Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

RESPIRASI PADA KANGKUNG DAN RIMPANG JAHE

 
DISUSUN OLEH:

1. M.Ilham C. (18)
2. Nur Husein N. (25)
3. Satrya GD. (31)
4. Zefanya MMHU. (36)

 
 
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 CIMAHI
Jalan Kihapit Barat No. 323, Leuwigajah,Kec. Cimahi Selatan,
Kota Cimahi, Jawa Barat 40532
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

 
1. PENDAHULUAN

➢ Judul
Respirasi Pada Kangkung Dan Rimpang Jahe

➢ Tujuan
Mengamati Kadar Karbondioksida Pada Dan Respirasi Aerob Pada
Tumbuhan Kangkung Dan Rimpang Jahe

➢ Teori
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia
(Handoko & Rizki, 2020). Respirasi merupakan salah satu proses metabolisme primer, di
mana proses ini merupakan proses esensial bagi kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya
metabolisme primer, suatu organisme akan terganggu pertumbuhan, perkembangan, serta
reproduksinya, dan akhirnya mati (Novitasari, 2017).

Mahluk hidup memerlukan respirasi untuk mempertahankan hidupnya, begitu pula pada
tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan energi kimiawi menjadi
energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Pada siang hari, laju proses
fotosintesis yang dilakukan tumbuhan sepuluh kali lebih besar dari laju respirasi. Hal itu
menyebabkan seluruh karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi akan digunakan untuk
melakukan proses fotosintesis. Respirasi yang dilakukan tumbuhan menggunakan sebagian
oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis, sisanya akan berdifusi ke udara melalui daun
(Handoko & Rizki, 2020).

Pentingnya proses respirasi seluler pada seluruh bagian penyusun tubuh tumbuhan maupun
tipe-tipe jaringan yang berbeda pada tumbuhan juga tidak terlepas dari kompleksnya sistem
atau mekanisme yang terjadi. Semuanya telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT
sehingga dapat terlaksana dengan teratur. Sesuai firman-Nya dalam Al-Quran surah Al-Mulk
ayat 3 yang berbunyi:

Artinya “Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah
kamu lihat sesuatu yang cacat?”

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan sempurna dalam keadaan
seimbang seperti halnya pada respirasi seluler. Tumbuhan melakukan respirasi seluler
sehingga dapat melangsungkan kehidupannya dan diatur dalam keadaan aerobik yang
membutuhkan substrat serta menghasilkan produk yang telah disesuaikan dengan
kebutuhannya sesuai dengan tipe-tipe jaringan tempat berlangsungnya proses respirasi
tersebut. Kompleksitas ini berjalan secara teratur dan seimbang sesuai porsinya, oleh karena
itu penting untuk mengkaji lebih lanjut terkait dengan bagaimana pengaruh tipe jaringan
tumbuhan terhadap laju respirasi sehingga kita dapat lebih memahami terkait dengan peran
dan mekanisme respirasi seluler bagi tumbuhan dan diharapkan dapat meningkatkan
keimanan kita kepada Allah S.W.T. serta sebagai bentuk usaha kita dalam memujinya
melalui pengkajian terhadap ciptaan-Nya

➢ Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Botol air mineral bening (3 buah)


2. Benang (1 buah)
3. Kain kasa (2 lembar)

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Rimpang Jahe (Zingiber officinale) ( (Secukupnya)


2. Daun kangkung (Ipomoea aquatica) (Secukupnya)
3. Air Kapur (CaCO3)(Secukupnya)

➢ Langkah Kerja

  Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:

1. Diisi masing-masing botol dengan air kapur jernih sebanyak ¼ bagian dari
botol.
2. Diberi masing-masing botol label sesuai bahan yang akan dimasukkan setelah
itu ditutup botol tersebut dengan rapat.
3. Disiapkan rimpang temu-temuan yaitu rimpang jahe dan daun kangkung,
kemudian dibungkus masing-masing bahan tersebut dengan kain kasa.
Volume bahan yang dibungkus sesuaikan dengan lubang mulut botol, agar
bisa masuk ke dalam botol.
4. Botol 1 dan 2 diisi dengan bahan bagian tumbuhan yang telah dibungkus kain
kasa. Khusus botolke 3 hanya diisi air kapur (sebagai kontrol).
5. Dibuka masing-masing botol 1 dan 2, kecuali botol 3.
6. Diikat bungkusan bahan tersebut dengan benang, dan dimasukkan ke dalam
botol dalam keadaan tergantung di atas permukaan air kapur. Bungkusan
bahan jangan terendam air kapur, diusahakan ada jarak dengan permukaan air
kapur paling tidak 2 cm.
7. Ujung benang lainnya diikatkan di leher botol, dan semua bungkusan bahan
dimasukkan
ke dalam botol. Setelah itu ditutup rapat botol tersebut.
8. Setelah 24 jam diamati air kapur, dan dibandingkan tingkat kekeruhan air
kapur pada
seluruh botol (1,2, dan 3)Botol dengan air kapur paling keruh diberi tanda
positif
(+) dengan jumlah (+) paling banyak. Semakin bening air kapur, tanda (+)
semakin
sedikit.
9. Diulangi pengamatan,setelah 48 jam, dan diberi catatan tingkat kekeruhan air
kapur. Pengamatan dapat ditambah pada 72 jam.
10. Dibandingkan tingkat kekeruhan pada seluruh botol dengan jenis jaringan
yang berbeda
(jaringan meristematik dan jaringan penyimpan cadangan makanan seperti
rimpang).
11. Coba tiup air kapur bening dengan menggunakan sedotan, dan
diamati hasilnya.
12. Dilakukan pencatatan dan dibuat tabel hasil pengamatan.

 
 
2. HASIL PENELITIAN

➢ Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:

Bahan Pengamatan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

Rimpang jahe + ++ ++++

Kangkung +++ +++ ++++

Air Kapur + + +

Keterangan:
Jernih = +
Cukup keruh = ++
Keruh = +++
Paling keruh = ++++

➢ Gambar
➢ Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan di atas, telah dilakukan pengamatan perubahan warna
pada air kapur dalam botol yang diisi oleh berbagai macam jaringan tumbuhan selama 3 hari
(72 jam). Terdapat perbedaan tingkat kekeruhan dari waktu ke waktu maupun pada tiap
jaringan. Oleh karena itu, didapatkan bahwa tipe jaringan tumbuhan mempengaruhi respirasi
seluler pada tanaman.

Botol 1 yang berisi rimpang jahe (Zingiber officinale) sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan, menunjukkan terjadi perubahan tingkat kekeruhan sampai dengan hari ketiga
pengamatan. Pengamatan selama 24 jam pertama tidak begitu menimbulkan perubahan yang
signifikan terhadap tingkat kekeruhan. Pengamatan selama 48 jam mulai menunjukkan
penambahan tingkat kekeruhan menjadi cukup keruh, puncak perubahan yaitu terjadi pada 72
jam pengamatan, terjadi perubahan air kapur pada botol menjadi paling keruh dan ditemukan
adanya endapan yang sangat banyak di dasar botol.

Botol 2 yang berisi kuncup bunga Melastoma malabathricum mengalami perubahan yang
cukup signifikan sejak hari pertama pengamatan, air kapur yang semula jernih menjadi keruh
pada 24 jam pertama. Pengamatan selama 48 jam menunjukkan perubahan yang tidak terlalu
jauh seperti pada 24 jam pertama, sehingga cukup sulit untuk diamati. Pada 72 jam
pengamatan ternyata ditemukan adanya endapan yang cukup banyak di dasar botol sehingga
terjadi perubahan tingkat kekeruhan dari keruh menjadi paling keruh.

Botol 3 yang berisi pucuk daun Melastoma malabathricum merupakan botol yang paling
tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pada 24 jam pertama pengamatan tidak terjadi
perubahan tingkat kekeruhan pada air kapur. Pengamatan pada 48 jam menunjukkan terjadi
sedikit perubahan pada air kapur, air kapur yang semula jernih menjadi cukup jernih. Pada 72
jam pengamatan juga tidak terjadi perubahan pada kekeruhan air kapur, akan tetapi masih
dapat dijumpai endapan di dasar botol dalam jumlah yang sedikit.

Perubahan warna pada air kapur dalam botol disebabkan oleh reaksi kimia yang terjadi antara
air kapur dan CO2 sebagai produk yang dihasilkan dari respirasi seluler pada tumbuhan,
endapan di dasar botol menyebabkan perubahan tingkat kekeruhan pada air kapur, hal ini
didukung oleh penelitian Masyhuri et al., (2013), larutan Ca (OH)2 disebut air kapur dan
merupakan basa dengan kekuatan sedang. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan
berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan tersebut
menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena mengendapnya kalsium karbonat.

Adapun reaksi kimia yang terjadi menurut Nikulshina et al., (2006) yaitu sebagai berikut:

Ca(OH)2+CO2→CaCO3+H2OCa(OH)2+CO2→CaCO3+H2O
Berdasarkan pemaparan di atas, ditemukan bahwa kangkung merupakan jaringan yang
memiliki laju respirasi yang paling tinggi di antara jaringan yang lainnya, hal ini disebabkan
oleh jaringan tersebut merupakan jaringan muda yang sedang dalam tahap perkembangan,
sehingga laju respirasi yang terjadi juga akan semakin meningkat. Pernyataan ini didukung
oleh penelitian Handoko & Rizki (2020), yang menyatakan bahwa laju respirasi salah satunya
dipengaruhi oleh umur tumbuhan, tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua. Pada rimpang, laju respirasi yang cukup tinggi
disebabkan oleh tersedianya substrat, seperti pernyataan Handoko & Rizki (2020), bahwa laju
respirasi dipengaruhi oleh ketersediaan substrat.Pucuk daun kangkung juga merupakan
jaringan meristematik yang aktif. Pada dasarnya, jaringan muda akan memiliki laju respirasi
yang lebih tinggi sesuai dengan Garmash (2018) bagian daun yang aktif secara meristematik
memiliki tingkat respirasi dan produksi panas tertinggi. Respirasi pada daun muda lebih
tinggi ketimbang daun yg sudah tua. Respirasi pada daun menurun seiring bertambahnya
umur, yang mana disebabkan oleh penurunan jumlah jaringan yang aktif secara meristematik,
menurunnya aktivitas metabolik, dan proses-proses pertumbuhan yang sudah tercapai/selesai.
Akan tetapi, berdasarkan hasil pengamatan, pucuk daun memiliki laju respirasi yang paling
rendah dibandingkan bagian tumbuhan yang lain, hal ini serupa dengan pernyataan Garmash
(2018) bahwa terdapat perbedaan dalam literaturliteratur yang ada yang disebabkan oleh
bentuk kehidupan dan strategi pengembangan tanaman yang berbeda.

4. PENUTUP

➢ Kesimpulan
Respirasi seluler merupakan salah satu proses yang sangat penting bagi tanaman karena berperan dalam
menghasilkan energi untuk keberlangsungan hidup tumbuhan. Tumbuhan melakukan respirasi seluler
yang dibuktikan dengan perubahan warna pada air kapur menjadi lebih keruh akibat adanya reaksi
antara karbon dioksida dengan air kapur hingga membentuk endapan kalsium karbonat yang
menyebabkan keruhnya air kapur yang semula jernih. Selain itu, perbedaan tipe jaringan juga
mempengaruhi tingkat kekeruhan yang artinya perbedaan tipe jaringan meristematik maupun jaringan
penyimpanan cadangan makanan menghasilkan konsentrasi produk respirasi berupa CO2 yang
berbeda pula. Kecambah memiliki perubahan yang paling signifikan, kemudian disusul oleh kuncup
bunga, rimpang dan terakhir yaitu pucuk daun. Perbedaan ini disebabkan oleh usia, keaktifan jaringan
dan ketersediaan substrat.

➢ Daftar Pustaka
https://informasains.com/edu/post/2021/10/laporan-praktikum-fisiologi-
tumbuhan-respirasi-tumbuhan/

Anda mungkin juga menyukai