar berbagai
sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya, konsep dan teori abstrak dapat ditemukan dan
harus didasarkan pada etnografi terlebih dahulu. dipahami. Dalam hal ini ia menghubungkan
Fokus utamanya harus ditujukan pada satu ekonomi kapitalis dengan Protestanisme dalam
tempat dan satu masyarakat. Ia percaya bahwa tulisannya. Memang terlihat sebagai sebuah
pintu gerbang memasuki kehidupan masyarakat kebetulan, bahwa seluruh konsep-konsep Weber
lain akan terbuka lebar apabila struktur sosial dalam bentuk terjemahan yang dikembangkan
seperti keluarga, pola kekeluargaan dan klan, Parson di Amerika juga ditemukan dalam
ataupun sistem hukum telah diamati dan pendekatan interpretatif Geertz terhadap
dipahami. Penyelidikan terhadap apa yang ada di kebudayaan. Di dalam esai teoritis dan tulisan
balik semua ini mutlak dilakukan karena etnografinya hampir tidak ditemukan ilmuwan
kesalingterkaitan ide, motivasi dan aktivitas- selain Weber yang lebih sering dirujuk dan lebih
aktivitas secara keseluruhan dalam masyarakat mewarnai setiap tulisannya (Pals, 2006, pp. 264-
itulah yang disebut dengan kebudayaan. Geertz 265).
lebih tertarik dengan pendekatan sosiologi Di samping sebagai salah satu saluran
Perancis dengan alasan kalau Benedict ide-ide Weber, Parson juga membekali Geertz
berpendapat bahwa kebudayaan adalah sikap dengan hal lain, yaitu jalan pemecahan masalah
sekelompok orang “kepribadian” komunal yang kebudayaan yang dirintis oleh antropolog lain
berasal dari berbagai kesadaran pemikiran dan seperti Ruth Benedict. Jika ide Benedict tentang
pemahaman individu, maka tidak ada satu pun kebudayaan sebagai sebuah kelompok pribadi
hal objektif dalam masyarakat yang akan sangat membingungkan dan terlalu subjektif
ditelaah oleh ilmuwan. Dalam pandangan untuk keperluan ilmiah, maka konsep yang
68
ditawarkan Parson merupakan sesuatu yang merupakan proses perkiraan terhadap makna,
objektif, sekumpulan symbol-simbol –benda, memetakan pemikiran dan kemudian
bangunan, peristiwa, kata-kata- yang eksis di melukiskan kesimpulan penjelasannya.
luar pemikiran seorang individu. Bagi Parson, Antropologi interpretatif memfokuskan
sebuah kebudayaan bukan hanya sekedar emosi- perhatiannya pada miniatur etnografi, subjek
emosi yang eksklusif dan kesan-kesan sesaat dalam skala kecil seperti klan, suku atau desa
dalam pikiran individu. Kebudayaan adalah yang sistem budayanya bisa dilukiskan dalam
sesuatu yang riil dan permanen. Bentuk konkrit detail-detail karakter yang terperinci dan
simbol ini disadari sepenuhnya oleh segenap mengamati perbedaan fakta yang terjadi (Geertz,
lapisan masyarakat, Sebagaimana akan terlihat, Thick Description: Toward an Interpretative
Geertz dengan terang-terangan meyakini ide Theory of Culture, 1973, p. 20).
tentang sebuah kebudayaan sebagai sebuah Jika antropologi interpretatif merupakan
sistem simbol-simbol yang objektif. Pendekatan cara untuk melihat sistem makna dan nilai yang
Geertz ini, disebut “antropologi simbolis” oleh dipakai masyarakat dalam menjalani
para ilmuwan (Pals, 2006, p. 265). kehidupannya, maka cukup beralasan bila
antropologi interpretatif ini ketika menelaah
Antropologi Interpretatif Clifford Geertz kebudayaan manapun akan selalu tertarik
Pada pengantar tulisan yang kepada masalah agama. Dalam bukunya, The
dipublikasikan sebelum The Interpretation of Religion of Java, Geertz melihat agama sebagai
Cultures, yaitu Thick Description: Toward an fakta kultural sebagaimana dalam kebudayaan
Interpretative Theory of Culture, Geertz Jawa, bukan hanya sekedar ekspresi kebutuhan
mengingatkan bahwa kata kebudayaan dipahami sosial atau ekonomis. Melalui simbol, ide dan
oleh para antropolog sebelumnya dengan arti adat istiadat, Geertz menemukan pengaruh
berbeda, dan kunci untuk memahaminya adalah agama berada di setiap celah dan sudut
ide tentang makna. Manusia, lanjut Geertz kehidupan masyarakat Jawa. Dalam esainya,
dengan mengutip Weber, adalah “hewan yang Religion as a Cultural System, Geertz
terkurung dalam jaring-jaring makna yang menjelaskan maksud kebudayaan sebagai
mereka pintal sendiri”. Oleh karena itu, tidak ada “sebuah pola makna-makna atau ide-ide yang
pilihan lain kecuali menggunakan metode yang termuat dalam simbol-simbol yang dengannya
dinamakan filosof Inggris Gilbert Ryle dengan masyarakat menjalani pengetahuan mereka
thick description (melukiskan tidak saja apa tentang kehidupan dan mengekspresikan
yang secara aktual terjadi, tetapi bagaimana kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu”
pemahaman seseorang tentang kejadian (Pals, 2006, pp. 269-270).
tersebut). Menurut Geertz, etnografi dan Menurut Geertz, agama adalah:
antropologi secara umum selalu melibatkan “(1) a system of symbols which acts to (2)
“lukisan mendalam” yang tugas utamanya establish powerful, pervasive, and long-
adalah mencari makna, menemukan apa yang lasting moods and motivations in men by
ada di balik seluruh kehidupan dan pemikiran (3) formulating conceptions of a general
ritual, struktur dan kepercayaan mereka (Geertz, order of existence and (4) clothing these
Thick Description: Toward an Interpretative conceptions with such an aura of factuality
Theory of Culture, 1973, pp. 5-12). that (5) the moods and motivations seem
Suatu kebudayaan bukan hanya sekedar uniquely realistic” (Geertz, Religion As a
makna saja, tetapi adat istiadat atau perilaku Cultural System, 1973, p. 90).
masyarakat juga harus diamati, sehingga Geertz dalam kesimpulan bukunya
deskripsi tentang satu kebudayaan bisa saja tidak menjelaskan bahwa studi apapun tentang agama
konsisten sepenuhnya. Analisa kebudayaan bagi akan berhasil jika melalui dua langkah:
antropologi interpretatif serta teoritikus seseorang harus mulai dengan menganalisa
69
seperangkat makna yang terdapat dalam simbol- kontak dengan dunia luar. Pengaruh inilah yang
simbol keagamaan itu sendiri. Kemudian, menyebabkan ketegangan sosial sehingga bagi
simbol-simbol ini sangat terkait dengan struktur masyarakat Bali modern tampaknya zaman
masyarakat dan aspek psikologi anggota agama magis akan berakhir dan bertranformasi
masyarakat, maka rangkaian simbol ini harus menuju sosok agama rasional. Perubahan
ditelusuri secara kontinyu, baik cara terciptanya, ataupun pergeseran ini dikisahkannya sebagai
proses penerimaan dan pemaknaannya atau berikut:
pembelokan maknanya. Hubungan ini “Geertz notes that in the course of his
dianalogikan melalui tiga titik yang membentuk fieldwork, he was particularly struck one
segitiga. Titik pertama untuk simbol, titik kedua evening when, at a funeral, an intense
masyarakat dan titik ketiga psikologi individu philosophical discussion of the meaning
(Geertz, Religion As a Cultural System, 1973, p. and purpose of religion broke out among
125). certain young men of the town. Almost
unknown in traditional cultures, such
Agama Masyarakat Bali discussions are the hallmark of
Salah satu contoh studi kasus penafsiran rationalized religion; yet here just such a
tentang agama yang dilakukan oleh Clifford vigorous exchange was taking place on the
Geertz tertuang dalam esai pendeknya tentang street in Bali. Almost as unheard of in a
agama di tengah masyarakat Bali modern. Terbit traditional situation is the development of
pada tahun 1964, esai tersebut berjudul ‘Internal scriptures, doctrines, religious literacy,
Conversion’ in Contemporary Bali. Tulisan and an organized priesthood. Yet again,
Geertz ini merupakan chapter 7 dalam bukunya there were signs that every one of these
yang berjudul The Interpretation of Cultures. things was now coming into Balinese
Dalam tulisan tersebut ia menjelaskan dan culture. Interestingly, too, the nobles and
menjabarkan tentang agama masyarakat Bali, princes, perhaps seeing their old privileges
mulai dari The Concept of Religious threatened by the coming of democratic
Rationalization, Traditional Balinese Religion, government, had put themselves behind
dan The Rationalization of Balinese Religion this initiative, hoping they could keep their
(Geertz, “Internal Conversion” in Contemporary status by being at the forefront of a new,
Bali, 1973, pp. 171-181). more defined, and self-conscious Balinese
Agama masyarakat Bali jika religion” (Pals, 2006, p. 275).
dikategorikan menurut pembagian agama yang Secara ringkas berdasarkan pengalaman
dikemukakan oleh Weber, yakni agama Geertz di atas, perubahan agama magis
tradisional dan agama rasional, maka agama tradisional ke agama rasional di masyarakat Bali
masyarakat Bali masuk pada agama tradisional. modern ditandai dengan beberapa hal. Pertama,
Alasan Geertz memasukkan agama Bali pada terdapat diskusi filosofis tentang makna dan
kategori agama tradisional karena agama ini tujuan agama. Kedua, adanya perkembangan
bermuatan politeisme, mitologi masyarakat sastra, doktrin, naskah keagamaan dan
setempat dan hampir tidak ada nuansa rasional organisasi kependetaan. Ketiga, para
dalam teologi mereka walaupun mereka bangsawan, raja-raja dan pangeran
menamainya dengan agama Hindu. memprakarsai agama masyarakat Bali yang baru
Pergeseran agama dari tradisional ke dan lebih definitif ini. Menurut Geertz, keadaan
rasional ditemukan Geertz dalam baru seperti ini menyiratkan adanya lambang
pengamatannya di tahun 1964 terhadap agama rasional, yaitu pengorganisasian.
masyarakat Bali. Hal ini disebabkan oleh angin
kemerdekaan Indonesia yang membuka
kesempatan masyarakat Bali untuk melakukan
70
Islam Observed era modern. Adapun hasil studi komparatif dari
Keyakinan terhadap agama terutama Geertz dapat dipersingkat dalam beberapa hal
dimensi Islamnya, struktur keluarga -khususnya berikut:
struktur keluarga besar-, praktek kerja koperasi 1. Model Islam Klasik
di bidang pertanian dan berbagai lembaga pasar Geertz menemukan model Islam klasik
tradisional semua potensinya dinilai mampu yang berbeda dalam kedua negara tersebut,
untuk mendorong transformasi sosial di walaupun keduanya mistis karena mengaku
Indonesia (Geertz, 1984, p. 512). Melalui menemukan kebenaran agama melalui kontak
karyanya tentang Maroko yang diterjemahkan langsung dengan Tuhan. Indonesia dengan
ke dalam bahasa Prancis, Geertz telah model Islam klasik yang “rileks”, berkembang
diperkenalkan kepada generasi peneliti Prancis secara fleksibel, mampu beradaptasi dan
yang mempertahankan meditasi hidup dan menyerap nilai-nilai lokal. Berbeda dengan
inventif pada tulisan-tulisannya di Maroko, Maroko dengan model Islam klasik yang
terutama bukunya yang berjudul Islam Observed “keras”, tidak kenal kompromi, agresif dan
(1968), diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis fundamentalis.
sebagai Observer l’Islam (1992), dan salah satu 2. Tantangan Para Skriptualis
babnya berjudul, ‘Suq: The Bazaar Economy in Terdapat gerakan baru yang muncul dari
Sefrou,’ dari buku kolaborasi oleh Clifford kedua negara ini dan menamai dirinya dengan
Geertz, Hildred Geertz, dan Lawrence Rosen, Islam skriptualis, yang mana gerakan ini
berjudul Meaning and Order in Moroccan menggeser Islam klasik. Kemunculan gerakan
Society (1979), diterjemahkan ke dalam bahasa ini sebagai respon dari adanya penjajahan yang
Prancis sebagai Le souk de Sefrou (2003) terjadi di kedua negara. Islam skriptualis sebagai
(Slyomovics, 2009, p. 320). Beberapa tulisan model Islam yang baru dengan cepat menyebar
Geertz merupakan penelitian tentang dan memberikan kekuatan bagi semangat
permasalahan agama dan budaya dengan nasionalisme serta perlawanan terhadap
menggunakan pendekatan interpretatif. penguasa kolonial. Selanjutnya, model Islam
Contoh studi kasus lain tentang baru inilah yang melatarbelakangi gerakan
pendekatan interpretatif yang diberikan oleh perjuangan kemerdekaan di masing-masing
Geertz selain agama masyarakat Bali adalah negara pada pertengahan abad 20.
Islam Observed (1968), sebuah publikasi 3. Pandangan Hidup dan Etos
tentang studi komparasi antara masyarakat Geertz menarik kesimpulan terhadap
Muslim Indonesia dengan Maroko. Tujuan dari kasus Islam Indonesia dan Maroko dengan
studi ini seperti yang disampaikan oleh Geertz, menyoroti kesamaan signifikansi historis dari
that aim is to lay out a “general framework for keduanya. Menurutnya, ide sentral tentang
the comparative analysis of religion” and apply agama terdiri dari pandangan hidup dan etos
it to one faith, Islam, as it exists in the two quite yang saling mendukung satu sama lain.
different countries that his fieldwork has Pandangan hidup yang berisi seperangkat
enabled him to know best: Indonesia and kepercayaan yang dimiliki seseorang tentang
Morocco (Pals, 2006, p. 276). Pengambilan dua Tuhan akan menyokong etos yang berisi
negara ini dikarenakan, pertama, mayoritas seperangkat nilai-nilai dan perasaan yang akan
penduduknya beragama Islam, kedua, satu menuntun kehidupan mereka dan penerapan
negara mayoritas bermata pencaharian cocok terhadap apa yang mereka yakini.
tanam padi dan negara satunya sebagai Buku Islam Observed yang ditulis oleh
penggembala, ketiga, sama-sama pernah dijajah Clifford Geertz ini memiliki judul lengkap Islam
oleh bangsa Barat dan baru saja memperoleh Observed; Religious Development in Morocco
kemerdekaan, dan yang keempat, keduanya juga and Indonesia. dalam buku ini, Geertz
mengalami perubahan sosial yang drastis dalam membaginya menjadi beberapa empat subbab
71
penting. Subbab pertama diberinya judul Two adalah modernisasi. Menurutnya, hubungan
Countries, Two Culture. Subbab kedua berjudul antara gaya keagamaan klasik dan
The Classical Styles. Adapun subbab ketiga perkembangan seperti salah satunya
berjudul The Scripturalist Interlude. Sedangkan perkembangan bentuk organisasi ekonomi harus
subbab keempat, sebagai subbab terakhir diberi segera ditemukan, sehingga krisis agama yang
judul The Struggle for The Real. Selain keempat terjadi dapat diselesaikan dan dipecahkan
subbab ini, Geertz juga melengkapi bukunya ini permasalahannya.
dengan Bibliographical Note dan juga Index. Adapun subbab kedua yang berjudul The
Tak luput pula ia menyertakan peta (map) Classical Styles yang ditulis Geertz ini, ia
Maroko dan Indonesia. mengawalinya menjelaskan sosok atau figur
Subbab pertama yang disajikan Geertz, yang menjadi ikon dari kedua negara. Penjelasan
yang mana berjudul Two Countries, Two kedua sosok tersebut karen berhubungan dengan
Culture, di sini –sesuai dengan judulnya, ia gaya klasik yang akan mempengaruhi
menceritakan tentang dua negara dan dua perekembangan agama di kedua negara ini.
kebudayaan. Geertz dalam menjelaskan bagian Setelah menjelaskan kedua figur negara, Geertz
ini terlihat begitu detail dan sistematis. Hal ini melanjutkan penjabarannya mengenai
dapat dilihat dari penelitiannya sampai perbedaan dan persamaan yang ada karena
mendapatkan gambaran tentang krisis agama di pengaruh figur klasik ini. Indonesia, yang
Maroko dan Indonesia. Dalam bukunya ia menjadi figur adalah Sunan Kalijaga,
menuliskannya sebagai berikut: sebagaimana yang dijabarkan Geertz di bagian
“The religious crisis in Morocco and awal subbab kedua ini:
Indonesia has been and is being generated “The Indonesian figure is Sunan
in the internal confrontation of established Kalidjaga, the most important of the so-
forms of faith with altered conditions of called “nine apostles,” wali sanga,
life, and it is out of that confrontation that traditionally considered to have introduced
the resolution of that crisis if there is to be Islam into Java and, more or less
a resolution, will have to come. If the term singlehandedly and without resort to force,
“modernization” is to be given any converted its population to the new creed.
substantial meaning and its spiritual As historical personage, Sunan Kalidjaga,
implications uncovered, the connections like the other apostles, is dim to the point
between changes in the classical religious where a few scholarly doubts have been
styles and such developments as raised as to whether he existed at all”
rationalized forms of economic (Geertz, 1968, p. 25).
organization, the growth of political Selanjutnya adalah ikon dari Maroko,
parties, labor unions, youth groups, and yaitu Lyusi. Geertz menjabarkannya sebagai
other voluntary associations, revised berikut:
relations between the sexes, the “The Moroccan figure I want to strike off
appearance of mass communications, the against Kalidjaga is Abu ‘Ali Al-Hasan
emergence of new classes, and a whole bin Mas’ud Al-Yusi, popularly known as
host of other social novelties must be Sidi Lahsen Lyusi. Lyusi, who is much
discovered” (Geertz, 1968, p. 21). more of a fully historical figure than
Dari apa yang ditulis oleh Geertz di atas, Kalidjaga (a fact which has not, however,
ia ingin menunjukkan bahwa krisis agama yang inhibited his mythologization, was born in
ada di Indonesia dan Maroko telah dan sedang an obscure tribe of transhumant shepherds
dihasilkan dalam konfrontasi internal. ---their very name means “the solitary
Selanjutnya dibutuhkan resolusi terhadap krisis ones”---in the Middle Atlas Mountains in
tersebut, dan resolusi yang dapat dihadirkan 1631” (Geertz, 1968, pp. 29-30).
72
Subbab ketiga yang ditulis Geertz dalam sebagai suatu realitas unik yang terwujud dalam
bukunya dengan judul The Scipturalist Interlude dan menjadi budaya itu sendiri.
berusaha menjelaskan tentang “Tantangan Para
Skiptualis” yang sudah disinggung di atas. Para DAFTAR PUSTAKA
skriptualis yang dimaksud Geertz dari kedua Bohannan, P., & Glazer, M. (1988). Hight Points
negara tersebut, ia jelaskan sebagai berikut: in Anthropology. New York: McGraw-
“In Indonesia, the general movement Hill.
toward an Islam of the book rather than of Geertz, C. (1968). Islam Observed; Religious
the trance or the miracle has commonly Development in Morocco and Indonesia.
been associated with the word santri, the London: The University of Chicago
Javanese term for a religious student. In Press.
Morocco, it has not had any single name, Geertz, C. (1973). “Internal Conversion” in
and indeed has been a rather less capsular Contemporary Bali. In Interpretation of
development, but it has centered around Cultures. New York: Basic Books, Inc.
the same figure, there called a Taleb” Geertz, C. (1973). After the Revolution: The of
(Geertz, 1968, p. 65). Nationalism in the New States. In
Terakhir subbab yang keempat yang Interpretation of Cultures. New York:
diberi judul Geertz dengan The Struggle for The Basic Books, Inc.
Real. Dalam subbab ini Geertz menerangkan Geertz, C. (1973). Religion As a Cultural
tentang pergeseran atau perebutan ke agama System. In Interpretation of Cultures.
yang lebih realistis atau rasionalis. Dalam New York: Basic Books, Inc.
perebutan ini, agama yang lebih realistik Geertz, C. (1973). Thick Description: Toward an
berusaha merebut otoritas yang sebelumnya Interpretative Theory of Culture. In
dipegang oleh agama yang lebih klasik dan Interpretation of Cultures. New York:
tradisional, yaitu kepercayaan terhadap mitos Basic Books, Inc.
dan sebagainya (Geertz, 1968, p. 96). Geertz, C. (1974). Kebudayaan dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius.
PENUTUP Geertz, C. (1981). Agama Jawa Abangan,
Pandangan Clifford Geertz mengenai Santri, Priyayi dalam Kebudayaan
agama sebagai suatu sistem budaya, di mana dia Jawa. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.
berbicara dalam term yang abstrak, yaitu sistem Geertz, C. (1984). Culture and Social Change:
simbol. Di sini, tampaknya Geertz lebih tertarik The Indonesian Case. Royal
terhadap masalah etos, yaitu peranan dan Anthropological Institute of Great
dorongan yang dimiliki oleh masyarakat Britain and Ireland, 19(4), 511-532.
beragama, daripada keberadaan kekuatan Geertz, C. (1986). Mojokuto: Dinamika Sosial
supernatural yang dicintai atau ditakuti Sebuah Kota di Jawa. Jakarta: PT
masyarakat tersebut. Tetapi, ketika berhadapan Pustaka Grafitipers.
dengan kenyataan aktual dari agama yang Moehnilabib, & dkk. (1997). Dasar-dasar
ditemukannya di Jawa, Bali dan Maroko, dia Metodologi Penelitian. Malang:
berkeyakinan bahwa kata kunci dari Lembaga Penelitian IKIP Malang.
permasalahan agama ini terletak pada respons Pals, D. L. (2006). Religion as Cultural System:
emosional dan sosial masyarakat yang pada Clifford Geertz. In D. L. Pals, Eight
gilirannya membentuk pandangan hidup. Theories of Religion (p. 260). New York:
Singkatnya, menurut Geertz, agama sebagai satu New York & Oxford University Press.
sistem kebudayaan merupakan sistem simbol Slyomovics, S. (2009). Introduction to Clifford
yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan Geertz in Morocco: ‘Why Sefrou? Why
motivasi yang pada akhirnya akan terlihat anthropology? Why me?’. The Journal
73
of North African Studies, 14(3), 317– Clifford Geertz. Kalam: Jurnal Studi
325. doi:10.1080/13629380902923945 Agama dan Pemikiran Islam, 7(1).
Tago, M. Z., & Shonhaji. (2013). Agama dan
Integrasi Sosial dalam Pemikiran

74

Anda mungkin juga menyukai