MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN BELAJAR
Y AN G E F E K T I F
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR
YANG EFEKTIF
Pendahuluan
Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga
sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya penempatan alat bantu
belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa memiliki jarak yang relatif sama dalam
mengaksesnya daripada alat tersebut ditempatkan di salah satu pojok ruangan.
Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika (keindahan)
juga perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan pandang/sentuh siswa
agar mereka benar-benar memperoleh manfaat dari pemajangan hasil karya tersebut.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu:
1. mengelola kelas untuk mendorong pembelajaran kontekstual;
2. mengelola hasil karya siswa menjadi pajangan dan sumber belajar bersama.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
63
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Pertanyaan Kunci
Bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa aktif?
Petunjuk Umum
1. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendorong terlaksananya pembelajaran kontekstual
yang melatih kecakapan berpikir dan bekerja baik secara individu maupun kelompok.
2. Pemajangan dan Pengelolaan Hasil Karya Siswa menjadi sumber belajar bersama yang
dapat digunakan untuk bahan praktik presentasi yang baik, mendiskusikan berbagai jenis
karya siswa, dan mengelolanya sebagai sumber belajar yang diatur sebagai pajangan di
dalam atau di luar kelas, dan memamerkannya dalam perpustakaan hasil karya siswa atau
portofolio.
1. Presentasi Unit 3
2. Film wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang mengembangkan pembelajaran
kooperatif, memajangkan dan mengelola karya siswa sebagai sumber belajar, dan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
3. Film wawancara dengan siswa yang hasil karyanya diportofoliokan sendiri
4. Handout Peserta 3.1: Seting Kelas
5. Handout Peserta 3.2: Pemajangan dan Pengelolaan Hasil Karya Siswa
6. Handout Peserta 3.3: Mengidentifikasi Masalah dan Mencari Alternatif Solusi
7. Informasi Tambahan 3.1: Menata Kelas yang Dinamis dan Variatif
8. Informasi Tambahan 3.3: Mengembangkan Portofolio Siswa sebagai Sumber Belajar
9. ATK: kertas flipchart, spidol, plester
Waktu
Waktu yang digunakan untuk menyampaikan sesi ini adalah 120 menit. Perincian alokasi
penggunaan waktu tersebut dapat dilihat pada setiap tahapan dari sesi ini.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
64
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
ICT
Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini bukan merupakan keharusan tetapi kalau
memungkinkan dapat disediakan:
1. Proyektor LCD
2. Laptop atau personal computer untuk presentasi
3. Layar proyektor LCD (Dinding putih dapat digunakan)
Namun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia.
Fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau dengan
menggunakan kertas flipchart.
Energizer
Anda dapat menggunakan energizer berikut ini pada awal sesi, yaitu permainan penulisan
lingkaran.
Pesan utama dari Energizer di atas adalah guru dalam mengajar sering berkutat pada hal-hal
yang biasa terjadi atau masuk zona aman termasuk dalam hal mengatur lingkungan kelas.
Guru cenderung kurang berani mencoba sesuatu yang inovatif, keluar dari kebiasaan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
65
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Ringkasan Unit 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
66
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
35’
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
67
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
C
Connection (15 menit)
(1) Lakukan curah pendapat dengan memberikan pertanyaan kepada peserta: bagaimana
menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Jawaban ditulis di kertas post it
(2) Kumpulkan jawaban-jawaban para peserta dengan cara ditempel.
(3) Fasilitator menjelaskan dua tugas yang akan dibahas oleh peserta dalam penyajian unit
ini. Tunjuk satu orang koordinator di setiap kelompok mapel untuk mengorganisasi
pembagian tugas kelompok dalam kelompok kecil. Tugas-tugas tersebut dapat dilihat
pada Catatan untuk Fasilitator berikut ini.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
68
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Fasilitator sebaiknya tidak terlalu lama dalam memberikan penjelasan kedua tugas.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau memberikan komentar
tentang tugas yang akan dibahas untuk lebih memahami yang akan dikerjakan.
A
Application (90 menit)
(1) Peserta bekerja dalam kelompok mapel. Setiap kelompok mapel terdiri atas tiga
kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil membahas: Handout Peserta 3.1: Seting
Kelas, dan Handout Peserta 3.2: Pemajangan dan Pengelolaan Hasil Karya Siswa. Selain
itu kelompok kecil juga mengerjakan identifikasi masalah dan mencari alternatif solusi
(Handout Peserta 3.3).
(2) Di dalam kelompok kecil peserta membahas lembar kerja secara berkelompok kecil
terlebih dahulu selama 20 menit. Kemudian selama 15 menit peserta menyatukan
hasilnya ke dalam kelompok mapel untuk dipresentasikan ke kelompok lain untuk
mendapatkan masukan.
(3) Hasil kelompok mapel dipajangkan sesuai tempat yang disediakan.
(4) Setelah pemajangan, peserta menonton dua film, (1) film wawancara dengan kepala
sekolah dan guru yang mengembangkan pembelajaran kooperatif, memajangkan dan
mengelola karya siswa sebagai sumber belajar, dan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, (2) film wawancara dengan siswa yang hasil karyanya diportofoliokan
sendiri.
R
Reflection (5 menit)
(1) Fasilitator meminta peserta untuk mengecek apakah tujuan dari sesi ini telah tercapai
atau belum.
(2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
E
Extension
Identifikasi pengeloalaan kelas untuk mendorong siswa belajara secara aktif.
Pengelolaan karya siswa ke dalam pajangan harus terus dilakukan untuk memotivasi siswa
belajar
Pemanfaatan hasil karya siswa sebagai sumber belajar akan memicu siswa untuk berbuat
lebih baik.
Pesan Utama
Menciptakan lingkungan belajar yang efektif sangat diperlukan terutama untuk menciptakan
pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif. Banyak dampak positif yang diberikan seperti
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan lebih mudah, memotivasi peserta, menciptakan
iklim belajar yang kondusif, dan lain sebagainya. Sumber belajar tidak harus mahal dan rumit,
tetapi yang paling utama adalah cocok dengan pencapaian kompetensi dasar, Di samping itu
harus sederhana, murah, mudah diperoleh, dan mudah digunakan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
70
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Contoh letak perabot untuk 40 siswa yang biasanya digunakan di dalam kelas.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
71
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Jenis
Jenis Kegiatan Pembelajaran
Pengelolaan
Klasikal
Kelompok
Individual
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
72
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
2 Kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan
pemanfaatan ICT dan
perpustakaan di kelas
dalam rangka
meningkatkan minat
baca siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
73
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karya siswa yang
dapat dijadikan sumber
belajar?
2 Bagaimana memanfaatkan
karya siswa menjadi
sumber belajar?
3 Bagaimana
mengembangkan karya
siswa menjadi portofolio?
4 Apa saja karya siswa yang
akan dipajang?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
74
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Seting Kelas 1. 1.
2.
3.
Pajangan Karya
Siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
75
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu
bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil
sebagai variasi. Dekorasi interior kelas juga perlu dirancang sehingga peserta didik menjadi
betah.
Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi kelas dalam kerangka mendukung
penerapan pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif (Melvin L. Silberman, 1996). Setting
atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen,
namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika Anda memilih melakukannya,
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
76
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
mintalah siswa untuk membantu memindahkan meja kursi. Hal itu juga membuat mereka
”aktif”. Tata-letak fisik kelas pada umumnya sifatnya sementara ”tentatif”, fleksibel dan
realistis. Artinya guru dapat saja mengadakan perubahan setiap saat sesuai dengan keperluan
dan kesesuaian dengan materi ajarnya. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang
kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa
formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik.
1. Formasi Huruf U
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat
guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan
langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada
peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk dan berjalan ke berbagai arah dengan
seperangkat materi. Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai berikut:
Selain model di atas, formasi U berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari
tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
77
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada peserta
didik yang membelakangi papan tulis.
3. Meja Konferensi
Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini
dapat mengurangi peran penting peserta didik.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
78
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa
tertutup seperti tampak pada gambar berikut:
4. Formasi Lingkaran
Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk
melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi
kelompok penuh.
Jika guru menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, hendaknya
digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang peserta didik. Guru dapat
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
79
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
menyuruh peserta didik memutar kursi-kursinya melingkar ketika guru menginginkan diskusi
kelompok.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
80
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
8. Susunan Chevron
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar
aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia beberapa
meja, barangkali guru perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V
mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan
untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus
ada pada pusat tanpa jalan tengah., seperti tampak pada gambar berikut:
9. Kelas Tradisional
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja kursi,
guru dapat mencoba mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan memungkinkan
penggunan teman belajar. Guru dapat mencoba membuat nomor genap dari baris-baris
ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-
baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi
panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
81
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Format atau setting kelas ini banyak digunakan di lembaga pendidikan manapun
karena paling mudah dan sederhana. Tetapi secara psikologis, bila digunakan sepanjang masa
tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis peserta didik seperti
merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama peserta didik tidak
pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat punggung temannya sepanjang
tahun dalam belajar. Meskipun demikian tidak berarti format kelas seperti ini tidak bisa
digunakan untuk pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif, tentu hal ini tergantung
bagaimana guru menciptakan suasana belajar aktif dengan strategi yang tepat. Berikut ini
tampak gambar/ formasi kelas tradisional:
10. Auditorium/Aula
Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang
kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk
belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan
peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika
sebuah kelas tempat duduk mudah dipindah-pindah, maka guru dapat membuat bentuk
pembelajaran ala auditorium untuk dapat membuat hubungan lebih erat dan memudahkan
peserta didik melihat guru.
Demikian beberapa alternatif setting kelas terkait formasi meja dan kursi serta ruang
belajar yang dapat dipilih guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
82
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
yang digambarkan di depan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat
dirubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.
Disamping formasi kursi dan meja, setting kelas juga terkait dengan penempatan
pajangan hasil karya, portofolio peserta didik, pojok baca, tugas sarapan pagi, dan sejenisnya
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menciptakan suasana yang mengesankan
dan mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam praktik pembelajaran dan pengelolaan kelas (classroom management) di
Indonesia, sejak tahun 2006, beberapa lembaga pendidikan telah menerapkan inovasi baru
yakni model pembelajaran moving class. Moving class adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa berpindah dari kelas yang satu ke kelas lain pada setiap kali pergantian
pelajaran, sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang harus ditempuh pada hari tersebut.
Sedangkan Preslysia (2007) mengartikan moving class sebagai sistem belajar mengajar
bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Menegaskan pengertian
tersebut, Sunarto, seorang praktisi pendidikan yang telah mengelola model ini selama kurang
lebih dua tahun mengatakan bahwa moving class adalah pola perpindahan kelas
(rombongan belajar) dari ruangan mapel satu ke ruangan mapel lainnya atau ke
suatu lingkungan belajar yang dilaksanakan pada setiap pergantian pelajaran
dengan posisi guru berada pada ruangan mapel atau lingkungan belajar yang
menjadi tanggung jawabnya (Sunarto, 2007:6). Moving class bertujuan untuk
menciptakan susana pembelajaran yang dinamis dan kondusif bagi peserta didik sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Lebih dari itu, dalam kerangka penerapan
strategi pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif dengan segala variasinya, guru juga
sangat dianjurkan melaksanakan proses pembelajaran di luar kelas atau lingkungan tertentu
seperti out door atau outbond dalam konteks masih relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditetapkan. [].
Referensi:
1. Ismail SM, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (Semarang: Rasail & LSIS, Cet ke-9, 2011).
2. Melvin L. Silberman, Active Learning:101Strategies toTeach Any Subject, (Boston: Allyn and
Bacon, 1996).
3. Sunarto, “Upaya Mendinamisasikan Kegiatan Pembelajaran di SMP Negeri 2 Boyolali Melalui
Moving Class”, Karya Tulis diajukan dalam rangka pemilihan kepala sekolah berprestasi
tingkat nasional tahun 201.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
83
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan portofolio siswa, antara
lain:
1. Guru dapat menggunakan asesmen portofolio untuk mengukur sejauh mana kemampuan
siswa dalam mengkonstruksi dan merefleksikan suatu pekerjaan/tugas/karya dengan
mengoleksi atau mengumpulkan bahan yang relevan dengan tujuan. Siswa dapat berkreasi
dalam mengkonstruksi tugas sesuai dengan keinginannya.ehingga hasil konstruksi dapat
dinilai dan dikomentari guru.
2. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan paling sedikit dua kali. Artinya jika dalam
pengerjaan awalnya terdapat kesalahan, maka siswa diberi kesempatan untuk membuat
revisi tugas tersebut. Seseorang yang telah mengerjakan tugas yang sama beberapa kali
akan mengetahui bahwa usaha yang dilakukannya cenderung menjadi lebih baik, sejalan
dengan perbaikan yang dilakukannya. Hal ini akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri
pada siswa bahwa dia mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
3. Pengumpulan dan asesmen dilaksanakan berkelanjutan terhadap pekerjaan siswa sebagai
fokus sentral kegiatan pembelajarannya.
4. Portofolio digunakan secara terus menerus bukan hanya dilaksanakan pada akhir periode
atau pada waktu-waktu tertentu. Portofolio merupakan kegiatan yang mengikutsertakan
siswa secara aktif dalam mengumpulkan pekerjaan (dokumen-dokumen) mereka untuk
menyakinkan supervisor, guru dan orang tua siswa, bahwa sesuatu yang baik telah
berlangsung di dalam kelas.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
84
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
seni visual (melukis, pahatan, puisi), (8) refleksi diri dan ceklis, (9) hasil-hasil kelompok, (10)
bukti kecakapan sosial, (11) bukti kebiasaan dan sikap kerja, (12) catatan anekdot, laporan
naratif, (13) hasil-hasil tes baku, (14) foto, sketsa otobiografi, dan (15) kinerja.
Sedangkan Nur (2003: 10) dalam makalahnya memberikan daftar singkat item-item yang
terdapat pada portofolio yaitu (1) tabel isi, (2) tulisan atau catatan yang diambil dari buku
catatan siswa atau jurnal sains siswa, (3) ulangan harian, (4) asesmen kinerja, (5)
pengorganisasi grafis, seperti peta konsep, outline, atau diagram alir, (7) model asli buatan
siswa, (8) kegiatan-kegiatan pengembangan keterampilan proses, (9) lembar evaluasi-diri, (10)
gambar, foto, karya seni, (10) soal-soal, (11) rekaman video, rekaman audio, (12) data
eksperimen atau pengamatan, (13) karangan, (14) laporan tentang topik-topik sains, dan (15)
penelitian ilmiah.
Langkah pertama, adalah persiapan untuk menggunakan portofolio. Pedoman untuk ini
diberikan sebagai berikut.
a. Putuskan jenis portofolio apa yang akan digunakan. Apakah secara individu atau
kelompok.
b. Identifikasi tujuan dari portofolio.
c. Pilihlah kategori-kategori pekerjaan apa yang akan dimasukkan dalam portofolio.
d. Mintalah siswa memilih hal-hal yang akan dimasukkan dalam portofolio.
e. Putuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai dan dievalusi.
Dalam merencanakan penggunaan portofolio sebagai bagian dari proses penilaian jangan
mencoba terlalu banyak dengan suatu program portofolio. Sebaiknya dimulai secara perlahan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
85
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Langkah kedua, adalah mengatur portofolio.. Portofolio diatur dengan cara berikut ini.
a. Proses portofolio. Guru menjelaskan kepada siswa kategori contoh pekerjaan siswa yang
akan dimasukkan ke dalam portofolio.
b. Rubriks. Guru mengembangkan rubriks penilaian untuk menilai dan mengevaluasi
pekerjaan siswa.
c. Tugas-tugas. Siswa menyelesaikan tugas-tugas dan mengetahui bahwa beberapa atau
semua akan dimasukkan ke portofolio final. Semua tugas-tugas mungkin dapat
ditempatkan di portofolio.
d. Penilaian Diri. Siswa merefleksi dan menilai dirinya sendiri tentang kualitas dan kuantitas
pekerjaannya dan kemajuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah ketiga, adalah mengatur proses portofolio pada akhir dari pemberian nilai. Portofolio
harus lengkap, penilaian terhadap portofolio harus dibuat dan diorganisasi dalam suatu
representasi atau kerja kelompok.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
86
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
PRESENTASI UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
87
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
88
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
89
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
90
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
91
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
92
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
93
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
94
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
95
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
96
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
97
UN I T 4
PEMANFAATAN MEDIA
DALAM PEMBELAJARAN
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
UNIT 4
PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dalam kelas dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran. Bagi guru atau dosen, media membantu mengkonkretkan konsep atau
gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa atau mahasiswa, media
dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat
membantu tugas guru atau dosen dan siswa atau mahasiswa mencapai kompetensi dasar
yang ditentukan. Akan tetapi, seringkali media pembelajaran hanya menjadi alat
bantu guru atau dosen, dan jarang digunakan oleh siswa atau mahasiswa.
Agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru atau dosen perlu
mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
siswa atau mahasiswa tentang materi yang akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu
dikembangkan berdasarkan relevansi, kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa
atau mahasiswa. Guru atau dosen dapat berperan sebagai kreator yaitu menciptakan dan
memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi siswa atau mahasiswa.
Namun dalam pemanfaatannya di kelas, perlu ditekankan bahwa siswa atau
mahasiswalah yang seharusnya lebih banyak memanfaatkan media pembelajaran
tersebut.
Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan guru atau dosen sangat
bervariasi. Beberapa contoh media pembelajaran yang dimaksud adalah: foto, karikatur,
poster, koran, bagan, grafik, peta, benda model, permainan, slide, proyeksi komputer,
overhead transparansi, radio, televisi, lingkungan (fisik, alam, sosial, dan peristiwa).
Beberapa media, seperti media sederhana yang terjangkau, kadang perlu dikembangkan,
dimodifikasi, dikombinasikan dengan media lain, atau dicari alternatif media lainnya yang
juga relevan untuk membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Media dari alat dan bahan
sederhana seringkali menarik dan menantang karena dapat merangsang kreativitas guru
atau dosen dalam mengidentifikasinya dan siswa atau mahasiswa dalam menggunakannya.
Media sederhana dan terjangkau sangat disarankan meskipun media-media yang lebih
modern seperti komputer dapat dimanfaatkan jika tersedia.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
101
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Tujuan
Pertanyaan Kunci
Apa saja media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang mengaktifkan
siswa/mahasiswa?
Bagaimana merancang skenario pembelajaran yang memanfaatkan media sebanyak
mungkin oleh siswa/mahasiswa?
Petunjuk Umum
Unit ini mulai kegiatan ”Connection” sampai ”Extension” dilakukan pada kelompok
bidang studi atau mata pelajaran.
Media pembelajaran digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
siswa/mahasiswa sehingga terjadi proses belajar.
Bahan tercetak, alat peraga, bahan praktikum, alat praktikum, lingkungan, dan segala
sesuatu yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berfungsi sebagai media
pembelajaran.
Fokus unit ini adalah pemanfaatan media pembelajaran oleh siswa/mahasiswa
daripada oleh guru/dosen.
Pemanfaatan media pembelajaran yang bervariasi dapat menghidupkan suasana belajar,
memotivasi dan memudahkan siswa/mahasiswa dalam memahami dan membangun
konsep-konsep yang rumit, dan dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
102
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Waktu
Waktu yang digunakan untuk menyampaikan sesi ini adalah 120 menit. Perincian alokasi
pemanfaatan waktu tersebut dapat dilihat pada setiap tahapan dari sesi ini.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
103
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
ICT
Berikut ini adalah peralatan ICT yang harus disediakan, namun apabila tidak bisa
ditemukan di tempat pelatihan, fasilitator dapat menggantikannya dengan OHP atau kertas
flip chart.
Proyektor LCD
Komputer desktop atau laptop.
Layar proyektor LCD
Ringkasan Sesi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
104
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
I
Introduction (5 menit)
(1) Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan langkah-langkah kegiatan sesi ini.
(2) Latar belakang yang disampaikan berfokus pada:
(a) media pembelajaran yang relevan dapat mengefektifkan proses pembelajaran;
(b) penggunaan media pembelajaran cenderung didominasi guru/dosen, bukan oleh
siswa/mahasiswa.
C
Connection (40 menit)
(1) Fasilitator menyajikan simulasi pembelajaran secara singkat yang menggunakan media
tertentu (Simulasi dilaksanakan berdasarkan skenario terlampir – Informasi
Tambahan 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, atau 4.5, sesuai dengan mata pelajaran/bidang studi
masing-masing);
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
105
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
106
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
(1) Peserta diminta untuk memilih salah satu konsep/materi dalam handout 4.2 kemudian
mengembangkan ide-ide pembelajaran dan skenario alternatif sesuai konsep/materi
dan media yang dipilih (Gunakan handout 4.3: Identifikasi Ide-Ide Pembelajaran dan
Skenario Pembelajaran).
Gunakan juga Informasi Tambahan 4.6 dan 4.7 sebagai tambahan wawasan.
(1) Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja (handout 4.2 dan
4.3) dalam kelompok pleno untuk mendapatkan umpan balik dari peserta lain.
(2) Fasilitator meminta kelompok lain untuk memberikan komentar terutama tentang
sejauhmana media dalam skenario pembelajaran tersebut digunakan sebanyak-
banyaknya oleh siswa/mahasiswa.
R
Reflection (5 menit)
(1) Fasilitator meminta peserta untuk memeriksa apakah tujuan dari sesi ini telah
tercapai.
(2) Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan/menyebutkan hal-hal penting yang
telah dipetik dan hal-hal yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dari unit ini.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
107
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
E
Extension
Peserta disarankan menggunakan beragam media pembelajaran yang sebanyak
mungkin digunakan oleh siswa atau mahasiswa.
Pesan Utama
• Pastikan bahwa media sebanyak mungkin digunakan siswa/mahasiswa sebagai sumber
dan alat bantu belajar; dan bukan hanya digunakan guru/dosen sebagai alat bantu
mengajar.
• Media pembelajaran tidak harus mahal dan rumit, yang penting cocok dengan
kompetensi yang akan dicapai dan merangsang siswa/mahasiswa untuk berpikir dan
berbuat.
• Apapun media yang dipilih, pastikan aman dari resiko kecelakaan pengguna.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
108
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
109
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Fisik Non-fisik
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
110
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Media: ………………………………………………..
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
111
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Kelas/Semester : VII/2
Standar kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis
kreatif naskah drama
Kompetensi Dasar : Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan
kaidah penulisan naskah drama
Media : Model teks drama, gambar seri
Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Motivasi : dialog kebermaknaan menulis naskah drama.
2. Apersepsi: cara menulis kalimat langsung.
Kegiatan Inti
3. Guru dan beberapa siswa membacakan cuplikan teks drama.
4. Guru mengidentifikasi kaidah-kaidah penulisan naskah drama.
5. Guru membimbing siswa menulis naskah drama berdasarkan gambar seri yang
dipajang guru di papan tulis.
6. Guru menyunting naskah drama siswa.
Penutup
7. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan memberi penguatan.
8. Guru meminta siswa menulis naskah drama dengan tema yang lain.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
112
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Pasien : Ya, anak-anak sekolah. Orang-orang pandai yang datang ke warung saya,
Bu
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
113
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Gambar 1
Tulislah latar/setting dari gambar ini.
Setiap detail gambar yang kamu tulis akan
sangat berarti.
Gambar 2
Ciptakan tokohmu! Beri nama, umur, ciri
fisik dan karakter tokoh! Buatlah
monolognya.
Gambar 3
Tokoh – tokoh anda berbicara (dialog
antartokoh), mulailah ciptakan konflik.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
114
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Gambar 4
Ciptakan konflik setajam mungkin antara
tokoh protagonis dengan tokoh antagonis.
Gambar 5
Konflik mulai reda, situasi mulai
terkontrol.
Gambar 6
Selesaikan konflik. Ingat, akhiri cerita
dengan baik.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
115
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Catatan :
Berilah judul pada naskah dramamu tersebut.
Refleksi :
Apakah Anda puas dengan hasil kerjamu, bila puas berikan naskah dramamu pada guru,
jika belum, Anda boleh meminta waktu kira-kira dua menit lagi untuk menyempurnakan
hasil kerjamu.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
116
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Kelas/Semester : VII/ 2
Standar kompetensi : Mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional dan monolog
pendek sangat sederhana berbentuk descriptive dan procedure
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat
Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Memotivasi siswa dengan mengatakan bahwa kertas dapat menjadi media yang
menarik dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Kegiatan Inti
2. Guru menunjukkan kertas lipat dan mengatakan tujuan pembelajaran, yaitu berlatih
memberi petunjuk untuk membuat origami sederhana dengan menggunakan bahasa
Inggris
3. Guru memberi petunjuk cara membuat pesawat terbang dengan kertas lipat sambil
memperagakan langkah-langkah tersebut.
4. Guru meminta siswa menerangkan cara membuat pesawat terbang.
Penutup
5. Guru meminta siswa merangkum beberapa ungkapan yang digunakan dalam
membuat origami sederhana.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
117
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Contoh origami
AEROPLANE
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
118
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Kelas/Semester : VIII/2
Standar kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Media : Botol dari gelas, sterofoam
Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Memotivasi siswa dengan bertanya bagaimana pesawat terbang yang berat bisa
terangkat
Kegiatan Inti
2. Guru mendemonstrasikan percobaan meniup permukaan botol gelas yang ujungnya
terdapat sebutir sterofoam.
3. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa sterofoam tidak dapat masuk ke dalam
botol ketika ditiup
4. Guru menjelaskan alasan kenapa sterofoam tidak dapat masuk ke dalam botol ketika
ditiup.
Penutup
5. Guru menjelaskan hubungan percoban ini dengan daya angkat pesawat terbang
6. Guru meminta siswa menulis ringkasan hasil pengamatan dan mengulangi demonstrasi
guru di rumah masing-masing.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
119
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Kelas/Semester : VII / 2
Standar Kompetensi : Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan
lingkungannya.
Kompetensi Dasar : Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan
informasi keruangan.
Media : Pemanfaatan peta untuk mendapatkan informasi keruangan.
Langkah-langkah:
Pendahuluan
1. Guru menggali pengertian siswa tentang peta.
Kegiatan inti
2. Guru mengukur jarak kota A – kota B di atas peta.
3. Guru mengkonversi jarak kota A – kota B pada peta ke jarak sebenarnya melalui
perhitungan skala peta.
4. Guru menulis jarak sebenarnya kota A – kota B di papan tulis.
5. Siswa menyalin perhitungan jarak yang telah dicontohkan.
Penutup
6. Guru menyimpulkan tentang penggunan peta untuk perhitungan jarak sebenarnya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
120
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
PETA INDONESIA
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
121
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian bagiannya, serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,
prisma dan limas
Media : Kotak kue berbentuk balok
Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru menggali pengertian siswa tentang bangun ruang yang bersisi datar
Kegiatan inti
2. Guru menunjukkan contoh kotak kue dan menjelaskan cara mencari luas permukaan
balok (aktifitas didominasi guru)
3. Guru menggunakan beberapa kotak dengan ukuran berbeda dan menghitung luas
permukaannya.
4. Siswa diperintahkan menyebutkan luas permukaan balok yang telah dihitung
Penutup
5. Guru menyimpulkan cara menghitung luas permukaan balok.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
122
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
1. Lingkungan
Ada tiga jenis lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar
bagi siswa/mahasiswa, yaitu lingkungan fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan fisik
berkaitan dengan alam atau benda-benda seperti batu, rumah, dan sebagainya.
Lingkungan sosial berkaitan dengan kegiatan sosial atau hubungan antar manusia
seperti komunikasi, transaksi, dan sebagainya. Lingkungan budaya berkaitan dengan
hasil-hasil karya manusia atau hubungan antar manusia dengan alam.
Pelihat 90 % 75 % 82 %
Pendengar 5% 13 % 12 %
Lain... 5% 12 % 6%
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
123
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
3. Ragam Media
Media terbagi ke dalam berbagai klasifikasi berdasarkan ciri tertentu. Salah satu
pengklasifikasian dikemukakan oleh Heinich dkk (1996) sebagai berikut:
a. Media tidak diproyeksikan (non projected media)
b. Media diproyeksikan (projected media)
c. Media Audio
d. Media Video
e. Media berbasis komputer
f. Multi media kit
Ragam media yang berkaitan dengan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) masuk
dalam klasifikasi media tidak diproyeksikan. Media yang tidak diproyeksikan dibagi
dalam 4 golongan yaitu:
1. Realia
2. Model
3. Bahan grafis
4. Display
Realia adalah bahan nyata yang digunakan sebagai media atau bahan belajar.
Penggunaannya dapat dilakukan dengan menghadirkan secara nyata di kelas, atau
observasi di lokasinya. Pada kondisi tertentu media ini dapat dimodifikasi dengan cara
mengambil sebagian (membelah) misal mesin, contoh (spacimen) dan pameran (exibit)
misalnya benda bersejarah.
Model adalah benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda
sesungguhnya. Biasanya dalam bentuk miniatur.
Bahan grafis adalah gambar-gambar atau visual-visual yang penampilannya tidak
diproyeksikan, misalnya gambar, grafik, poster, dan kartun.
Display adalah bahan pameran, misalnya papan bulletin, papan tulis, dsb.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
124
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Media
Atribut Gambar
Cetak Model Obyek Video Audio
Grafis
1. Warna Ya Ya Ya Ya Ya -
2. 3-D - Ya Ya - - -
3. Gerak - Ya Ya - Ya -
Alat
4. Kontrol Siswa Siswa Siswa Guru Alat
(Siswa)
Audio
6. Sensoris Visual Visual Visual Visual Audio
Visual
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
125
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
1. Gunakan alat dan bahan yang tidak membahayakan siswa atau mahasiswa. Hindari
penggunaan bahan kimia, baik padat, cair dan gas, berbahaya. Jika terpaksa harus
menggunakan bahan kimia, guru atau dosen harus memberi pengawasan ketat, atau
percobaan cukup didemonstrasikan oleh guru atau dosen.
2. Hindari penggunaan alat/bahan yang berisiko menimbulkan kebakaran sehingga dapat
membahayakan keselamatan siswa atau mahasiswa. Jika dalam percobaan
menggunakan api, pastikan bahwa pembakaran yang dikehendaki dapat dikendalikan
dan dilakukan di tempat aman (tidak menyulut pembakaran benda di sekitarnya).
3. Gunakan sumber energi listrik dari batu baterai untuk media terkait rangkaian listrik
sederhana. Jangan menggunakan sumber listrik 220 V secara langsung karena sangat
berisiko terjadi hubungan singkat yang membahayakan keselamatan siswa atau
mahasiswa dan kebakaran.
4. Gunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah atau tempat tinggal.
Tidak semua alat-bahan perlu dalam keadaan baru. Banyak alat/bahan bekas yang
dapat digunakan lagi atau dialihfungsikan. Seringkali, alat/bahan bekas dan terjangkau
serta dikenal siswa atau mahasiswa sering merangsang inspirasi mereka.
5. Perhatikan tingkat kerumitan media yang dikembangkan agar sesuai dengan jenjang
kelas. Media yang terlalu rumit tidak selalu berhasil merangsang siswa atau mahasiswa
berpikir kritis dan lebih mengkongkritkan gagasan abstrak, bahkan dapat
menimbulkan rasa frustasi siswa atau mahasiswa. Pastikan bahwa media yang dipakai
dapat ditiru, direkayasa atau diciptakan ulang oleh siswa atau mahasiswa.
6. Kembangkan media yang merangsang siswa atau mahasiswa berpikir dan berbuat
sehingga lebih berpusat pada siswa atau mahasiswa. Media yang memungkinkan siswa
atau mahasiswa, memanipulasi, modifikasi, membongkar dan membangunnya lagi jauh
lebih bermanfaat ketimbang media yang indah tetapi tidak memungkinkan siswa atau
mahasiswa melakukan investigasi cara kerja (black box).
7. Kembangkan dan gunakan media yang paling sesuai dengan KD yang ingin dicapai.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
126
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Daftar Bacaan
Arsya, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Heinic, Robert dkk. 1982. Instructional Media and The Technologies of Instruction. New
York: John Wiley& Sons
Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran: Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.
Jakarta: P2LPTK.
Lavie & Lentz. 1982. Teaching and Media. Englwood Cliffs: Prentice Hall, Inc
Setyosari, Punanji dan Sinkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
127
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
PRESENTASI UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
128
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
129
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
130
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
131
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
132
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
133
UNIT 4 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
134
U NI T 5
UNIT 5
PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR
Pendahuluan
Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan
pelatihan. Unit ini memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mempraktikkan, di kelas nyata, hal-
hal yang dipelajari pada unit-unit sebelumnya.
Melalui unit ini, dosen diharapkan dapat
mendemonstrasikan perubahan-perubahan dalam
pembelajaran ke arah yang lebih baik sekaligus
mendapatkan umpan balik yang memadai dari
fasilitator dan sesama peserta. Dengan demikian,
kualitas pembelajaran kontekstual dapat
ditingkatkan dan dipraktikkan secara berkelanjutan.
Persiapan dan praktik mengajar adalah salah
Pada praktik mengajar saat ini, peserta diharapkan satu unit yang penting dalam setiap tahapan
menerapkan pembelajaran kontekstual antara lain pelatihan.
dengan mecobakan dan menggunakan pertanyaan tingkat tinggi, pengaturan kelas,
pemanfaatan media sedemikian rupa sehingga siswa dapat berinteraksi satu sama lain secara
maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kegiatan pada unit ini diawali dengan persiapan praktik mengajar yang meliputi penyusunan
langkah-langkah pembelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK), KD, dan Indikator yang
dipilih. Selanjutnya, dosen melakukan simulasi, memperbaiki langkah-langkah pembelajaran,
mengujicobakan langkah-langkah pembelajaran tersebut pada kelas nyata kemudian
melaksanakan diskusi pascapraktik mengajar.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu:
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
137
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Pertanyaan Kunci
1. Bagaimana mengembangkan perencanaan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran
kontekstual, pemanfaatan pertanyaan tingkat tinggi, penciptaan lingkungan belajar yang
efektif, dan pemanfaatan media?
Petunjuk Umum
1. Sesi ini akan berlangsung secara paralel di setiap kelompok mata pelajaran.
2. Praktik mengajar di kelas dilaksanakan pada hari berikutnya. Pastikan bahwa sekolah
tempat melakukan praktik mengajar telah dihubungi agar kelas yang diperlukan tersedia
dalam jumlah yang cukup.
3. Gunakanlah alat/bahan, dan media pembelajaran dari lingkungan yang mudah
diperoleh/dibuat. Pastikan bahwa alat/bahan/media yang digunakan terjangkau.
1. Presentasi Unit 5
2. Standar Isi sesuai semester yang berlangsung
3. Alat/bahan/media sesuai dengan mata pelajaran dan kompetensi dasar (KD)
4. ATK: kertas flipchart, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting
Waktu
Sesi ini membutuhkan waktu 9x60=540 menit yang terbagi atas dua hari (persiapan mengajar
dan praktik mengajar). Perincian alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan penyampaian
sesi ini.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
138
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
ICT
Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini bukan merupakan keharusan tetapi kalau
memungkinkan dapat disediakan:
1. Proyektor LCD
2. Laptop atau desktop untuk presentasi
3. Layar proyektor LCD
Jika alat/bahan yang disarankan di atas tidak tersedia, fasilitator dapat menyiapkan presentasi
dengan menggunakan OHP atau dengan menggunakan kertas flipchart.
Ringkasan Sesi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
139
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
(1) Fasilitator menyampaikan latar belakang sesi praktik mengajar, yaitu pentingnya praktik
mengajar dalam suatu pelatihan dosen agar teori yang dipelajari dapat terlihat/dirasakan
langsung dalam kenyataannya. Pengalaman praktik akan menjadi umpan balik bagi
perencanaan pembelajaran yang dibuat.
(2) Menyampaikan pertanyaan kunci, tujuan dan hasil belajar, dan langkah-langkah kegiatan
pada sesi ini.
C
Connection (10 menit)
(1) Fasilitator mengingatkan peserta tentang hal-hal yang sudah dipelajari dalam pelatihan ini
dengan gaya bertanya: Apa sajakah yang telah kita pelajari dalam pelatihan ini?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
140
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
(2) Fasilitator mengingatkan bahwa semua yang telah dipelajari hendaknya diakomodasi
seoptimal-optimalnya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengingat tujuan
utama praktik mengajar adalah untuk memberi kesempatan kepada peserta
mempraktikkan apa yang telah dipelajari dalam pelatihan.
A
Application (515 menit)
(4) Peserta diminta memilih 1 (satu) ide pembelajaran untuk dikembangkan menjadi kegiatan
pembelajaran yang lengkap (kegiatan awal, inti dan penutup). Catatan : peserta dapat
memanfaatkan ide pembelajaran yang telah dikembangkan pada unit 4 pemanfaatan
media)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
141
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
(2) Satu rencana pembelajaran disimulasikan selama 10-15 menit dan ditindaklanjuti dengan
komentar dan diskusi selama 5-10 menit.
(3) Diskusi hasil simulasi dilangsungkan dengan suasana yang saling membangun. Sebaiknya
beri kesempatan terlebih dahulu kepada peserta yang melakukan simulasi untuk
menyampaikan hal-hal yang ia rasakan perlu perbaikan, kemudian dilanjutkan dengan
komentar pengamat berdasarkan Handout Peserta 5.1: Lembar Observasi Simulasi RPP.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
142
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
(4) Di akhir diskusi tiap RPP, fasilitator memberikan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnan langkah-langkah pembelajaran.
(5) Peserta memperbaiki RPP mereka berdasarkan masukan yang diterima maupun hasil
perenungan mereka sendiri. Pastikan RPP tersebut layak dicobakan pada kelas nyata.
Kegiatan 3: Simulasi, merupakan akhir dari sesi hari ini. Fasilitator dapat
5 langsung melanjutkan ke kegiatan ’Reflection’
Fasilitator mengingatkan peserta hal-hal di bawah ini sebelum, selama dan setelah praktik
(1) Bagikan Handout Peserta 5.2: Lembar Observasi Pembelajaran kepada dosen/kepala
sekolah/pengawas yang terlibat dalam praktik mengajar di kelas sebagai panduan dalam
diskusi. Mintalah mereka mengomentari berdasarkan butir-butir pada handout tersebut
(3) Praktikan meminta siswa untuk menuliskan refleksi mereka beberapa menit sebelum
pembelajaran selesai, berpandu pada pertanyaan:
Pengetahuan/kemampuan apa sajakah yang berhasil kamu miliki setelah pembelajaran
tadi?
Hal apa sajakah yang masih perlu diperjelas?
(4) Praktikan meminta (beberapa) karya siswa untuk bahan refleksi praktikan;
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
143
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Persiapkan jumlah sekolah dan kelas sesuai dengan jumlah peserta yang
akan melakukan praktik mengajar. Untuk melakukan ini, fasilitator perlu
melakukan koordinasi dengan sekolah atau petugas pelatihan beberapa
hari sebelumnya.
(1) Setiap peserta wajib memajang produk praktik mengajar: RPP, hasil observasi, karya
siswa, dan hasil refleksi siswa di tempat yang sudah disediakan.
(2) Peserta saling melakukan kunjung karya dalam mapelnya masing-masing dan mencatat
hal-hal:
Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dalam praktik dengan perencanaan/RPP
berdasarkan hasil pengamatan (HO 5.2) di kelas
Kesesuaian produk (karya siswa) pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
(3) Dengan dipandu oleh fasilitator, peserta mendiskusikan hasil praktik mengajar dengan
memperhatikan hal-hal berikut.
Salah satu peserta diminta menyampaikan refleksinya atas praktik pembelajaran yang
dilakukan, yang dilanjutkan dengan komentar peserta lain berdasarkan informasi
praktikan dan hasil kunjung karya
Kegiatan dilanjutkan sampai seluruh peserta mendapat kesempatan
Fasilitator mengarahkan agar hasil diskusi dalam kelompok mapel untuk menemukan
keterampilan dan atau pengetahuan penting yang diperlukan agar agar pembelajaran
efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
144
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
R
Reflection (5 menit)
(1) Tanyakan kepada peserta apakah mereka sudah mampu menjawab pertanyaan kunci
dan sudah mencapai tujuan yang diharapkan pada sesi ini.
(2) Peserta diminta menuliskan/menyebutkan hal-hal yang masih membingungkan.
E
Extension
Pesan Utama
• Praktik mengajar sangat penting dalam suatu pelatihan pembelajaran.
• Praktik mengajar memberikan gambaran bagi dosen dalam mempersiapkan mahasiswa
sebagai calon guru atau sebagai pengampu mata kuliah pedagogi atau sebagai instruktur
PLPG/PPG.
• Praktik mengajar memberikan pengalaman mendemonstrasikan perubahan-perubahan
dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
145
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Catatan Tambahan:
………………………………………………………………………………………
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
146
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
DOSEN/GURU
3. Merespons siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
147
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
SISWA
9. Melakukan sesuatu/berbuat
11. Berinteraksi
15. Menjelaskan/mendemonstrasikan
Catatan:
Pengamat dapat menuliskan dulu hasil pengamatannya pada kertas terpisah baru kemudian
memindahkannya ke format observasi di atas selesai mengamati.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
148
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
PRESENTASI UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
149
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
150
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
151
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
152
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
153
UNIT 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
154
UN I T 6
MENULIS JURNAL
REFLEKTIF
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Pendahuluan
Salah satu sarana yang dapat membantu melakukan refleksi adalah Jurnal Reflektif. Jurnal
Reflektif merupakan kumpulan catatan perenungan dan analisis tentang aktivitas serta
rencana tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungan tersebut. Pada waktu
diminta berefleksi dan menuliskan hasil refleksi, seseorang cenderung mendeskripsikan apa
yang terjadi dan menilai peristiwa-peristiwa pada kulitnya saja tanpa mengkaji lebih
mendalam.
Unit ini mencakup latihan berefleksi dan menuliskan hasil refleksi dengan acuan siklus Jurnal
Reflektif yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu:
1. Membedakan tulisan antara Jurnal deskriptif dan reflektif
2. Melakukan refleksi dari aktivitas yang dialami selama praktik pembelajaran dan
menuliskannya dalam Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
157
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Pertanyaan Kunci
1. Apa yang harus ada dalam Jurnal Reflektif agar Jurnal Reflektif tersebut bermanfaat bagi
peningkatan kinerja ?
2. Bagaimanakah menulis Jurnal Reflektif yang bermanfaat bagi peningkatan kinerja?
Petunjuk Umum
Kegiatan dilaksanakan secara pleno, namun peserta duduk berdasarkan kelompok rumpun
mata kuliah.
1. Presentasi Unit 6
2. Buku tulis, satu untuk setiap peserta untuk menuliskan Jurnal Reflektif mereka
3. Handout Peserta 6.1 dan 6.2 (Sebanyak peserta)
4. Bacaan Tambahan (untuk peserta)
5. ATK: kertas plano, spidol
Waktu
Waktu yang digunakan untuk unit ini adalah 90 menit. Perincian alokasi penggunaan waktu
tersebut dapat dilihat pada setiap tahapan dari sesi ini.
TIK
Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini bukan merupakan keharusan tetapi kalau
memungkinkan dapat disediakan:
1. Proyektor LCD
2. Laptop atau personal computer untuk presentasi
3. Layar proyektor LCD (Dinding putih dapat digunakan)
Namun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia.
Fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau dengan
menggunakan kertas flipchart.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
158
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Ringkasan Sesi
Introduction Connection Application Reflection Extension
10 menit 15 menit 60 menit 5 Menit Membiasakan
menulis Jurnal
Menjelaskan Membaca Menulis Jurnal Peserta menilai Reflektif
latar belakang, contoh teks Reflektif dari diri sendiri Mencoba
tujuan dan jurnal serta aktivitas tentang kemungkinan
langkah-langkah mengkajinya praktik ketercapaian penerapan
kegiatan sesi dengan bahan pembelajaran tujuan unit ini Jurnal Reflektif
siklus refleksi dalam
yang benar Membahas peningkatan
Menuliskan hal-
Jurnal hal yang masih kinerja
Reflektif yang
membingungkan
ditulis dan
merevisinya
I
Introduction (10 menit)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
159
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Jurnal Mengajar atau Agenda Kelas selama ini lebih bersifat administratif,
yaitu berisi hari/tanggal mengajar, kelas, jam ke .., uraian kegiatan,
ketidakhadiran siswa, dan catatan. Kolom catatan biasanya lebih sering
1 kosong. Jurnal Mengajar atau Agenda Kelas tersebut bisa dibuat lebih
inspiratif dengan cara menuliskan refleksi guru/dosen pada kolom catatan.
Catatan yang reflektif akan menjadi pembimbing guru/dosen untuk bisa
mengajar lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang sama.
Catatan reflektif tersebut bisa juga dilampirkan pada RPP/SAP sebelumnya
sehingga setiap RPP/SAP yang telah digunakan memiliki catatan proses
pelaksanaannya. Hal ini akan sangat berguna sebagai masukan ketika guru
atau dosen menyusun dan melaksanakan ulang RPP/SAP tersebut.
RPP/SAP dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik sehingga pelaksanaan
proses belajar mengajar lebih efektif karena guru telah belajar dari
kelebihan dan kekurangan proses yang telah lewat. Hal ini bisa menjadi
sumber gagasan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .
C
Connection (15 menit)
(1) Membaca contoh jurnal dan membahasnya dengan menggunakan Siklus Refleksi
a. Fasilitator menyampaikan bahwa beberapa jurnal yang ada kebanyakan masih berupa
deskripsi perisiwa saja. Jurnal yang bermanfaat bagi perkembangan profesionalitas guru
dan dosen, adalah jurnal mengandung unsur refleksi.
b. Fasilitator menayangkan/membagikan "contoh jurnal belajar", sebagian bersifat
deskriptif dan yang lain lebih reflektif (Handout Peserta 6.1). Secara berpasangan,
peserta diminta membaca, menemukan, dan membahas perbedaan di antara contoh
jurnal tersebut dengan menemukan kata/frase/kalimat yang menunjukkan berpikir
reflektif.
c. Fasilitator membagikan Handout Peserta 6.2 yang berisi diagram siklus refleksi dan
meminta peserta untuk membaca dan mendiskusikannya. Salah seorang yang mewakili
kelompok menyampaikan hal-hal yang sebaiknya dilakukan seseorang ketika melakukan
refleksi.
d. Fasilitator meminta peserta untuk menggunakan siklus refleksi untuk menilai contoh-
contoh tersebut.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
160
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
e. Setelah berpasangan, kelompok menyimpulkan jurnal manakah yang lebih reflektif yang
dapat memberikan perbaikan pembelajaran. Fasilitator meminta setiap wakil kelompok
untuk menyampaikan simpulannya.
f. Fasilitator menyampaikan bahwa yang penting dari Jurnal Reflektif adalah adanya
evaluasi kebermanfaatan/kelebihan-kelemahan dan rencana tindak lanjut untuk aktivitas
yang akan dating.
A
Application (60 menit)
(1)Praktik menulis refleksi pada Jurnal Reflektif (40 menit)
a. Fasilitator membagikan notebook / buku tulis dan meminta peserta menulis Jurnal
Reflektif atas pengalaman praktik pembelajaran yang telah dilakukan pada kegiatan
sebelumnya.
b. Fasilitator meminta peserta menggunakan diagram siklus refleksi sebagai panduan
menulis.
R
Reflection (5 menit)
Fasilitator menayangkan tujuan sesi dan meminta peserta mengevaluasi diri untuk menilai
ketercapaian tujuan sesi ini.
E
Extension
(1) Peserta membahas pentingnya Jurnal Reflektif sebagai sumber gagasan untuk melakukan
PTK (bagi guru dan dosen) dan PTS (bagi kepala sekolah dan pengawas).
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
161
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Pesan Utama
Jurnal Reflektif dapat menjadi sumber inspirasi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(bagi guru/dosen) dan Penelitian Tindakan Sekolah (bagi kepala sekolah dan pengawas).
Pada dasarnya penulisan Jurnal Reflektif yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan
profesionalitas kerja sebagai seorang guru dan dosen, kepala sekolah dan pengawas.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
162
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Contoh 1:
1 Juni 2009
Aku memfasilitasi kegiatan whole school training sesi 1 dengan peserta 60 orang yang terdiri atas 5
klmpk dari 4 sekolah mitra beserta KS, pengawas, dan ketua MGMP. Peserta sangat antusias dan
aktif mengikuti sesi. Terbukti mereka luar biasa aktif mereaksi yel-yel dan menjawab pertanyaan
individual dan kelompok. Tapi aku belum merasa puas.
Ada beberapa hal yang mestinya bisa dilaksanakan lebih maksimal, yaitu penataan ruang dan
pengelolaan waktu. Aku kurang bisa bergerak leluasa terutama ketika mendampingi peserta dalam
berdiskusi karena jarak kursi yang terlalu dekat. Akibatnya aku tidak bisa betul-betul mengetahui
mutu pekerjaan peserta.
Besok pagi aku berharap tempat pelatihan betul bisa pindah ke ruang aula. Besok aku akan ajak
teman-teman menata ruang sedemikian rupa supaya fasilitator bisa bergerak lebih leluasa dan bisa
mendampingi peserta dalam kerja kelompok dengan lebih intensif.
Contoh 2
15 Juni 09
Hari ini sy terapkan Jigsaw. Bagus, anak-anak ∴ lumayan aktif. Tapi, beberapa yg lain kurang sekali
partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli. Kalau diam saja kan mereka bisa ketinggalan. Setelah
saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nantimereka harus menerangkan pada kelompok
asalnya sendiri-sendiri dan itu dinilai. Begitu tahu itu mereka kaget lalu mau ikut berdiskusi dan
membaca bab yang didiskusikan. Jadi yang pasip itu karena tidak mengira akan harus menerangkan
pada temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untk kegiatan jigsaw? Memang
agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja jigsaw. Apa karena perintah saya
sampaikan secara lisan saja? Mungkin. Oke, lain kali coba saya bikin saja poster atau carta alur
kerja jigsaw yang bisa saya pakai ber ulang kali kalau saya menerapkan jigsaw. Akan saya lihat
apakah itu bisa membuat tiap anak aktif. Selain itu sepertinya kalau dalam diskusi kelompok anak-
anak harus diberi beban pribadi. Kalau tidak enak-enak an saja mereka seperti tadi. Jadi dalam
diskusi kelompok tetap harus ada tugas pribadi. Itu berarti saya harus tetap merancang tugas
individu untuk tiap kegiatan klmpk
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
163
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Contoh 3
Saya tergabung dalam team teaching mengajar di kelas VII B dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Materi yang kami bawakan adalah luas segitiga
dengan tujuan siswa dapat menemukan rumus luas segitiga dan menggunakan rumus
tersebut untuk menentukan luas segitiga. Di awal pembelajaran, kami melakukan
apersepsi dan membagi siswa ke dalam 6 kelompok. Pada kegiatan inti, kami awali
dengan menjelaskan unsur-unsur segitiga seperti menentukan alas segitiga dan garis
tingginya, begitupula rumus menemukan luas persegi panjang. Setelah memastikan
mereka memahaminya kami membagikan LKS kepada setiap kelompok. Saya merasakan
antusias yang sangat besar dalam bekerja sama dalam kelompoknya. Namun kami melihat
beberapa kelompok agak kesulitan mengikuti petunjuk yang ada dalam LKS sehingga kami
memberikan penjelasan tambahan terkait dengan petunjuk LKS.
Dari hasil pengamatan kami, proses pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
membelajarkan luas segitiga sangat menarik untuk dilakukan. Hal ini didasarkan dengan
melihat keaktifan seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa hal yang menjadi
catatan kami antara lain, petunjuk pada LKS yang kami bagikan terkesan sulit dipahami
bagi sebagian kelompok siswa. Di samping itu, beberapa bagian yang kami tanyakan pada
LKS ditanggapi oleh siswa secara bervariasi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
beberapa istilah dalam petunjuk pada LKS kurang familiar bagi siswa. Di samping itu,
beberapa bagian dari LKS tidak memberikan petunjuk yang jelas bagi siswa mengenai apa
yang ditanyakan.
Menindaklanjuti hasil evaluasi di atas, maka beberapa hal yang perlu kami perbaiki antara
lain:
- memberi penjelasan yang lebih lengkap terkait istilah-istilah yang digunakan dalam
LKS sebelum siswa bekerja secara berkelompok,
- Memberi petunjuk yang jelas pada beberapa bagian LKS untuk menghindari
penafsiran ganda bagi siswa dalam memberikan jawaban,
- Mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran tepat waktu.
- (memberikan Extra Class bagi siswa yang mengalami kesulitan dan melakukan
operasi perkalian atau pembagian bilangan bulat).
(Catatan refleksi seorang guru setelah menggunakan pembelajaran kelompok model STAD)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
164
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Contoh 4
Pelajaran saya lanjutkan dengan aktivitas menulis surat pribadi. Mereka saya minta membuat
surat pada teman akrabnya tentang liburan semester kemarin. Beberapa siswa saya lihat mulai
berantusias menulis sebab ia sudah mengerti maksudnya, tetapi sebagian besar siswa
menunjukkan gejala tidak bersungguh-sungguh. Bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas
sama sekali. Ketika saya dekati ia berkata bahwa ia tidak memiliki sahabat. Siswa yang lain juga
ada yang berkata bahwa liburan kemarin ia di rumah saja dan tidak berlibur. Saya semakin
pesimis dengan keadaan kelas saya. Saya berpikir apa penyebabnya bisa seperti ini? Saya akhirnya
sedikit merasakan mungkin karena saya berceramah terus-meneruslah yang menjadi sebab
mengapa kondisi kelas saya seperti ini.
Akhirnya saya mengakhiri pelajaran ini dengan memberikan tes 5 soal esay tentang menulis surat
pribadi. Mereka saya minta menjawab lima pertanyaan tersebut dalam waktu 10 menit. Hasilnya
sungguh luar biasa. 75% siswa saya memperoleh nilai di bawah 60. Hanya 25% siswa saya
mencapai skor minimal 70. Skor tertinggi 90 dan hanya dicapai seorang siswa, padahal KKM
mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah saya adalah 70. Saya semakin miris dengan kondisi
seperti ini. Saya merasa telah gagal mengajar. Saya berusaha mencari lagi apa penyebabnya. Saya
semakin yakin pangkal penyebabnya adalah ketaktepatan metode saya. Inilah penyebab siswa
saya tidak bergairah dan malas serta berhasil belajar buruk Saya tidak putus asa sebab saya
masih memiliki dua pertemuan lagi untuk KD ini.
Saya menduga kalau siswa saya saya minta secara langsung mengamati contoh surat pribadi
dengan mengisi LK, lalu mereka saya minta berdiskusi tentang LK yang telah terisi, kemudian
mereka saya minta menulis surat pribadi kepada artis idolanya masing-masing dengan memakai
kartu artis mungkin akan lebih menyenangkan. Saya juga akan meminta mereka mendiskusikan
surat mereka sesuai kesamaan artis idola dan memilih surat pribadi manakah yang terbaik
dengan melihat bahan ajar yang sudah saya siapkan. Saya juga akan tetap mengukur hasil belajar
siswa, baik surat yang dibuat siswa dan tes hasil belajar dengan soal essay. Semoga harapan saya
masih bisa saya jalankan dengan memanfaatkan dua kali tatap muka yang tersisa. Intinya saya
akan memperbaiki diri saya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
165
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Siklus Refleksi
1. Deskripsi
Deskripsikan apa yang
terjadi / apa yang anda
lihat / apa yang anda alami
/ apa yang anda lakukan.
6. Rencana ke depan 2. Rasa dan Pikiran
Kalau mengalami / Apa yang anda rasakan /
melakukan lagi, apa yang pikir kan sehubungan
akan dilakukan? dengan yang anda alami?
5. Kesimpulan 3. Evaluasi
Apa yang seharusnya Apa yang baik/tidak baik,
dilakukan / sebaiknya bermanfaat/tidak bermanfaat
dilakukan? dari peristiwa/pengalaman
tersebut?
4. Analisis:
Apa yang anda pahami
dari peristiwa/pengalaman
itu? Mis: Mengapa hanya be-
berapa anak yang aktif bekerja
dalam kerja kelompok?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
166
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Bacaan Tambahan
Contoh:
Minggu ini saya belajar tentang teks deskripsi. Sulit. Saya tidak betul-betul ngerti bagaimana sih
menulis teks deskripsi. Saya tahu kata bu guru pokoknya nulis ciri-ciri binatang. Warnanya,
besarnya, berapa kakinya, dll. Tapi dapat kata-katanya dari mana. Bu guru sudah
menerangkan tapi saya tetep ndak ngerti karena Bu Diah bicara terlalu banyak bhs. Inggrisnya
dan cepaaaat sekali. Yang diterangkan banyak lagi. Bingung ah. Saya akan minta Bu Diah
menerangkan lagi dalam bahasa Indonesia. Saya juga akan minta contoh. Dapat kata-katanya
itu dari mana.
Kebiasaan menulis Jurnal Reflektif oleh siswa/mahasiswa (biasa disebut sebagai Jurnal Belajar)
memiliki beberapa manfaat. Pertama, dengan adanya tradisi menulis Jurnal Reflektif
siswa/mahasiswa akan terbiasa menuangkan pikiran dan perasaannya secara tertulis sesuai
dengan proses yang dialami pada saat kegiatan pembelajaran.
Kedua, dengan membaca Jurnal Reflekif siswa/mahasiswa, guru dan dosen bisa lebih
memahami pikiran dan perasaan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang diikutinya dengan
cara mengamati dan mendengarkan, serta membaca perasaan dan proses berpikir seperti
yang tertuang dalam Jurnal Reflektifnya. Pemahaman guru/dosen tentang siswa/mahasiswa
akan membantu guru/dosen melaksanakan pembelajaran yang lebih tepat sasaran, cocok
dengan keadaan riil siswa/mahasiswa.
Ketiga, dengan menulis Jurnal Reflektif, siswa/mahasiswa belajar mengevaluasi proses belajar
yang sedang dialami. Jurnal Reflektif membantu siswa mengidentifikasi apa yang sudah atau
belum dia ketahui atau pahami, serta merencanakan langkah-langkah untuk mendapatkan apa
yang seharusnya dia ketahui.
Kapankah siswa/mahasiswa seyogianya menulis Jurnal Refleksi? Apakah setiap saat selesai
pembelajaran? Ataukah setiap minggu untuk setiap mapel/mata kuliah? Tentu saja hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja siswa/mahasiswa
dan guru/dosen. Sebagai langkah awal, guru/dosen bisa mencoba untuk meminta
siswa/mahasiswa menulis Jurnal Reflektif seminggu sekali untuk evaluasi kinerja mingguan.
Namun, sebaiknya Jurnal Reflektif tidak menjadi sesuatu yang membebani. Pada saat
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
167
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
168
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
PRESENTASI UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
169
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
170
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
171
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
172
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
173
UNIT 6 UNIT C
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
174
UN I T 7
P EN Y U S U N A N R EN C A N A
TINDAK LANJUT
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT
Pendahuluan
Keberhasilan suatu pelatihan guru/dosen pada
hakikatnya ditunjukkan dengan sejauh mana
dampak pelatihan tersebut terhadap suasana
pembelajaran di kelas/ruang kuliah/sekolah.
Setinggi apa pun hasil post-test peserta dalam
suatu pelatihan (bila ada) akan kurang
bermakna bila tidak menimbulkan perubahan di
kelas/ruang kuliah/sekolah. Oleh karena itu,
penerapan hasil pelatihan oleh guru/dosen
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari perlu Rencana tindak lanjut merupakan salah satu
dijamin baik oleh guru/dosen itu sendiri upaya menjamin penerapan hasil pelatihan.
maupun oleh manajemen sekolah/LPTK. Salah
satu upaya untuk menjamin penerapan tersebut adalah RENCANA TINDAK LANJUT dari
guru/dosen yang bersangkutan dan manajemen sekolah/LPTK secara keseluruhan.
Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ guru/dosen dan sekolah/LPTK dalam
menerapkan apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga
memudahkan yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau
ketercapaiannya.
Rencana perlu dibuat praktis, dalam jangkauan kemampuan si pembuatnya dan daya dukung
sekolah/LPTK-nya. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan dari pada banyak
tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu ‘muluk’ hanya akan tinggal sebagai rencana,
tidak menimbulkan perubahan di sekolah/LPTK. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan
hanya akan merupakan suatu ‘pemborosan’ dana, tenaga, dan waktu.
Tujuan
1. menuliskan kegiatan yang akan dilakukan oleh individu peserta (guru/dosen) terkait
dengan kegiatan pembelajaran/perkuliahan sebagai penerapan dari apa yang diperoleh
dari pelatihan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
177
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pertanyaan Kunci
1. Presentasi Unit 7
2. Handout Peserta 7.1: Rencana Tindak Lanjut - Individual
3. ATK: kertas flipchart, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting.
Waktu
Unit ini membutuhkan waktu 60 menit. Perincian alokasi waktu dapat dilihat pada setiap
tahapan penyampaian unit ini.
ICT
Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini bukan merupakan keharusan tetapi kalau
memungkinkan dapat disediakan:
1. Proyektor LCD
2. Laptop atau personal computer untuk presentasi
3. Layar proyektor LCD
Namun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia.
Misalnya fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau dengan
menggunakan kertas flipchart.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
178
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Ringkasan Sesi
C
Connection (10 menit)
(1) Ungkap pengalaman: Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan pengetahuan atau
kemampuan apa saja yang telah diperoleh setelah mengalami pelatihan ini.
(2) Ungkap gagasan: Fasilitator meminta peserta untuk mengemukakan rencana: apa yang akan
dilakukan berkaitan dengan mengajar setelah memperoleh beberapa pengetahuan dan
kemampuan tersebut?
A
Application (40 menit)
Kegiatan 1: Menyusun Rencana Tindak Lanjut - Individual (40 menit)
(1) Individual: Peserta merumuskan kegiatan yang ia akan lakukan sebagai individu guru/dosen
(Gunakan Handout Peserta 7.1: Rencana Tindak Lanjut – Individual) --------------------------- 25’
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
179
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut disarankan meliputi rencana penerapan hasil-hasil pelatihan dalam:
perkuliahan sehari-hari;
bimbingan kepada mahasiswa dalam praktik pengalaman lapangan terpadu (PPLT); dan
pelayanan pendidikan kepada guru dalam jabatan.
1 Bila kelompok mapel lebih dari satu kelompok, usahakan agar anggota
kelompok laki-laki dan perempuan proporsional.
(3) Individual: Peserta memperbaiki rencananya setelah mendapat komentar/ masukan dari
temannya. --------------------------------------------------------------------------------------- 5’
R
Reflection (5 menit)
(1) Tanyakan kepada peserta apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
(2) Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan/menyebutkan hal-hal yang masih memerlukan
penjelasan.
E
Extension
(1) Semua peserta melaksanakan RTL di LPTK masing-masing.
(2) Lakukanlah pemantauan dan evaluasi mandiri (tak perlu formal) terhadap pelaksanaan kegiatan
yang ada dalam RTL.
Pesan Utama
Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaan hasil-hasil
pelatihan di LPTK masing-masing;
Terapkanlah DI LPTK apa yang telah diperoleh dari pelatihan: Mulailah dari APA YANG
SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG SAUDARA MAU.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
180
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
181
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
PRESENTASI UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
182
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
183
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
184
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
185
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
186
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
187
UNIT 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK
188