FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022 / 2023
DAFTAR ISI
BAB 1...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
1.3 kesimpulan...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah ”sekular, sekularisme, sekularis” untuk mengkaji orientasi ideologi gerakan Islam
merupakan istilah yang masih kabur. Penggunaan masih kurang sesuai dengan maknanya,
telah membuat para ilmuan Islam menolak untuk menggunakan konsep ini terkait dengan
agama Islam. Mereka yang menolak penggunaan konsep ini mendasarkan pada perbedaan
pengalaman sejarah dan budaya Eropa (asal istilah ini muncul) dengan dunia Islam.
Banyak ilmuan politik dan sosiologi mengatakan bahwa istilah sekularisme dan
sekularisasi hanya bisa dipakai untuk menjelaskan keunikan sejarah Barat, dan karena itu
seharusnya tidak diperluas ke kawasan non-Barat. Hal ini karena masyarakat Muslim tidak
memiliki pengalaman langsung berkaitan dengan Renaissance, Reformasi, Revolusi industri,
atau pencerahan.
Dalam Islam tidak ada gerakan yang mempersoalkan dasar dasar ajaran pokok Islam dari
dalam sebagaimana yang dilakukan oleh Martin Luther dalam agama Kristen. akar sejarahnya
sekularisme, semula muncul di yunani, dan Romawi kuno serta agama-agama di timur jauh
yang percaya adanya kepada Dewa, kemudian berkembang pada masa aflarung (pencerahan)
ketika gereja berkuasa di Eropa, yang merupakan gerakan untuk memutuskan hubungan
antara agama dan kebudayaan.
Pada waktu itu para ilmuwan tidak berkutik menghadapi pengaruh gereja yang cukup
dominan. Atas dasar itu, maka sekularisme dianggap sebagai ajaran yang tidak mempunyai
landasan yang kuat dalam Islam, baik dalam konsep maupun gerakannya. Pada
perkembangan selanjutnya sekularisme semakin rumit (rigit) bahkan menjadi perdebatan
(discourse) di kalangan kaum muslimin Karena itu pengetahuan tentang sekularisme baik
berkenaan latar belakang munculnya essensinya, perlu dipahami oleh kaum muslimin
khususnya para ilmuwan dan tokoh-tokohnya agar tidak terjebak dalam sekularisme atau
sekularisasi
PEMBAHASAN
Sejak pertama kali kemunculannya hingga saat ini, paham sekuler memang menarik
perhatian banyak kalangan, baik dari para Ilmuwan, Teolog, Agamawan, Pemikir dan juga
dari kelompok-kelompok kajian keagamaan. Hal ini terjadi dikarenakan pemahaman
mengenai pemikiran sekuler memang membawa banyak masalah.Paham ini merupakan
paham yang dibawa oleh dunia Barat yang merujuk pada kebijakan khusus terhadap
pemisahan antara Gereja dan Negara.Oleh sebab itu kita perlu mendudukkan terlebih dahulu
mengenai apa yang dimaksud dengan istilah “sekuler” ini.[1]
Sekuler sendiri diambil dari bahasa latin yaituh saeculum yang mencakup dua makna;
yang berarti berhubungan dengan waktu, dan lokasi yang berhubungan dengan tempat di
mana manusia itu hidup yaitu bumi. Menurut para sejarawa, Sepanjang proses menyejarah
itulah yang dimaksud dengan sekuler, yang artinya sekuler itu terjadi saat ini dan di dunia
tempat manusia hidup.[2]
Pengertian “Secular” sendiri diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (oleh orang Barat
Kristen) menjadi ‘almany, yang memiliki makna laysa min arbab al-fann aw a-lhirfah dan
kata-kata “Secularity” diterjemahkan menjadi al-ikhtitam bi umur al-dunya, atau al-ihtimam
bi al-‘alamiyat, sedangkan “Secularize” diterjemahkan menjadi hawwal ila gharad ‘alamy ay
dunyawiy. Dan beberapa dari pengertian ini diikuti oleh sebagian besar umat Islam.[3]
Harvey Cox juga menjelaskan mengenai perbedaan antara sekularisasi dan sekularisme.
Menurutnya, sekularisme adalah nama sebuah ideologi (isme) yang tertutup. Sedangkan
sekularisasi artinya membebaskan masyarakat dari kekangan agama dan pandangan alam
metafisik yang tertutup (closed metphysical worldviews).
Dengan proses ini manusia dewasa menjadi lebih mementingkan kehidupan material
ketimbang spiritual Agama hanya diletakkan dalam kehidupan privat dan tidak boleh masuk
dalam ruangan publik. Pada poin inilah Sayyed Hosein Nasr menyimpulkan bahwa
sekularisasi telah berhasil memindahkan kehadiran spiritualitas dari semua aspek pemikiran
dan kehidupan manusia. Fazlur Rahman beranggapan bahwa sekularisme itu bercorak
atheistik. Kehidupan masyarakat yang sekuler dan kemudian berkembang menjadi liberal ini
tidak dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemanusiaan. Kehidupan sekuler dapat
menghancurkan kemanusiaan.[5]
Sekularisasi yang terjadi di Barat seperti yang di akui banyak pakar sejarah, sebenarnya
berasal dari agama Kristen sendiri. Seperti halnya dijelaskan dalam Gospel Matius XXXII:
21 tercatat ucapan Yesus: “Urusan Kaisar serahkan saja pada Kaisar, dan urusan Tuhan
serahkan kepada Tuhan”.Implikasinya agama tidak perlu ikut campur dalam urusan politik.
Kemudian atas dasar inilah muncul dikotomi antara regnum dan sacerdotium, pemisahan
antara kekuasaan Raja dan otoritas Gereja, antara negara dan agama. Doktrin ini
dikembangkan oleh St, Augustin yang membedakan Kota Bumi (civitas terrena) dan Kota
Tuhan (civitas dei).Faktor lain yang mendorong sekularisasi di Barat adalah gerakan
Reformasi Protestan sejak awal abad ke-16, yang merupakan sebuah respons atas banyaknya
korupsi di kalangan Gereja yang dipercaya telah memanipulasi dan mempolitisir agama guna
kepentingan pribadi. Maka tidaklah berlebihan apabila disimpulkan bahwa sekularisasi yang
terjadi di Barat merupakan proses yang wajar dan niscaya bagi masyarakatnya.[6]
Steve Bruce berpendapat, bahwasanya sekularisasi memang tidak selalu berakhir dengan
atheisme. Karena agama tidak diprediksi akan lenyap sama sekali akibat sekularisasi.
Kecenderungan masyarakat sekuler beralih dari budaya agama (religious culture) kepada
sekedar kepercayaan agama (religious faith).Apabila sebelumnya agama layaknya sifat kata
kerja (adverb), maka kemudian agama menjadi kata benda (noun). Dan apabila dulu
seseorang melakukan sesuatu karena dan menurut petunjuk agama, maka sekarang orang
bertindak tanpa peduli agama. Agama yang mengerucut menjadi fidelisme dan eupraxophy.
Asalkan anda percaya bahwa Tuhan itu ada, maka anda sudah dianggap beragama.Cukup
menjadi orang yang baik tanpa perlu menjadi penganut agama tertentu. Menurut prediksi
sosiolog, masyarakat sekuler akan meninggalkan agama yang melembaga (reified) dan
terorganisir, kemudian masuk menganut kepercayaan dan kebatinan mirip agama (quasi-
religion) atau bahkan memeluk agama-agama palsu (pseudo-religion).[7]
Sekularisasi sendiri melibatkan tiga kelompok komponen penting: (1) penolakan unsur
transenden dalam alam semesta, (2) memisahkan antara agama dan politik, serta (3)
memisahkan antara nilai yang tidak mutlak atau relatif.[9]Pola pemikiran yang dibawa Barat
ini tidak hanya bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi juga berusaha merubah worldview
dan memutus ilmu kemudian mengalihkannya dari tujuannya yang hakiki. Al-Attas sendiri
dengan baik menjelaskan pandangannya tentang barat.
“Ilmu yang bermasalah itu akhirnya telah kehilangan tujuan hakikinya karena tidak
digunakan dengan adil. Akibatnya bukan kedamaian dan keadilan yang dibawanya melainkan
kekacauan dalam kehidupan manusia. Ilmu yang terlihat benar ternyata lebih produktif ke
arah kekeliruan dan skeptisme. Ilmu yang seharusnya selalu membuat sejarah, nampaknya
malah membawa ketidak harmonisan pada isi alam semesta”. Dan yang perlu kita pahami
adalah sekularisme dan liberalisme bukan berasal dari ajaran Islam atau tradisi intelektual
Islam. Keduanya merupakan produk konsep agama yang bermasalah dan buah kekecewaan
Barat terhadap agama.[10]
Dampak apasajakah yang timbul dalam sekularisme? Salah satu dampak negatif dari
sekularisme adalah hilangnya jati diri negara, khususnya Indonesia yang secara historis
memiliki kepercayaan kepada hal yang gaib.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan paham sekularisme dan bagaimana pengaruh
terhadap ajaran agama? Sekularisme adalah kepercayaan dan pandangan bahwa agama
harus dipisahkan dari berbagai aktivitas sosial dan politik bagi suatu negara. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi sekularisme adalah “paham atau pandangan yang
berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama”
PENUTUP
1.3 kesimpulan
Jadi, dari sudut pandang Islam banyak sekali kerugian yang akan ditimbulkan daripada
keuntungannya. Islam memang menghargai paham yang dianut orang, bangsa, negara, dan
pemeluk agama lain. Namun Islam mewanti-wanti orang agar tidak menyebarkan paham
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA