Anda di halaman 1dari 28

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PAI

DI KECAMATAN JATIBARANG
KABUPATEN INDRAMAYU
Oleh:
Ahmad Faozan
Dedeh Sukaesih
Muhammad Latuapo
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhibbin Syah, M.Ed

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Konsentrasi Supervisi Pendidikan Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2015
Pelaksanaan supervisi akademik oleh
pengawas PAI di Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Indramayu masih bersifat inspeksi
dan obyek utamanya adalah administrasi
REALITAS pembelajaran guru.
Pengawas juga hanya menggunakan teknik-
teknik supervisi konvensional, dan belum
menggunakan prosedur supervisi dengan
baik.
Supervisi akademik seharusnya bersifat
bantuan dan layanan profesional kepada guru
agar dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
KONDISI
IDEAL
direncanakan dapat tercapai. Sebagai
supervisor akademik, pengawas PAI
berkewajiban untuk membantu kemampuan
profesional guru agar dapat meningkatkan
mutu proses pembelajaran.
Hubungan Perilaku Pengawas, Perilaku Guru dan Perilaku
Siswa Menurut Alfonso

PERILAKU PERILAKU PERILAKU


PENGAWAS GURU SISWA
“Supervision is assistance
in the development of
better teaching learning
situation”

[Willes]
Aspek administratif hanya bersifat
penyehat (hygiene factors) bukan sebagai
motivation factor dalam pengembangan
profesi guru
[Herzberg]
Kualifikasi Akademik S1 PAI
Status Guru bersertifikat pendidik
Pangkat / Golongan Penata Tk. I / III / d
Tugas Mengawas Kec. Jatibarang 44 GPAI
Kec. Lelea 19 GPAI
Kec. Trisi 23 GPAI
Kec. Patrol 35 GPAI

Jumlah 121 GPAI

PROFIL PENGAWAS PAI KEC. JATIBARANG


KAB. INDRAMAYU
1. Intensitas Tatap Muka
JENIS KUNJUNGAN FREKUENSI

Kunjungan ke Sekolah (GPAI) 1X Dalam Sebulan

Kunjungan ke Sekolah Daerah 3 x dalam satu semester


Terpencil (UTS / UAS / UKK / US)

Kunjungan ke Sekolah (GPAI 2 x Dalam Sebulan


sebagai Pengurus KKG PAI)

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK


DI KEC. JATIBARANG KAB. INDRAMAYU
1. Intensitas Tatap Muka
Frekuensi kunjungan
tinggi

Motivasi dan
semangat kerja tinggi
minus pemahaman
konsep yang baik

• pemeriksaan kelengkapan
administrasi pembelajaran,
Terjebak dalam • disiplin guru dalam
kegiatan rutin dan pembuatan persiapan
mengajar,
spontan • pelaksanaan kegiatan rutin

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK


DI KEC. JATIBARANG KAB. INDRAMAYU
2. Teknik-teknik Supervisi yang Digunakan
 Teknik-teknik Konvensional yang
kurang efektif dalam pemberdayaan guru PAI

a. Pemberian teguran / nasihat dalam buku supervisi guru


/ buku tamu
b. Pertemuan dengan guru yang bermasalah
c. Pertemuan kelompok (rapat pembinaan dalam KKG PAI
Kecamatan)

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK


DI KEC. JATIBARANG KAB. INDRAMAYU
3. Prosedur Supervisi
Kegiatan supervisi Pendekatan Teknik Model
tidak melalui
prosedur supervisi directive individual
cooperative
professional
development (CPD)
yang baik. Kegiatan
supervisi Non directive kelompok
individualized
professional
development (IPD),
dilaksanakan
sebagai kegiatan collaborative clinical supervision,

rutin tanpa
dukungan program informal
supervision,

yang realistik.
supportive
supervision

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK


DI KEC. JATIBARANG KAB. INDRAMAYU
TANGGUNG TINGGI SEDANG RENDAH
JAWAB SISWA
TANGGUNG RENDAH SEDANG TINGGI
JAWAB GURU
PANDANGAN HUMANISTIC COGNITIVISTIC BEHAVIORISTIC
PSIKOLOGI
BELAJAR
METODE INQUIRY EXPERIMENT CONDITIONING
BELAJAR

TUGAS & TANGGUNG JAWAB SISWA DAN


GURU DALAM BELAJAR (GLICKMAN, 1981)
TANGGUNG TINGGI SEDANG RENDAH
JAWAB GURU
TANGGUNG RENDAH SEDANG TINGGI
JAWAB
PENGAWAS
PANDANGAN NON DIRECTIVE COLLABORA DIRECTIVE
SUPERVISI TIVE
METODE SELF MUTUAL DELINEATED
SUPERVISI ASSESSMENT KONTRAK STANDARS

PERILAKU PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN


SUPERVISI (GLICKMAN, 1981)
Gambaran Batas-batas Kewenangan yang
Dijalankan oleh Guru dan Pengawas
(Glickman, 1981)
Tabel Perilaku Pendekatan Supervisi
Gambar Pemilihan Pendekatan Supervisi
Berdasarkan Tingkat Abstraksi dan Motivasi Guru
Ciri-ciri Guru Drop-Out
Ciri-ciri Guru Unfocused Worker
Ciri-ciri Guru Profesional
Allan Glatthorn (1984) mengajukan model supervisi kerja sama
pengembangan profesi dalam mensupervisi guru. Model ini diperankan oleh
guru secara kolegial yang bersepakat bekerja sama dalam meningkatkan
kemampuan profesionalnya. Di Indonesia model CPD ini lebih dikenal dengan
istilah continues professional development dengan entry point utamanya
adalah MGMP dan KKG.
Banyak bentuk kerjasama pengembangan profesional yang dapat dipilih
tergantung kepada pengawas yang disepakati bersama guru-guru dalam tim
CPD seperti: (1) supervisi klinis secara bergantian, (2) diskusi tentang
inovasi-inovasi pembelajaran, (3) saling mengunjungi, dan (4) sharing
mengatasi masalah pembelajaran. Model ini memberi peluang bagi guru-guru
saling memberi umpan balik secara informal dan mendiskusikan isu-isu
pembelajaran.

MODEL SUPERVISI
COOPERATIVE PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD)
Model IPD diperuntukkan bagi guru yang profesional dengan tingkat komitmen
yang tinggi. Model ini lebih menekankan pada: (a) kesadaran guru
mengembangkan profesinya, (b) menuntut guru bekerja sendiri memikul
tanggung jawab pengembangan profesionalnya baik melalui studi lanjut,
meneliti, mengadakan kunjungan ke sekolah lain (studi banding), tekun
mengikuti seminar, tekun menulis dan meneliti maupun kegiatan lainnya. Guru
yang cocok dengan model IPD ini adalah mereka yang mampu
mengembangkan profesinya secara mandiri dengan menyusun rencana
tahunan kegiatan (program). Glickman (1990) menegaskan bahwa guru yang
tepat dengan model ialah guru yang memiliki level abstraksi dan level
komitmen yang tinggi. Menurut Abdul Kadim Masaong (2013) model ini sangat
tepat diterapkan di Indonesia dengan alasan rasio antara guru dan pengawas
yang sangat tinggi.

MODEL SUPERVISI
INDIVIDUALIZED PROFESSIONAL DEVELOPMENT (IPD)
Supervisi klinis diartikan pertemuan tatap muka antara supervisor dan guru,
membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan
pembelajaran dan pengembangan profesi dengan cara
kolegial atau kesejawatan antara supervisor dan guru (Sergiovanni, 1979).
Supervisi klinis adalah suatu teknologi perbaikan pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, dan memadukan kebutuhan sekolah dengan pertumbuhan
personal (Snyder & Anderson dalam Sagala, 2010). Cogan (dalam Sagala,
2010) mengartikan supervisi klinis sebagai upaya yang
dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru
di kelas dengan tujuan untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan
pengajaran.

MODEL CLINICAL SUPERVISION


Model ini dilakukan dengan cara spontanitas dan tidak terprogram sehingga
lebih bersifat informal oleh supervisor. Supervisi ini secara tidak sengaja
dilakukan sambil lalu oleh supervisor pada saat guru sedang mengajar atau
praktikum di laboratorium. Sifatnya sangat singkat dan informal dengan tidak
menggunakan instrumen penilaian. Model ini tidak melalui perjanjian dan
kunjungan yang tidak melalui pemberitahuan terlebih dahulu.

MODEL INFORMAL SUPERVISION


Supportive supervision merupakan salah satu model dengan cara
supervisor dan guru bekerja sama mengukur dan memaksimalkan
kinerja guru. Tidak seperti supervisi lainnya yang berpusat pada
perilaku guru dalam pembelajaran, supportive supervision berpusat pada
perilaku peserta didik, sikap dan hasil belajar peserta didik dianalisis
untuk dikembangkan. Supportive Supervision menekankan pada upaya
supervisor dan guru-guru memberikan penilaian secara efektif dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebagai sasaran akhir dari
kegiatan supervisi secara menyeluruh.

MODEL SUPPORTIVE SUPERVISION

Anda mungkin juga menyukai