MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioaktif Bahan Alam
(TPP82002)
Gambar 1.1. Pengaruh curcumin terhadap sel B16-R. Sel (1.0×106) ditumbuhkan
sebagai monolayer sebelum diinkubasi dengan curcumin (1 – 100 μ M) dengan durasi
yang berbeda. Nilai IC50 ditentukan dengan uji MTT.
Gambar 1.2. Pengaruh curcumin (1 – 200 μM) terhadap sel spheroid B16-R. Nilai IC50
ditentukan dengan uji MTT
Selanjutnya pengaruh curcumin terhadap apoptosis sel B16-R
monolayer. Analisis dari DNA sel B16-R yang diekspos dengan 100 μM
selama 24 jam menunjukkan peristiwa apoptosis (DNA cleavage) begitu
pula dengan sampel yang diberikan treatment curcumin sebesar 100 μM
selama 48 jam, sedangkan tidak terlihat pola DNA cleavage pada sampel
yang tidak diberikan treatment curcumin. Selain itu, tidak ditemukan
apoptosis sel B16-R yang diberikan treatment curcumin <100 μM. Oleh
karena itu dapat disimpulkan konsentrasi curcumin 100 – 200 μM dapat
menginduksi apoptosis sel melanoma B16-R dengan cara yang
bergantung pada dosis. Selain itu, diketahui apoptosis sel B16-R oleh
curcumin juga tergantung oleh waktu karena ketika sel diberikan treatment
curcumin 100 μM selama 48 jam, hampir seluruh fragmen DNA berukuran
180 bp, sedangkan DNA ladder terlihat pada konsentrasi yang sama
dengan sampel sel B16-R yang diberikan treatment curcumin 100 μM
selama 24 jam (Gambar 1.3).
Gambar 1.3. Analisis elektroforesis gel agarosa 1.8% DNA sel B16-R yang ditumbuhkan
selama 12 jam sebelum treatment curcumin. (A) berat molekuler DNA ladder (baris 1),
DNA sel kontrol (baris 3), sel B16-R yang diberi treatment curcumin 100 μM selama 24
jam (baris 2), dan sel B16-R yang diberi treatment curcumin 200 μM selama 24 jam
(baris 4) dan (B) berat molekuler DNA ladder (baris 1, 4), sel B16-R yang diberi treatment
curcumin 100 μM selama 48 jam (baris 2), dan sel B16-R yang diberi treatment curcumin
200 μM selama 48 jam (baris 3)
Selanjutnya adalah pengaruh treatment curcumin terhadap
apoptosis sel spheroid B16-R (Gambar 1.4). Diketahui ketika sel spheroid
tersebut ditumbuhkan dengan 100 μM curcumin, bagian necrotic core
pada sel spheroid B16-R dapat diwarnai oleh TUNEL (TUNEL-positive),
sedangkan bagian quiescent dan proliferating-nya TUNEL-negative. Hal
ini dikarenakan TUNEL hanya mewarnai sel-sel yang mengalami
degradasi DNA pada tahap apoptosis dan kemungkinan konsentrasi 100 μ
M curcumin tidak cukup kuat dalam mendegradasi lapisan luar sel
spheroid. Sedangkan pada sel spheroid yang ditumbuhkan dengan
konsentrasi 200 μM curcumin, dapat diwarnai oleh TUNEL (sekitar 300 μ
m). Hal ini mengindikasikan pengaruh apoptosis curcumin konsentrasi 200
μM pada sel spheroid B16-R yang diinkubasi selama 48 jam, dimana hasil
yang sama juga ditunjukkan ada Gambar 1.2, yaitu jumlah sel viable
hanya sekitar 17 – 29%.
Gambar 1.4. Analisis fragmentasi DNA in situ dengan uji TUNEL pada sel spheroid B16-
R. Spheroid yang ditumbuhkan selama 48 jam dengan 100 μM (A) dan 200 μM (B)
curcumin. (A) Hanya sekitar 2 layer dari viable rim yang TUNEL-positive. (B) Seluruh sel
viable rim yang terletak di atas necrotic center berupa TUNEL-positive. Necrotic center
selalu TUNEL-positive (warna abu-abu terang). VR, viable rim; NC, necrotic center. Skala
= 100 μm
c. KESIMPULAN
Curcumin disimpulkan bersifat sitotoksik terhadap sel melanoma
B16-R yang resisten terhadap doxorubicin, baik yang ditumbuhkan
sebagai monolayer ataupun yang ditumbuhkan sebagai spheroid.
Pengaruh sitotoksik curcumin terhadap sel melanoma B16-R diperkirakan
akibat induksi kematian sel terprogram/apoptosis. Selain itu, diketahui
bahwa penghambatan pertumbuhan sel melanoma B16-R bergantung
terhadap dosis curcumin dan waktu inkubasi, dimana konsentrasi 200 μm
curcumin dan waktu inkubasi 48 jam menunjukkan penghambatan
melanoma B16-R yang terbaik.
Gambar 2.1. Pengaruh curcumin terhadap proliferasi sel MDA-MB-231 dan MCF-7. Sel
diberikan treatment curcumin pada konsentrasi yang berbeda selama 24 jam (A) dan 48
jam (B).
Gambar 2.2. Persentase sel MDA-MB-231 dan MCF-7 pada kelompok sub-G1
(apoptosis) setelah diberi treatment curcumin selama 48 jam.
Gambar 2.3. Apoptosis sel kanker dengan pewarnaan AO/EB setelah 48 jam. Sel yang
mengandung inti kromatin normal berwarna hijau, sedangkan sel yang inti kromatinnya
terfragmentasi berwarna oranye-merah.
Gambar 2.4. Perubahan morfologis apoptosis sel kanker payudara di bawah mikroskop
TEM
c. KESIMPULAN
Treatment curcumin terhadap sel kanker payudara menunjukkan
penghambatan pertumbuhan kanker melalui induksi apoptosis sel kanker
dengan cara yang bergantung pada dosis dan waktu. Apoptosis sel
kanker ditunjukkan dengan kondensasi kromosom, pembentukan badan
apoptosis, agregarasi chromatin, denaturasi mitokondria, pembentukan
badan apoptosis, pembengkakan sitoplasma, dan hilangnya krista
mitokondria. Selain itu, adanya curcumin juga mempengaruhi ekspresi
protein Bcl-2 (anti-apoptotic) dimana Bcl-2 ditemukan menurun,
sedangkan protein Bax meningkat (pro-apoptotic).
Gambar 3.1. Pengaruh curcumin terhadap penghambatan pertumbuhan sel T24 (A) dan
5637 (B).
Gambar 3.5. Migrasi dan invasi sel T24 (A) dan 5637 (B) yang diberikan treatment
curcumin
Gambar 4.1. Persentase penampakan tumor pada tikus setelah diinjeksi B16-R
Pada kelompok kontrol selama 7 hari pasca-injeksi sel B16-R, tidak
ditemukan tumor pada pada sisi kanan daerah bawah tulang dada dan
atas pinggul dan 100% tikus tersebut mengembangkan melanoma. Pada
kelompok tikus yang diberi treatment curcumin, tidak ada perbedaan yang
diamati dengan kelompok kontrol, sedangkan untuk menguji apakah
curcumin dapat meningkatkan preparasi imunitas terhadap B16-R maka
kelompok tikus selanjutnya diinjeksikan 4 kali berturut-turut dengan
protein B16-R (dalam waktu 7 hari) sebelum diinjeksikan dengan sel
kanker B16-R dan kemudian diinjeksikan dengan curcumin setelah ada
penampakan tumor. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tumor langsung
terbentuk dalam waktu 2-6 hari pada kelompok tikus kontrol dan kelompok
tikus yang hanya diinjeksikan curcumin. Injeksi protein B16-R sebelum
injeksi sel B16-R dapat menunda pembentukan tumor. Selain itu diamati
pula pada kelompok tikus yang diinjeksikan protein B16-R+curcumin,
perkembangan tumor yang tampak tidaklah homogen (antar 9-13 hari
pasca-injeksi sel). Adanya penundaan tumor dimungkinkan oleh treatment
profilaksis (protein B16-R).
Selanjutnya pengaruh curcumin terkait dengan imunisasi dari
protein B16-R (Gambar 4.2). Kombinasi protein B16-R dan curcumin
menghasilkan penghambatan pertumbuhan melanoma B16-R secara
susbtansial. Pada hari ke-40 setelah munculnya tumor, ukuran tumor
pada kelompok tikus yang diberikan treatment protein B16-R+curcumin
memiliki tumor dengan rata-rata ukuran 4.23 cm 2, sedangkan kelompok
tikus yang hanya diberikan curcumin, kelompok tikus protein B16-R, serta
kelompok tikus kontrol memiliki tumor dengan rata-rata ukuran 9 cm 2 dan
16 cm2. Dapat disimpulkan pertumbuhan tumor pada kelompok tikus
protein B16-R+curcumin 4 kali lebih rendah dibandingkan kelompok tikus
kontrol, dan 2 kali lebih rendah dibandingkan kelompok tikus yang hanya
diberikan 1 tipe treatment. Selain itu diamati bahwa dalam kelompok yang
menerima pengobatan kombinasi, pertumbuhan tumor sangat heterogen
(R2 = 0.38).
c. KESIMPULAN
Curcumin memiliki potensi aktivitas kemopreventif dan kemoterapi
melalui berbagai proses induksi apoptosis sel kanker, namun curcumin
memiliki kelarutan air yang cukup rendah sehingga mempengaruhi
bioavailabilitasnya. Cum-NP diketahui mampu menghambat pertumbuhan
tumor lebih efisien dibandingkan free curcumin ketika diaplikasikan
terhadap nude mice yang memiliki kanker paru-paru A549. Selain itu
Cum-Np hanya menunjukkan sedikit toksisitas terhadap jaringan tubuh
nrmal, termasuk sumsum tulang, hati, dan ginjal. Oleh karena itu dapat
disimpulkan Cum-NP berpotensi untuk digunakan dalam terapi anti-kanker
klinis.
KESIMPULAN
Curcumin, bahan aktif dari ekstrak Curcuma longa, telah dipelajari secara luas
selama beberapa dekade terakhir untuk mempelajari aktivitas anti-inflamasi,
antioksidan, dan anti-kanker. Curcumin telah menunjukkan efek anti-kanker yang cukup
besar terhadap beberapa jenis kanker yang berbeda, termasuk kanker prostat, kanker
payudara, kanker kolorektal, kanker pankreas, kanker paru-paru secara in vitro maupun
in vivo. Diketahui efikasi dan keamanan curcumin pada pasien kanker, baik sendiri
ataupun dalam bentuk kombinasi dengan agen antikanker lainnya telah dibuktikan
dalam beberapa studi pre-klinis ataupun klinis. Aktivitas anti-kanker curcumin
ditunjukkan melalui berbagai mekanisme, seperti mengganggu jalur seluler,
menginduksi/menghambat produksi berbagai jenis sitokin, enzim, atau faktor
pertumbuhan, dimana kemampuan anti-kanker curcumin ini pada umumnya bergantung
kepada dosis dan waktu/durasi. Meskipun curcumin menunjukkan potensi yang tinggi
sebagai anti-kanker, diketahui kelarutan dalam air curcumin cukup rendah, sehingga
dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya. Oleh karena itu diperlukan metode drug
delivery seperti nanopartikel atau nanogel, sehingga curcumin mampu masuk ke dalam
sitoplasma sel.
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. L. Siegel, K. D. Miller, and A. Jemal, “Cancer Statistics, 2018.,” CA. Cancer J.
Clin., vol. 68, no. 1, pp. 7–30, Jan. 2018, doi: 10.3322/caac.21442.
[7] J. H. Bauer and S. L. Helfand, “New tricks of an old molecule: lifespan regulation
by p53.,” Aging Cell, vol. 5, no. 5, pp. 437–440, Oct. 2006, doi: 10.1111/j.1474-
9726.2006.00228.x.
[10] P. Li et al., “Curcumin selectively induces colon cancer cell apoptosis and S cell
cycle arrest by regulates Rb/E2F/p53 pathway,” J. Mol. Struct., vol. 1263, p.
133180, 2022, doi: https://doi.org/10.1016/j.molstruc.2022.133180.
[12] H.-P. Lee, T.-M. Li, J.-Y. Tsao, Y.-C. Fong, and C.-H. Tang, “Curcumin induces
cell apoptosis in human chondrosarcoma through extrinsic death receptor
pathway.,” Int. Immunopharmacol., vol. 13, no. 2, pp. 163–169, Jun. 2012, doi:
10.1016/j.intimp.2012.04.002.
[13] Y.-I. Hahn et al., “Curcumin interacts directly with the Cysteine 259 residue of
STAT3 and induces apoptosis in H-Ras transformed human mammary epithelial
cells.,” Sci. Rep., vol. 8, no. 1, p. 6409, Apr. 2018, doi: 10.1038/s41598-018-
23840-2.
[14] W.-H. Lee, C.-Y. Loo, P. M. Young, D. Traini, R. S. Mason, and R. Rohanizadeh,
“Recent advances in curcumin nanoformulation for cancer therapy.,” Expert Opin.
Drug Deliv., vol. 11, no. 8, pp. 1183–1201, Aug. 2014, doi:
10.1517/17425247.2014.916686.
[15] J. Odot, P. Albert, A. Carlier, M. Tarpin, J. Devy, and C. Madoulet, “In vitro and in
vivo anti-tumoral effect of curcumin against melanoma cells,” Int. J. Cancer, vol.
111, no. 3, pp. 381–387, 2004, doi: 10.1002/ijc.20160.
[16] Z.-D. Lv et al., “Curcumin induces apoptosis in breast cancer cells and inhibits
tumor growth in vitro and in vivo,” Int. J. Clin. Exp. Pathol., vol. 7, no. 6, pp. 2818–
2824, May 2014, [Online]. Available: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25031701.
[17] J. Shi, X. Zhang, T. Shi, and H. Li, “Antitumor effects of curcumin in human
bladder cancer in vitro,” Oncol Lett, vol. 14, no. 1, pp. 1157–1161, 2017, doi:
10.3892/ol.2017.6205.