Anda di halaman 1dari 25

SEKURALISME

(Ditugas diajukkan untuk memenuhi UAS mata kuliah Filsafat Islam)


Dosen Pengampu : Dr. Aef Wahyudin, M.Ag

Penyusun :
Irma Erviana Safitri (1174010081)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKUTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar …………………………………………………….. 3


2. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang …………………………………………………. 4
b. Rumusan Masalah ……………………………………………….5
c. Tujuan …………………………………………………………....5
3. BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Sekuralisme ………………………………………….6
b. Sejarah Lahirnya Sekuralisme……………………………………7
c. Idiologi Paham Sekuler dan Ciri-cirinya…………………………11
d. Hubungan Sekuralisme ………………………………………….14
4. BAB III
Kesimpulan…………………………………………………………..23
5. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………25

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai
dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul ”SEKULARISME” dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya”SEKULARISME”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu
memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.Selanjutnya kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Dr. Aef Wahyudin, M.Ag selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Filsafat Islam.
Saya mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kesalahan didalamnya.kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Bandung, 27 Mei 2018

Irma Erviana Safitri

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu diisukan oleh
perubahan-perubahan, ingin tampil beda dan lebih baik dari kehidupan
sebelumnya dengan berpegang dan membandingkan antara kehidupan
masa lalu, sekarang dan kehidupan orang-orang yang lebih baik dalam
aspek realitas dan materi. Semua orang ingin tampil lebih maju dan
modern, walaupun ukuran dan tata nilai yang digunakan dan
perbandingan yang dibandingkan juga sering menjadi kabur, namun
karena isu yang dikembangkan adalah ingin menjadi lebih baik dan maju
bahkan modern menjadi sesuatu yang dibangga-banggakan.
Kondisi tersebut mendorong mereka melakukan berbagai upaya
agar mereka menjadi orang-orang maju dan modern, mereka mendobrak
nilai-nilai sosial dan budaya yang telah baku dan eksis di masyarakat,
mereka berani mengkritik dan mendobrak apapun yang dianggap bisa
menghambatnya, tidak terkecuali agama. Bahkan secara terbuka mereka
mengkritik eksistensi agama, agama dianggap sebagai penghalang
kemajuan dan kebebasan, mereka beranggapan bahwa semua aktivitas
yang dilakukan oleh manusia hanya ditentukan dan diatur oleh manusia
itu sendiri, bukan berdasarkan pengaruh agama, sehingga kemudian
muncullah sebuah wacana yang diistilahkan dengan sekularisme, yaitu
pemisahan antara urusan dunia (Negara) dengan agama.
Dalam konsep ini mereka beranggapan bahwa agama tidak berhak
mengintervensi dunia, dengan kata lain agama adalah urusan pribadi dan tidak
boleh dibawa dalam ranah publik (Negara). Sekularisme merupakan sebuah
ideology yang pada mulanya berkembang di dunia Barat dan kemudian
terus menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali dunia Islam

4
dan juga Indonesia. Paham ini mempunyai tujuan utama adalah
memisahkan antara antara urusan manusia dengan urusan Tuhan.Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dikaji seputar aliran sekularisme dan
pengaruhnya dalam dunia pendidikan, yang saat ini bahwa paham
tersebut telah masuk dan mempengaruhi semua aspek kehidupan umat
Islam, terutama dari aspek pendidikan
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Sekularisme?


2. Bagaimana Sejarah Lahirnya Sekularisme?
3. Apa Idiologi Paham Sekuler dan Ciri-cirinya?
4. Apa Hubungan Sekularisme dengan Agama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Pengertian Sekularisme.
2. Untuk mengetahui Sejarah Sekularisme.
3. Untuk mengetahui apa Hubungan Sekularisme dengan Agama.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sekularisme
Secara etimologi sekularisme berasal dari bahasa latin, saeculum
yang memiliki arti waktu tertentu atau tempat tertentu. Atau lebih
tepatnya menunjukkan kepada waktu sekarang dan di sini, di dunia ini.
Sehingga, sungguh tepat jika saeculum disinonimkan dengan kata wordly
dalam bahasa inggrisnya.Maka sekularisme secara bahasa bisa diartikan
sebagai faham yang hanya melihat kepada kehidupan saat ini saja dan di dunia
ini. Tanpa ada perhatian sama sekali kepada hal-hal yang bersifat
spiritual seperti adanya kehidupan setelah kematian yang notabene
adalah inti dari ajaran agama.
Adapun sekularisasi dalam kamus ilmiah sebagaimana dikutip oleh
WAMY adalah hal usaha yang merampas milik gereja atau
penduniawian. Sedangkan sekularisme adalah sebuah gerakan yang
menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Dalam
Webster Dictionary sekularisme didefinisikan sebagai, “A system of
doctrines and practices that rejects any form of religious faith and
worship.”(Sebuah system doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun
dari keimanan dan peribadatan). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa sekularisme adalah “paham atau pandangan
filsafat yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan
pada ajaran agama.” Dengan kata lain sekularisme adalah paham
keduniaan dan kebendaan yang menolak agama sama sekali.
Yusuf al-Qardhawi, menambahkan bahwa sekularisme, dalam
bahasa Arab bukanlah“al-’Ilmaniyyah” melainkan “al-Ladiniyyah” atau “al-
La’aqidah“, namun penggunaan “al-’Ilmaniyyah” adalah untuk mengelabui
umat Islam, karena kalau diterjemahkan kepada “al-Ladiniyyah” atau “al-

6
La’aqidah“, umat Islam pasti akan menolaknya, karena itu, sungguh
jahatlah penterjemahan sekular kepada istilah “al-’Ilmaniyyah”
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan antara kehidupan
dunia dengan akhirat dalam semua aspek kehidupan, baik dari sisi
agama, ekonomi, pendidikan, politik, sosial dan lain sebagainya. Selain
itu, sekularisme juga memperjuangkan hak untuk bebas dari berbagai
aturan-aturan dari ajaran agama, di samping juga memberikan sifat
toleransi yang tidak terbatas, termasuk juga antar agama. Dengan kata
lain, sekularisme merujuk kepada kepercayaan bahwa semua kegiatan dan
keputusan yang keseluruhannya berada dan dibuat oleh manusia, tidak
boleh ada peran dan campur tangan agama di dalamnya.
B. Sejarah Lahirnya Sekularisme
Awal bergulirnya sekularisasi adalah akibat westernisasi
(pembaratan) ajaran Nabi Isa. Sebagaimana diketahui pada awalnya
ajaran Nabi Isa itu masih orisinil, yakni ajaran tauhid. Banyak orang tidak
menyenanginya sehingga pengikut Nabi Isa selalu dikejar-kejar dan hidup
tertekan mencapai rentang waktu sekitar 200 tahun lamanya.
Dalam rentang waktu yang demikian panjang itulah ajaran Nabi
Isa mengalami berbagai macam penyimpangan. Pada masa Kaisar
Constantin (306-337 M) memerintah terdapat dua kubu pengikut Nabi Isa: (1)
Pengikut Arius yang menolak faham Trinitas dan (2) Pengikut
Athanasius yang mendukung faham Trinitas. Untuk mengambil jalan
keluar dari pertentangan itu diadakanlah Konsili Nicea pada tahun 325 M.
Tapi konsili ini diakhiri dengan voting dan Pengikut Arius dinyatakan
kalah setelah sang Kaisar menyatakan mendukung pengikut Athanasius.
Sejak itulah mulai terjadi penyelewengan ajaran Nabi Isa. Agama yang
bersih itu kini telah tercemari oleh mitologi (ajaran dewa-dewa) Yunani.

7
Semakin lama semakin jauh dari orisinalitasnya, namun pada waktu itu
belumlah ada istilah sekularisme.
Muncul istilah sekularisme dan fahamnya adalah setelah terjadi
pengekagan oleh gereja yang menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains.
Pihak gereja Eropa telah menghukum ahli sains seperti Copernicus, Gradano,
Galileo dll. yang mengutarakan penemuan saintifik yang berlawanan
dengan ajaran gereja. Kemunculan paham ini juga disebabkan tindakan pihak
gereja yang mengadakan upacara agama yang dianggap berlawanan
dengan nilai pemikiran dan moral seperti penjualan surat pengampunan
dosa, yaitu seseorang bolehmembeli surat pengampunan dengan nilai uang
yang tinggi dan mendapat jaminan syurgawi walaupun berbuat kejahatan
di dunia.
Di samping itu bahwa lahirnya sekularisasi juga dilatar belakangi
oleh penolakan terhadap dogma-dogma gereja yang cenderung
memusuhi rasionalitas dan pengetahuan. Pemberangusan kaum rasionalis oleh
gereja dengan mengatasnamakan pembasmian terhadap gerakan heretic
(bid’ah) dikemudian hari justru mengakibatkan perubahan radikal struktur
masyarakat pada abad pertengahan. Lebih dari itu, gerakan ini juga diikuti
oleh perubahan-perubahan yang menyangkut aspek-aspek idealitas gereja.
Gejala-gejala inilah yang oleh Henri Pirene sebagaimana dikutip oleh
Syamsuddin Ramadhan mengatakan bahwa gejala-gejala inilah yang
kemudian mempercepat terjadinya proses sekularisasi. Senada dengan
Henri Pirene, Troelsch menyatakan bahwa kombinasi antara
ketidakpuasan terhadap dominasi gereja yang eksploitatif dan dogma-
dogma gereja yang anti rasionalitas berujung pada sekularisasi.
Dalam masyarakat abad pertengahan, gereja memiliki pengaruh
dan peran sentral yang sangat penting, dimana pihak gereja menguasai
semua ranah kehidupan masyarakat Eropa, politik, ekonomi, pendidikan
dan semuanya tanpa terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical

8
jurisdiction (hukum Gereja). Semua hal yang berasal dari luar kitab suci
Injil dianggap salah. Filsafat yang notabene sebagai al-Umm dari ilmu
pengetahuan dengan ruang lingkupnya yang sangat luas, mereka
sempitkan dan dikungkung hanya untuk menguatkan keyakinan mereka
tentang ketuhanan yang trinitas itu. Mereka menggunakan filsafat hanya
sekedar untuk menjadikan trinitas yang irasional menjadi kelihatan
rasional. Dengan demikian secara otomatis filsafat yang seharusnya
menjadi induk dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada menjadi mandul
dan tidak berfungsi.
Ini didasarkan pada kenyataan, bahwa sekitar abad ke-11, hanya
pengurus tinggi gereja saja yang memiliki pendidikan, kultur, serta
prestise tertinggi. Adapun pengurus gereja bawahan dan jemaat adalah
orang-orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan akses yang
leluasa untuk menuju kelas atas. Mereka hanyalah partisipan serta
masyarakat yang termarginalkan. Disisi yang lain, hubungan antara kaum
gereja dan kaum bangsawan, meminjam istilah Troeltsch, terjadi secara
timbal balik dan tumpang tindih.
Di tengah kondisi yang timpang itulah, timbul kesadaran baru
ditengah-tengah masyarakat kotauntuk merubah kondisi ini. Gejala ini
kemudian diikuti dan dilanjutkan dengan serentetan protes dan
perlawanan social yang menentang dominasi dan eksploitasi kaum gereja
yang melibatkan diri dalam hubungan feodalistik dengan kaum
bangsawan, eksploitasi atas nama kekuasan dan agama, serta sikap yang
merendahkan rakyat jelata.
Protes dan gerakan anti gereja tidak hanya muncul diranah sosial,
tapi juga merambah kawasan biara. Protes bermula dari biara Benedict, di
Cluny yang kemudian dikenal dengan “ Reformasi Cluny “. Gerakan ini
menentang praktek-praktek menyimpang para pendeta, moralitas serta
arogansi kaum pendeta di biara. Pada tahun 1073 meletus sebuah

9
peristiwa “ pembaharuan hildebrande “. Perlawanan ini dilatar belakangi oleh
pemberontakan melawan kemapanan dan sikap eksploitatif kaum gereja.
Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menuntut terjadinya proses
reformasi dan sekularisasi, yaitu pemisahan gereja dengan kekuasaan
yang feodalistik.
Gerakan inilah yang kemudian membangkitkan semangat
sekularisasi di dunia Barat. Dan dari semenjak peristiwa inilah mereka
beranggapan bahwa agama harus dipisahkan dari urusan kekuasaan dan
Negara, bahkan harus dipisahkan dari kehidupan umat manusia.
Namun hal yang dianggap menjadi tonggak sejarah muncul dan
berhasilnya gerakan sekularisasi adalah Revolusi Perancis (1789 M). Sejak
saat itu mulailah bermunculan kaum intelektual secular yang ide-idenya
menjungkir balikkan nilai-nilai keagamaan, seperti: Spinoza, Darwin,
Nietzhe, Durkheim, Freud, Marx.
Disamping itu, Kemudian muncul revolusi rakyat Eropa yang
menentang pihak agama dan gereja yang bermula dengan pimpinan
Martin Luther, Roussieu dan Spinoza. Akhirnya tahun 1789M, Perancis
menjadi negara pertama yang dibangun dengan sistem politik tanpa
intervensi agama. Revolusi ini terus berkembang sehingga di negar-
negara Eropa, muncul ribuan pemikir dan saintis yang berani
mengutarakan teori yang menentang agama dan berunsurkan rasional.
Seperti muncul paham Darwinisme, Freudisme, Eksistensialisme,
Atheismenya dengan idea Nietche yang menganggap Tuhan telah mati
dan manusia bebas dalam mengeksploitasi.
Akibatnya, agama dipinggirkan dan menjadi bidang yang sangat
kecil, terpisah dari pada urusan politik, sosial dan sains. Bagi mereka yang
melakukan penolakan terhadap sistem agama telah menyebabkan
kemajuan sains dan teknologi yang pesat dengan munculnya zaman

10
Renaissance yaitu pertumbuhan perindustrian dan teknologi pesat di
benua Eropa.
Dalam perjalanannya, Paham ini terus menular dan mulai
memasuki dunia Islam pada awal kurun ke 20. Turki merupakan negara
pertama yang mengamalkan paham ini di bawah pimpinan Kamal
Artartuk. Seterusnya paham ini menelusuri negara Islam yang lain seperti di
Mesir melalui polisi Napoleon, Algeria, Tunisia dan lain-lain yang terikat
dengan pemerintahan Perancis. Dan, Indonesia, Malaysia masing-masing
dibawa oleh Belanda dan Inggris. Ini dapat kita lihat dengan munculnya
dualisme yaitu agama di satu sisi dan yang bersifat keduniaan di sisi yang
lain. Seperti pengajian yang berasaskan agama tidak boleh bercampur
dengan pengajian yang berasaskan sains dan keduniaan. Salah satu bukti
konkrit dapat terlihat dalam salah satu prinsip negara sekular telah
termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119
yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya
tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.
C. Idiologi Paham Sekuler dan Ciri-cirinya
Menurut al-Attas, secara umum bahwa sekularisme memiliki tiga
komponen integral, diantaranya: Penidak-keramatan alam, desakralisasi
politik dan dekonsekrasi nilai-nilai.
1. Penidak-keramatan alam
Yang dimaksud dengan penidak-keramatan alam adalah
pembebasan alam dari nada-nada keagamaan, memisahkannya dari
Tuhan dan membedakan manusia dari alam itu. Sehingga sekularisme
totalistik menganggap alam sebagai milik manusia sepenuhnya yang bisa
digunakan semaunya, yang dengan demikian membolehkannya untuk
berbuat bebas terhadap alam, dan memanfaatkannya menurut kebutuhan dan
hajat manusia. Alam menurut paham ini sama sekali tidak
mempunyai nilai-nilai sakral bahwa alam sebenarnya adalah ciptaan

11
Tuhan yang selanjutnya manusia ditugaskan sebagai penjaga untuk
melestarikannya. Dari penidak-keramatan alam ini sebenarnya
mendorong terlahirnya faham atheisme atau yang sedikit lebih halus dari
atheisme, yaitu agonitisisme. Bagaimana tidak, ketika alam dilepaskan dari
sifatnya yang supernatural, metafisis secara halus itu berarti menolak
kepercayaan bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan yang akhirnya mendorong
kepada keyakinan bahwa Tuhan tidak ada. Karena secara agonitisisme,
ketika Tuhan sebagai esensi dan eksistensi yang tidak mungkin
dibuktikan keberadaannya baik secara akal maupun secara empiris, maka
tidak ada bedanya meyakini apakah Tuhan itu ada atau tidak.
2. Desakralisasi Politik.
Yang dimaksud dengan desakralisasi politik adalah penghapusan
legitimasi sakral kekuasaan politik, sebagaimana yang dipraktekan oleh
kristen barat di masa lalu yang menganggap kekuasaan politik sebagai
warisan Tuhan sehingga ada dogma yang menyatakan
bahwamenghianati penguasa berarti menghianati Tuhan.
Hal itulah yang mendorong lahirnya sekularisme dengan desakralisasi
politik sebagai salah satu komponennya.Sekularisme memerlukan
komponen ini untuk menghapus legitimasi sakral politik sebagai
prasyarat untuk terjadinya perubahan politik yang selanjutnya akan
mendorong terjadinya perubahan sosial lalu kemudian diakhiri dengan
perubahan sejarah. Karena sejarah menurut sekularisme adalah rekayasa
dan perencanaan manusia tanpa adanya campur tangan Tuhan di
dalamnya. Maka tentu yang namnya rekayasa perlu kepada skenario
yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah salah satu dari skenario
pembentukan sejarah versi manusia.
3. Dekonsekrasi Nilai
Yang dimaksud dengan dekonsekrasi nilai adalah pemberian
makna sementara dan relatif kepada semua karya-karya budaya dan

12
setiap sistem nilai termasuk agama serta pandangan hidup yang
bermakna mutlak dan final. Sehingga dengan demikian nilai menurut
sekularisme totalistik adalah relatif atau nisbi, sehingga dengan kata lain
sekularisme menganut paham relativisme di dalam nilai. Bahwa tidak ada
nilai absolut yang bisa dijadikan satu-satunya rujukan atau standar oleh
Sekularisme manusia. Sehingga etika dan moral menurut sekularisme
akan berbeda sesuai dengan tempat dan waktu yang berbeda pula. Satu-
satunya yang bisa dijadikan standar menurut sekularisme adalah manusia itu
sendiri.
Dengan dekonsekrasi nilai ini, maka sekularisme (dalam artian
totalistik) bukan sebuah ideologi yang bersifat tertutup, karena ia tidak
mengiginkan adanya nilai yang bersifat final dan mutlak. Karena secara
materi manusia selalu berubah, maka begitu pula dengan nilai-nilai yang
ada akan sesuai sifat materi manusia yang tidak permanent. Pernyataan yang
hampir senada juga disampaikan oleh Ismail al-Faruqi bahwa ciri-ciri
sekular sebagai berikut :
a. Suatu fahaman yang merujuk kepada penafian terhadap hal-hal
kerohanian.
b. Penolakan terhadap kewibawaan unsur-unsur kerohanian.
c. Penafian tentang adanya hidup yang tetap (akhirat).
d. Pemisahan di antara agama dan nilai kerohanian dengan
pemerintahan dan kehidupan keduniaan.
e. Kekuasaan sebagai kebebasan mutlak untuk merencana dan
menyusun dasar hidup manusia seterusnya melaksanakannya sendiri
tanpa apa-apa pergantungan dan hubung kait dengan Tuhan. Gereja
dan institusi agama hanya terbatas kepada perkara-perkara yang
berhubung dengan masalah ketuhanan sahaja.

13
D. Hubungan Sekularisme dengan Agama
Konsep sekularisasi mengacu kepada proses pengaruh agama terhadap
banyaknya bidang kehidupan social yang secara mantab berkurang. Banyak
sosiolog yang menyetujui pendangan bahwa sekularisasi merupakan
kecenderungan pokok dalam masyarakat barat dalam beberapa abad lalu, atau
sekurang-kurangnya sejak munculnya industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi
dan modernisasi masyarakat telah menyebabkan agama semakin surut dari
arena kehidupan social yang dikuasainya secara tradisional. Versi-versi tesis
sekulatisasi yang lebih kuat menegaskan bahwa proses sekularisasi adalah
suatu kekuatan yang tak dapat dicegah yang akan memuncak pada saat
surutnya agama yang terorganisasi secara historis yang mempunyai suatu
kecenderungan yang penting dan tidak harus memastikan berakhirnya
kegiatan agama yang terlembaga.
Sekulerisasi dan sekulerisme memperoleh tempat yang subur
dikalangan ilmu-ilmu social barat.Akan tetapi, ketika dihadapkan pada
Negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam, dan bahkan di Amerika
Latin yang beragama Katolik, tesis sekulerisme ini rutuh dengan sendirinya.
Menurut Amin Rais, sekulerisme, baik yang modern apalagi yang radikal,
tidak memperoleh tempat dalam agama Islam.
Jeffry Hadden menegaskan bahwa tessis selularisasi telah demikian
luasnya dirangkul oleh para sosiolog sehingga telah menjadi suatu kebenaran
yang tidak terhalangi dan diterima sudah demikian.Arah Hadden tidak jauh
dari sasarannya.Akan tetapi, dalam tahun-tahun terakhir berbagai tantangan
terhadap tesis sekularisasi telah muncul.Hadden sendiri menegaskan bahwa
tesis ini secara empiris adalah palsu, dan tesis ini lebih ditopang oleh
antagonisme para sosiolog terhadap agama yang terorganisir bila
dibandingkan dengan penyelidikan bukti yang sistematis. Terhadap tesis
sekularisasi itu Hadden memberikan rangkaian bukti-bukti, antara lain;

14
a. Sejak lahirnya perang dunia ke dua, terjadi kebangkitan kembali
suatu agama yang umum, sekurang-kurangnya di Amerika Serikat.
b. Dalam tahun-tahun terakhir terdapat suatu pertumbuhan besar
dalam tradisi-tradisi keagamaan yang lebih konservati. Yakni,
evanggelis dan fundamentalis.
c. Kepercayaan dan perilaku Katolik Amerika telah secara dramatis
dipengaruhi oleh Majelis Vatikan ke dua dengan akibat bahwa
wewenang gereja sekarang lebih kuat daripada yang pernah terjadi
dalam sejarah Amerika.
d. Mayoritas orang Amerika masih menyatakan percaya kepada
Tuhan.
e. Statistic keanggotaan gereja di Amerika Serikat sedikit saja
berfluktuasi dalam 40. tahun lalu, dan malah malah pengunjung
geraja masih tetap stabil.
f. Kebangkitan keagamaan (misalnya berdoa) juga masih sangat
stabil dalam decade-dekade terakhir ini.
Inilah awal pergumulan tarik menarik antara sekularisasi Barat dengan
Islamisasi politik dan Negara di dunia Islam.
Didunia Islam, sekulerisme merupakan masalah yang sangat peka
(sensitif). Oleh karena itu, dalam membicarakan masalah ini diperlukan
penanganan ,yang ekstra hati-hati agar tidak muncul sikap apriori di kalangan
kaum muslim.
Sekularisme tidak dapat diperbincangkan secara tepat, tanpa penguasa
memadai atas teori-teori tentang keramat, spiritual, dan transeden yang telah
disalahtafsirkan oleh penguasa, serta tanpa keberanian untuk mendobrak
selama berabad-abad.
Pada abad ke-18 dan abad ke-19, kekhalifahan masa awal telah
berkembang menjadi imperial dan rezim politik sekuler, sementara
masyarakat muslimnya teroganisir yang mana aspek keagamaannya

15
dirumuskan secara beragam dan mengarah pada asosiasi atau kelompok
komunal keagamaan. Asosiasi komunal tersebut meliputi :
a. Mazhab-mazhab hukum.
b. Gerakan reformis
c. Nasab sufi
d. Perkumpulan terikat
e. Komunitas yang memuja tempat keramat.
f. Sekte-sekte syi’ah
g. Sejumlah asosiasi etnis.
Hal itu berkembang menjadi rezim Negara mandiri, sebagaimana
besarnya menarik diri dari keterlibatan dalam pemerintah dan mereka
terutama mencurahkan diri pada solidaritas, peribadatan, hukum, moralitas
personal, dan berpegang teguh pada symbol-simbol Islam yang bersifat public
(akhir kholifah Abbasiyah, kesultanan Saljuk dan Mamluk, Interium Usmani
dan Safawiyah, Mughal dan rezim muslim lainnya).
Pada satu sisi Negara muslim dipandang sebagai instrument bagi
kekuasaan sekuler yang bersifat duniawiyah dan disahkan melalui beberapa
term (persyaratan) seperti klaim patrimonial terhadap superioritas leluhur,
kultur kepustakaan dan attistik yang dilindungi oleh Negara dan seruan
terhadap konsep-konsep kosmologi dan filosofis yang bersifat universal.
Pada sisi lainnya Negara muslim memiliki nilai-nilai keagamaan
muslim yang berasal dari kontinuitas kesejahteraan kekhalifahan masa awal
atau didasarkan pada peran mereka sebagai pengaman, pelindung, dan
pendukung peribadatan, pendidikan, hukum, dan perjuangan muslim.
Sekalipun Negara tersebut merupakan Negara sekuler.Derajat religious
mereka selain berasal dari pengabdian terhadap Islam juga berasal dari titah
Tuhan secara langsung.
Pada masa pra-modern terdapat dua konsep alternative tentang
masyarakat Islam, yaitu ;

16
a. Kekhalifahan, mengintegrasikan Negara dan komunitas, wilayah
politik dan keagamaan menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
b. Kesultanan (Negara sekuler), diperintahkan oleh asosiasi
keagamaan semi independen yang merupakan sarana untuk
menghantarkan kehidupan keagamaan muslim.

Sekularisasi Negara-negara muslim menimbulkan dampak ganda pada


assosiasi keagamaan muslim, yaitu ;
a. Memperkokoh kecenderungan timbal balik yang inheren dalam
orientasi assosiasi keagamaan Islam.
b. Memusatkan perhatian pada kebutuhan keagamaan yang bersifat
individual, komunal dan lokal.
c. Melengkapi pemenuhan kebutuhan akan peribadatan, pendidikan,
dan amal secara kolektif dan kebutuhan akan diskusi dan pergaulan
yang bersahaja.

Seballiknya, sekulerisasi sejumlah Negara dan masyarakat muslim


juga telah menimbulkan reaksi kontemporer dan sejumlah kecenderungan
baru untuk mengembalikan agama ke wilayah polotik. Banyak negeri muslim
terdapat pembaharuan agama dan revormasi politik yang mendunkung Islam
sebagai “Cetak Biru” yang komprehensif bagi kehidupan modern dan
menyerukan pembentukan Negara-negara Islam untuk memberlakukan
moralitas Islam.
Menurut gerakan-gerakan pembaharuan muslim ini, Islam merupakan
sebuah pola kehidupan yang utuh dan sempurna yang berisikan seluruh
bentuk kebajikan individu dan social. Gerakan ini berusaha menggali dari
Islam sebuah posisi pada setiap permasalahan pribadi dan public, isu tentang
wanita, pendidikan, struktur social, dan pemerintahan untuk memperlihatkan

17
bahwasannya seluruh kebutuhan modern dapat terpenuhi oleh symbol-simbol
utama dari tradisi mereka sendiri. Kekecewaan terhadap sekulerisme dan
pencarian nilai-nilai sendiri daripada nilai-nilai asing yang pernah
mengantarkan pada upya merumuskan sebuah konsep masyarakat muslim
post-modern.
Beberapa factor ekonomi dan tekhnik bary melahirkan pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan politik dan kultural, tetapi pada masing-
masing negeri kesadaran akan perubahan tersebut diartikulasikan dan
disalurkan melalui elite institusi dan kultur pribumi. Sejumlah kepentingan
ekonomi dan material masuk dalam pemikiran dan peristilahan kultural yang
selama satu milinium telah mewarnai pemikiran dan organisasi social muslim.
Sekalipun demikian jika diletakkan prioritas pada kepentingan institusional
dan kultural, sejumlah perkembangan rentang abad ke-19 dan 20 pasti akan
melahirkan permasalahan seperti apakah kekuatan teknologi dan ekonomi
dekat kepada perkembangan kapitalisme industrial, sedangkan pembentukan
perekonomian dunia yang menyatu sama sekali belum mematahkan sejarah
institusi agama dan politik serta model-model wacana kultural tradisional.
Dinamapun kekuatan sekulerisasi dan kekuatan integritas pembaruan muslim
mencerminkan suatu keterlepasan dari pola-pola historis. Dibeberapa daerah
muslim menjadi pergolakan yang berusaha membentuk sebuah masyarakat
Islam post modern.
Bersama perubahan-perubahan tersebut berkembang pertanyaan
apakah warisan institusional dan kultural Islam dalam beberapa hal dapat
dilepaskan berganti dengan kekuatan ekonomi, teknologi dan politik modern,
sementara dalam hal-hal lainnya berganti dengan pola-pola baru Islam, dan
apakah warga muslim tetap dan membentuk masyarakat Islam.
Di dunia Islam, sekulerisme merupakan masalah yang sangat peka
(sensitive). Oleh karena itu, dalam membicarakan masalah ini diperlukan
penanganan yang ekstra hati-hati agar tidak muncul sikap apriori di kalangan

18
kaum Muslim.[15] Berikut ini beberapa pandangan tentang hubungan agama
dengan sekulerisme menurut beberapa tokoh muslim:
1. Muhammad Al Bahy
Bahymemandang posisi Islam merupakan kebalikan dari
sekulerisme.Islam dan sekulerisme merupakan dua hal yang
antagonistik.Dengan demikian apabila negara-negara yang berpegang
pada sekulerisme dapat mencapai kemajuan, maka bukan berarti Islam
menjadi sebab suatu kemunduran.Dalam Islam ada dasar ijtihad atau
Istimbats yang menjadi dasar penting dalam Islam, dan penting bagi
manusia dengan hukumnya yang selalu berubah dan
berkembang.Alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan perkembangan zaman.Dengan begitu
kemajuan bukan berarti harus diperoleh dengan memisahkan urusan
agama dari urusan Negara.
2. Muhammad Qutb
Pandangan Qutb mengenai sekulerisme ini berpijak pada suatu hadis
yang artinya ”Islam bermula dalam keadaan terasing dan nantinya
akan kembali terasing seperti sediakala, berbahagialah orang yang
terasing. Mereka selalu memperbaiki apa yang telah dirusak oleh
manusia”.
Dari hadist tersebut, Qutb menyimpulkan bahwa orang Islam terasing
dari bumi Islam, karena bumi telah dikuasai oleh setan-setan, dalam
arti sekulerisme dan atheism yang akan mengeluarkan umat manusia
dari agama.Ini merupakan tantangan yang paling berbahaya bagi
Islam. Dengan demikian secara nyata sekulerisme merupakan musuh
Islam.Qutb menegaskan bahwa sekulerisme menurut pandangan Islam
adalah batil.

19
3. Althaf Ghoufar
Menurutnya Islam merupakan entitesis dari skulerisme. Dimana
antara Islam dan sekulerisme tidak memiliki tempat berpijak yang
sama.
4. Nurcholis Majid
Menurutnya sekulerisme tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan
sekulerisme, sebab sekulerisme ada;ah istilah untuk ideology, sebuah
pandangan dunia baru yang tertutup, yang berfungsi mirip agama.
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah setiyap bentuk perkembangan
yang bersifat membebaskan. Proses pembebasan ini diperlukan karena
umat Islam, akibat perjalanan sejarahnya sendiri, tidak sanggup lagi
membedakan nilai-nilai yang disangkalnya Islami itu, Mana yang
transcendental dan mana yang temporal.
Nurkholis membuat perbedaan yang prinsipil antara sekularisasi dan
sekulerisme. Sekulerisme adalah sebuah paham tertutup, yakni suatu
system ideology tersendiri yang melepas dari agama, dan inti
sekulerisme adalah penolakan adanya kehidupan lain diluar kehidupan
duniawi ini. Sementara sekularisasi diartikan sebagai satu bentuk
sosiologis, bukan filosofis, yang lebih banyak mengisyaratkan
pengertian pembebasan masyarakat dari kehidupan tahayul dan
magis.Dengan demikian sekulerisasi dalam pengertian ini tidak dapat
diartikan sebagai penghapusan nilai-nilai keagamaan.
Dalam logika Nurkholis majid, tentang sekulerisasi dalam Islam,
dikatakan bahwa Islam menekankan penggunaan rasio untuk
mempelajari ayat-ayat yang terdapat dalam ala mini, karena itu ia
mengajurkan rasionalisasi tetapi bukan rasionalisme. Sekulerisme dan
rasionalisme itu sudah bukan cara berfikir lagi, tetapi sudah
merupakan paham atau ideology. Karena itu dianjurkan pula agar
terjadi desakralisasi atau penindakkeramatan alam.Karena alam

20
bukannya harus dilawan atau ditakuti tapi harus diungkapkan
rahasianya.
5. H.M Rasjidi
Menurut H. M Rasjidi belum ada dalam sejarah bahwa istilah
sekularisme atau sekularisasi tidak mengandung prinsip pemisahan
antara persoalan dunia dan agama. Dengan pemahaman ini, Rasiji
beranggapan bahwa sekularisme atau sekularisasi membawa pengaruh
merugikan bagi islam dan umatnya. Karena itu, dua-duanya harus
dihilangkan.Baginya, pemikiran Nurcholis Majid itu memang dapat
menimbulkan dampak positif untuk membebaskan umat dari
kebodohan.Namun penggunaan istilah sekularisasi itu cukup
mengecewakan banyak pihak karena istilah itu sendiri tidak berlaku
dalam Islam dan hanya tumbuh dan berlaku dalam kehidupan barat
dan Kristen.
Rasjidi berkesimpulan bahwa gagasan Nurcholis tentang sekularisasi
itu salah sebagaimana dikatakan sekulerisasi bagi Nurcholis
menganggap dunia sebagai arena kegiatan manusia tidak ada yang
tabuh dan tidak ada yang sacral. Maka Rasjidi mengatakan paham ini
adalah paham yang salah dan akan mneyebankan akibat-akibat yang
sangat besar dan tidak kita harapkan. Dengan singkat Rasjidi
menyimpulkan bahwa Nurcholis telah melakukan kesalahan dalam
jalam pikirannya.Sekulerisasi yang ditetapkan Nurcholis dalam
gambarannya tentang Islam tidak dikenal.Segala persoalan sekulerisasi
adalah dalam kontes kebudayaan barat.
6. M.Amien Rais
Menurutnya sekulerisme semakin terdesak dan bilamana dicoba
diterapkan didunia muslim, tesis ini runtuh dengan sendirinya. Bahkan
ditegaskan bahwa Islam dan sekulerisme merupakan dua hal yang
antagonistis.Islam bangkit dari Iman kepada Allah SWT, sementara

21
sekulerisme berangkat dari sikap tidak peduli kepada iman dan
Tuhan.Bagi Islam semua perbuatan manusia tidak saja harus
dipertanggungjawabkan didunia, melainkan juga dihadapan Allah
SWT, dihari pengadilan.Sebaliknya sekulerisme tidak pernah
menghubungkan perbuatan manusia didunia ini, dengan
pertanggungjawaban dihari kemudian. Dengan kata lain, apa yang
dianggap oleh Islam sebagai alat atau sarana, oleh sekulerisme
dipandang sebagai tujuan akhir.

22
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas makan dapat di


simpulkan bahwa sekulerismeadalah sebuah konsep yang memisahkan antara
negara dan agama (state and religion). Yaitu, bahwa negara merupakan
lembaga yang mengurusi tatatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak
ada hubungannya dengan yang berbau akhir.
Sementara sejarah munculnyasekularisme sebenarnya merupakan bentuk kekecewaan
(mosi tidak percaya) masyarakat Eropa kepada gereja sekitar abad 15, karena
dominasi sosio-ekonomi dan cultural dan tindakan refresi terhadap penggunaan
sain dan ilmu pengetahuan di luar gereja.
Sedangkan inti ajaran dari sekulerisme mencakup Penidak-keramatan
alam, Desakralisasi Politik dan Dekonsekrasi Nilai. Di sisi lain bahwa
sekularisme masuk dan berkembang di Indonesia melalui penjajahan Belanda,
setelah ratusan tahun Belanda menduduki Indonesia, baik secara langsung
ataupun tidak langsung Belanda telah melakukan berbagai perubahan mendasar
dan memporak-porandakan sistim sosial, agama serta pendidikan di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka sistem ini terus diminati dan berkembang hingga saat ini.
Salah satu wujud nyata faham tersebut dapat kita lihat dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003, pada Bab
VI tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15
yang berbunyi:
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
advokasi, keagaman, dan khusus.
Dari pasal di atas tampak jelas bahwa adanya dikotomi pendidikan
antara pendidikan agama dan pendidikan umum, dan hal ini pula yang penulis
simpulkan bahwa paham sekularisme ini juga telah masuk ke-ranah pendidikan.

23
Demikianlah makalah singkat yang dapat penulis disajikan, mudah-
mudahan akan bermanfaat kepada semua pembaca dan akan menjadi bahan
pertimbangan untuk mewujudkan sebuah pendidikan yang lebih baik di masa yang
akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ishomudin, 2002 Pengantar Sosiologi Agama Jakarta : PT Ghalia Indonesia-UMM Press

Suadi Putro, 1998: Muhammad Arkoun ;Islam dan Modernitas, Jakarta ; Paramadina

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=359149&val=7469&title=Sekularisme:
%20Ajaran%20Dan%20Pengaruhnya%20%20Dalam%20Dunia%20Pendidikan

https://zakiracut.wordpress.com/2011/12/23/sekularisme-dalam-catatan-sejarah/

25

Anda mungkin juga menyukai