Annisa Hasanah
Annisa Hasanah
Ini ceritaku..
Ketika berumur yang sekarang ini aku makin ngerasa aneh, makin ngerasa di kekang. Padahal aku
udah dewasa, tau mana yang baik dan mana yang buruk.
Diasaat aku melakukan kesalahan yang tak seberapa besarnya, orang tuaku merasa bahwa
kesahalanku itu kesalahan yang sangat fatal. Disaat itu pula orang tuaku menelponku dari jarah yang
sangat jauh. Bunyi telponku berdering, dan segera aku mengangkatnya. Belum sempat aku
mengucapkan sepatah kata pun, namun Ayahku langsung mengucapkan kata-kata yang kasar.
Ayah: Kamu mau jadi apa besar nanti? (Dengan nada seperti orang marah)
Ayah: Jawab pertanyaan Ayah! Apakah kamu tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaan Ayah?!
Aku: Icha tau Icha salah, tapi Ayah tau apa kemauan Icha? Apa Ayah tau apa yang sedang Icha
rasakan? (Sambil menangis terisak-isak)
Aku langsung mengakhiri pembicaraan di telpon itu. Rasanya sakit ketika mendengar caci maki
seorang Ayah yang tidak pantas di ucapkan. Bagaikan teriris pisau, sakit banget. Aku langsung
terbaring di tempat tidurku, sambil menangis terisak-isak dan membayangkan ucapan kata-kata yang
kasar itu.
Disitu aku merasa benci kepada Ayahku sendiri, tapi aku sadar bahwa beliaulah yang embesarkan,
merawat, menyekolahkan dan paling banyak berkorban untukku.
Akupun terus menangis bagai derasnya air sungai yang mengalir tanpa henti, dan sampai aku
tertidur pulas........
Kelas: XI IIS 1
Terima Kasih,