Anda di halaman 1dari 11

NAMA : FITRAH AULIA

NIM : 210101049
MK : ADAT DAN BUDAYA ACEH
DOSEN : Drs. TEUKU JUNAIDI, M.Pd

Soal beserta jawaban

1. jelaskan konsep kebudayaan dengan jelas, baik kebudayaan material maupun


kebudayaan inmaterial disertai dengan contoh-contohnya. ?

JAWAB : .material adalah kebudayaan yang bersifat konkret dan dapat dirasakan fisik nya,
sedangkan kebudayaan non material adalah kebudayaan yang bersifat abstrak dan diwariskan
dari generasi ke generasi.Terdapat banyak elemen dan aspek kebudayaan, namun masing-
masing dapat dikategorikan sebagai budaya material atau non material. non material dapat
didefinisikan sebagai cara berpikir dan sistem kepercayaan dari setiap budaya. Kebudayaan
nonmaterial juga dapat didefinisikan sebagai ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi misalnya berupa dongeng cerita rakyat dan lagu atau tarian tradisional.
Aspek kebudayaan nonmaterial mencakup kreasi dan gagasan abstrak yang tidak terkandung
dalam objek fisik. Dengan kata lain, setiap produk tak berwujud yang dibuat dan dibagikan di
antara anggota suatu budaya dari waktu ke waktu adalah aspek dari budaya non material.
Sedangkan budaya material adalah fisik yang artinya bisa disentuh atau dilihat secara nyata
dan konkrit. Kebudayaan material mengacu pada peralatan, senjata mesin, ornamen, seni
bangunan, monumen catatan tertulis gambar agama, pakaian dan benda-benda lainnya yang
diproduksi atau digunakan oleh manusia.Terdapat beberapa aspek-aspek yang sifatnya
material yang dapat diraba atau dilihat secara nyata, seperti pakaian dan alat-alat kerja. Oleh
karena sifatnya material maka aspek kebudayaan ini relatif cepat berubah, sebaliknya aspek
norma menyangkut kaidah-kaidah atau norma-norma sosial yang mengatur interaksi antara
sesama warga masyarakat, aspek ini relatif lebih lambat berubah dibanding dengan aspek
kebudayaan material.
2. Bagaimana konsep adat dalam perspektif ke-Acehan yang berlaku dan berkembang di
Aceh saat ini. ?
JAWAB : Masyarakat Aceh terkenal sangat religius, dan memiliki budaya adat yang identik
dengan Islam. Kehidupan budaya adat Aceh dengan Islam tidak dapat dipisahkan.
Harmonisasi antara adat dan Islam ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat.Masyarakat Aceh menyesuaikan praktek agama dengan tradisi atau adat istiadat
yang berlaku, hal ini terlihat dalam kehidupan sosial budaya Aceh. Sebagai hasilnya Islam
dan budaya Aceh menyatu, sehingga sukar dipisahkan. Disini kaidah syariat Islam sudah
merupakan bagian dari adat atau telah diadatkan. Sebaliknya, adat merupakan bagian dari
Islam, atau yang telah diislamkan.Ketua MAA yang akrab disapa Pak Bad ini lebih sepakat
dengan istilah budaya adat Aceh bukan budaya Aceh. Itu penting karena istilah itu memberi
dampak filosofis, historis dan cita-cita kita sebagai orang Aceh. Budaya adat Aceh
mengandung nilai-nilai religius dalam bingkai syariat Islam. Jadi, nilai syariat Islam itu
mutlak harus dijiwai dalam budaya adat Aceh.Dalam kaitan dengan hal tersebut, dalam
masyarakat Aceh juga berlaku ketentuan bahwa adat itu ada dua. Pertama, ketentuan Allah
SWT yang tidak berubah sepanjang masa dan kedua adat kebiasaan masyarakat berdasarkan
syariat Islam.Kita punya nilai khusus dan istimewa terkait dengan syariat Islam. Karena itu
budaya kita tidak boleh lepas dari syariat. Seperti setiap pekerjaan harus diniatkan Lillahi
ta’ala dan harus dimulai dengan membaca Bismillah. Ini tidak ada di budaya lain. Makanya
tidak pernah ada orang main judi dibacakan doa di situ. Sedang di semua acara kita lainnya
diharuskan untuk memulainya dengan Bismillah.

3. Dalam kaitan soal nomor 2 jelaskan peran masing-masing Lembaga Adat sesuai
Qanun pemerintahan Aceh.?

JAWAB : Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh
suatu masyarakat hukum adat tertentu mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan
sendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-
hal yang berkaitan dengan Adat Aceh.

Lembaga adat di Aceh terdiri atas :

 Majelis Adat
 Imeum Mukim
 Imeum Chiek
 Tuha Peut
 Tuha Lapan
 Geutjhik
 Syah Banda
 Keujruen Blang
 Panglima Laot
 Pawang Glee
 Peutuwa Sienebok
 Harian Peukan

Majelis Adat Aceh


Pemangku Majelis Adat Aceh
Lembaga Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Jaya mempunyai unsur pemangku adat
dimana berfungsi sebagai pengarah atau penasehat dari Pengurus Majelis Adat Aceh. 
Pengurus Majelis Adat Aceh, 
memilki tugas dan wewenang sbb :
1.Mengupayakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh
Jaya.
2.Membuat persidangan dan membuat risalah rapat-rapat Adat.
3.Melaksanakan Pembinaan Tokoh-tokoh Adat yang dapat menunjang terciptanya
pengetahuan SDM tentang nilai-nilai adat istiadat.

Imuem Mukim
Imum mukim adalah kepala mukim dan pemangku adat di pemukiman. Mukim adalah
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang terdiri dari
beberapa Gampong yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri.

Imeum Chiek
Imuem Chik Merupakan satuan perangkat adat yang membidangi dalam bidang
keagamaan,yang dipilih dalam musyawarah Mukim di hadiri oleh imuem Mukim, Guetjhik,
Imum Masjid dan Imum Meunasah dalam wilayah kemukiman yang bersangkutan

Tuha Peut
Tuha Peut adalah suatu badan kelengkapan Gampong dan Mukim yang terdiri dari unsur
pemerintah, unsur Agama, unsur Pimpinan Adat, unsur cerdik pandai yang berada di
Gampong dan Mukim yang berfungsi memberi nasehat kepada Keuchik dan Imum Mukim
dalam bidang Pemerintahan, Hukum Adat, Adat Istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat
serta menyelesaikan segala sengketa-sengketa di gampong.

Tuha Lapan
Tuha Lapan adalah suatu Badan Kelengkapan Mukim yang terdiri dari unsur Pemerintah,
Agama, Pemimpin Adat, Pemuka Masyarakat, cerdik Pandai, Pemuda/Wanita, dan
Kolompok Masyarakat.

Geutjhik
Geutjhik adalah orang yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat serta diangkat oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk memerintah Gampong yang dibantu oleh
Sekretaris  Gampong, tuha Peut Gampong, Kaur, Kadus, dan unsur kepemudaan

Syah Banda
Syah banda adalah orang yang memimpin dan mengatur tambatan kapal/perahu, lalu lintas
keluar dan masuk kapal/perahu, di bidang angkutan laut, danau, dan sungai, nama-nama
Syahbadan dapat dilihat pada tabel berikut (disini)

Keujruen Blang
Keujruen Blang Adalah Pemuka Adat/Orang yang diberi wewenang untuk mengatur
penggunaan Pengairan untuk para petani dalam rangka turun kesawah untuk bercocok tanam.

Panglima Laot
Panglima laot adalah pemuka adat atau orang yang ditunjuk untuk memimpin dan mengatur
adat dan adat istiadat di bidang pesisir dan kelautan, Pawang GleePawang Glee/Pawang
uteun atau nama lain adalah orang yang memimpin dan mengatur adat istiadat yang
berkenaan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hutan

4. Adat Aceh selalu identik dengan Islam, demikian juga halnya seperti yang terdapat
dalam bentuk peralatan senjata tajam rencong, struktur rumoh tangga keluarga dan
bangunan rumoh adat Aceh yang hanya dua kamar saja. Jelaskan nilai-nilai islam apa
saja yang terdapat dalam hal tersebut di atas.?
JAWAB : Rencong dan Keris memiliki fungsi yang sama yakni sebagai senjata untuk
menikam/menusuk pada saat berhadap-hadapan langsung dengan lawan/musuh, lebih
berfungsi dalam peperangan jarak dekat (bukan untuk menebas sebagaimana fungsi utama
pedang). Walau memiliki fungsi yang sama akan tetapi tetap saja memiliki perbedaan dari
segi bentuk serta nilai yang terkandung didalamnya. Dari segi bentuk, Rencong memiliki
mata pisau yang tajam dan terasah pada satu sisi saja, hal ini umum ditemukan pada jenis
senjata tajam bangsa-bangsa rumpun Melayu. Berbeda halnya dengan Keris yang tajam dan
terasah pada kedua sisi mata pisaunya. Pun Rencong Aceh itu berbentuk lurus sedikit
menekuk pada bagian ke ujung mata pisaunya, sedangkan Keris memiliki bentuk yang
berlekuk-lekuk dari pangkal sampai ke ujung mata pisaunya.
Dari sisi nilai yang terkandung didalamnya, Rencong, lebih dipengaruhi oleh Islam. Secara
fisik, bentuk keseluruhan rencong merupakan perwujudan dari simbol tulisan bismilah
(menyebut nama Allah), yakni gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada bagian
sikunya merupakan perwujudan aksara Arab “ba” ; Bujuran gagang tempat genggaman
berbentuk aksara Arab “sin” ; Bentuk-bentuk lancip yang menurun ke bawah pada pangkal
besi dekat gagangnya merupakan perwujudan aksara Arab “mim” ; Lajur-lajur besi dari
pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan perwujudan dari aksara Arab “lam” serta
ujung yang runcing sebelah atas mendatar dan bahagian bawah yang sedikit melekuk ke atas
merupakan perwujudan aksara Arab “ha”. Dengan demikian rangkaian dari aksara “ba”,
“mim”, “lam” dan “ha” itu mewujudkan kalimah “bismillah”.
Rumah adat Aceh atau yang biasa disebut dengan rumoh Aceh secara anatomi biasanya
memiliki tiga sampai lima ruangan, yang terdiri dari seuramoe keue (serambi
depan), seuramoe teungoh (serambi tengah), dan seuramoe likot (serambi belakang), serta
bagian tambahan yaitu dapur.
rumoh Aceh dibangun menghadap ke timur dan sisi belakangnya menghadap ke barat. Hal ini
dikarenakan agar rumah selalu menghadap ke arah kiblat (Mekkah), sebagai simbol orang
yang menetap di rumah tersebut selalu menjalankan perintah agama.

5. Secara garis besar wewenang, tugas dan fungsi Lembaga Adat di Aceh, baik Panglima
Laot, maupun Keujerun Blang adalah “menyelesaikan sengketa adat dan perselisihan
yangterjadi di kalangan masyarakat tersebut”. Pilihlah salah satu Lembaga Adat,
kemudian buatlah satu ilustrasi kasus beserta penyelesaiannya.?
JAWAB :

Panglima laot
Misalkan ada nelayan yang sedang menangkap ikan,lalu terganggu oleh nelayan lainnya yang
juga sedang menangkap ikan di daerah yang sama, lalu terjadilah perselisihan perselisihan
diantara mereka hingga tanpa disadari terjadilah keributan di antara para nelayan dan para
warga yang tinggal di daerah pesisir itu. Lalu sebagai panglima laot mulai mengarahkan dan
memberikan pengarahan untuk melakukan rapat secara bersama-sama dengan kedua nelayan
dan juga warga di sekitarnya.Lalu panglima laot memberikan pengarahan untuk masalah
nelayan tersebut, dan wajib mendamaikan mereka agar tidak terjadi keributan serta tidak jadi
perselisihan di antara para nelayan dengan nelayan lainnya.
Iya juga harus memberikan keputusan keputusan yang adil bagi kedua belah pihak dan tidak
memihak atau berat sebelah dengan salah satu yang sedang terlibat.
Dengan begitu lah maka berakhir perseteruan dari kedua nelayan itu karena adanya lembaga
panglima laot untuk membuat kenyamanan keamanan dan juga kerukunan di antara
masyarakat pesisir agar tidak saling berseteru, membenci atau sesuatu yang tidak diinginkan
lainnya. Apabila masalah seperti ini terjadi di antara nelayan dan juga warga maka panglima
laut lah yang bertugas untuk Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Dalam banyak tradisi budaya yang berkembang di masyarakat
Aceh, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan yang terbesar dan
berlangsung lama, yaitu selama tiga bulan. Sebentar lagi, masyarakat Aceh pun akan mulai
merayakan Maulid Nabi, yang jatuh pada 3 Januari 2015 dalam penanggalan Masehi, atau 12
Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.

6. Jelaskan mengapa di Aceh perayaant maulid diperingati tidak hanya di bulan rabiul
awal, tetapi bagi desa yg tidak sempat pd rabiul awal akan diperingati pd bulan
berikutnya hingga pd bulan jumadil akhir.?
JAWA : . Kanduri Maulod atau Kenduri Maulid pada masyarakat Aceh erat kaitannya dengan
peringatan hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, utusan Allah
SWT yang terakhir dan pembawa serta penyebar ajaran agama Islam. Karena itu kenduri ini
sering juga disebut Kanduri Pang Ulee. Kenduri Maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul
Awal disebut Maulod Awai (Maulid Awal) yang dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai
berakhir bulan Rabiul Awal. Sedangkan Kenduri Maulid yang dilaksanakan pada bulan
Rabiul Akhir disebut Maulod Teungoh (Maulid Tengah) yang dimulai dari tanggal 1 bulan
Rabiul Akhir sampai berakhirnya bulan Rabiul Akhir tersebut. Selanjutnya, Kenduri Maulid
pada bulan Jumadil Awal disebut Maulod Akhee (Maulid Akhir) yang dilaksanakan
sepanjang bulan Jumadil Awal. Pelaksanaan Kenduri Maulid berdasarkan rentang tiga bulan
di atas mempunyai tujuan supaya masyarakat Aceh dapat melaksanakan kenduri secara
keseluruhan dan merata. Sehingga apabila pada bulan Rabiul Awal belum mampu
melaksanakan kenduri, pada bulan Rabiul Akhir belum juga mampu, maka masih ada
kesempatan pada bulan Jumadil Awal. Umumnya seluruh masyarakat Aceh mengadakan
Kenduri Maulid, hanya waktu pelaksanaannya yang berbeda-beda, tergantung pada
kemampuan menyelenggarakan dari masyarakat. Menyambut tradisi Kanduri Maulod di
Aceh diawali dengan shalawat, zikir dan syair-syair mengagungkan Allah SWT dan
mendoakan keselamatan untuk Rasulullah SAW dan keluarganya, beserta sahabat serta untuk
seluruh umat Islam. Shalawat, zikir dan syair ini dibawakan para remaja putra maupun putri.
Suara-suara itulah yang dirangkum dalam bentuk “Barzanji” yang merupakan salah satu ciri
khusus dalam tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh. mengembalikan situasi seperti
sedia kala, untuk mengkondisikan situasi seperti tak terjadi masalah apapun dan tidak ada
yang yang berselisih karena apapun. Karena itulah panglima laut ada untuk memberikan kan
daerah nya kenyamanan keamanan serta memberi keadilan untuk mereka semua.

7. Jelaskan nilai-nilai filosofis yang terkandung pada rumah adat Aceh.?


JAWAB : Bagi masyarakat Aceh, tidak dikenal nama rumah adat Aceh, namun mereka
mengenal dengan sebutan Rumoh Aceh. Rata-rata setiap penduduk pun memiliki desain
rumah yang hampir sama. Nah, berikut ini adalah beberapa keunikan dan filosofi dari
Rumoh Aceh:

1. Rumah dibuat tinggi

Rumoh Aceh dibuat dengan konsep rumah panggung, sehingga memiliki jarak dari tanah
ke tempat tinggal. Lalu karena tempatnya tinggi, maka dibutuhkan tangga untuk sampai
ke rumah panggung. Jumlah tangganya pun dibuat ganjil, sesuai dengan kepercayaan
masyarakat sekitar.

Tempat yang dibuat tinggi ini dipilih guna mengurangi kelembaban di dalam rumah.
Sebab dengan konsep panggung, maka udara dapat masuk ke dalam rumah melewati
kolong-kolong. Dengan begitu, makanan di dalam rumah pun tidak akan cepat
membusuk.

2. Ukiran di dalam rumah menunjukkan status sosial

Lalu setiap rumah pasti memiliki ukiran atau ornamen. Banyak sedikitnya dan bagus
tidaknya ornamen ini menjadi salah satu tanda status sosial masyarakat. Semakin tinggi
kedudukannya di masyarakat, maka ornamen dan hiasan di dalam rumah juga akan
semakin bagus dan banyak. Dengan begitu, apabila Anda bertamu ke rumoh Aceh, maka
dapat diketahui status sosial pemilik rumah melalui ornamen yang ada di sana.

3. Pintu dibuat pendek sebagai bentuk penghormatan

Jika Anda berkunjung ke Rumoh Aceh, maka akan tahu jika pintu-pintu di sana cukup
pendek,. Bahkan tidak setinggi tinggi orang-orang pada umumnya. Ternyata hal ini
memang disengaja, supaya ketika baru memasuki rumah, semua orang seolah
memberikan penghormatan kepada pemilik rumah. Lantaran ketika melewati pintu, setiap
orang harus menunduk. Hal ini diterapkan supaya masyarakat saling menghormati sesama
tanpa membedakan kasta.

4. Harus melalui musyawarah sebelum membangun rumah

Sebelum membangun rumah, maka harus ada musyawarah dahulu. Musyawarah tersebut
dilakukan di ranah keluarga dan ranah tokoh-tokoh adat. Musyawarah di keluarga perlu
dilakukan supaya dapat menentukan berbagai macam kebutuhan sebagai persiapan
pembangunan. Dengan adanya musyawarah ini diharapkan pembangunan dapat berjalan
lancar tanpa kendala, sebab segala sesuatunya, baik bahan, tanggal pembuatan maupun
pihak-pihak yang terlibat telah diputuskan bersama. Setelah musyawarah di tingkat
keluarga, selanjutnya adalah musyawarah bersama para teuku dan ulama. Hal ini jelas
sebagai bentuk permintaan doa restu supaya pembangunan rumah adat bisa dilaksanakan
dengan lancar. Rumah adat di Aceh dibangun dengan penuh perhitungan. Para pendahulu
masyarakat, akan selalu memperhitungkan banyak hal sebelum membangun sesuatu.
Termasuk kegunaan suatu benda atau tempat. Rumah adat Aceh tidak dibangun seperti
rumah-rumah beton jaman sekarang. Namun dibangun dengan bahan-bahan yang berasal
dari alam. Dengan bahan inilah, justru rumah adat Aceh mampu berdiri dengan kokoh
dan lebih kuat. Daerah Aceh termasuk salah satu daerah yang rawan terhadap gempa
bumi. Maka dari itu, proses pembuatan rumahnya pun tidak sembarangan dilakukan. Para
pendahulu telah memperhitungkan banyak hal supaya rumah adat tahan gempa dan
goncangan. Selain itu, rumah tersebut juga akan terhindar dan aman dari banjir maupun
serangan binatang buas. Sehingga jauh lebih nyaman untuk ditempati, terutama saat ada
bencana. Kemudian, ruang-ruang yang ada di sana juga dibagi menjadi beberapa ruang
dengan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan adanya etika dan nilai kesopanan
dalam masyarakat.

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan : ?


a. Adat bak Poteumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala.Qanun bak Purtro Phang,
Reusam bak Laksamana
b. Hukom deungon adat, legee zat deungon sifeut.
c. Mate aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamita.
d. Tajak beulaku linggang, tapinggang beulaku ija.
JAWAB :

A. Adat bak Poteumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala.Qanun bak Purtro Phang,
Reusam bak Laksamana
Sebagai mahasiswa tingkat awal di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,
saya sangat tertarik untuk mengupas seluk beluk dari tulisan yang terpampang
jelas di dinding depan pintu masuk utama Fakultas Hukum Unsyiah, kata kata
yang tidak asing didengar namun sedikit yang memahami dengan benar “Adat bak
poteumeureuhom,hukom bak syiah kuala,qanun nibak putroe phang,reusam bak
laksamana”.

Adakah tanda tanya yang terlintas di pikiran kita? Apa itu adat? Siapa
poteumeureuhom tersebut? Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari
nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu kelompok. Lantas siapakah poteumeureuhom?
Poteumeuruhom adalah pemegang kekuasaan eksekutif dan kebesaran tanah
Aceh, jadi Adat bak poteumeureuhom berarti kebudayaan yang diputusan oleh
raja raja yang pernah memerintah di Aceh dan dicetuskan berupa lembaran pada
masa Sultan Iskandar Muda.

Bahasan kedua kita adalah tentang kata “Hukom nibak syiah kuala” Aceh
adalah daerah dengan nuansa religi yang sangat kental, jadi poin agamis tentang
hukum keagamaan masuk kedalam sila terpenting penegakan pedoman rakyat
Aceh, bahasan hukum di point kedua ini bukan bahasan hukum undang-undang
karena hal itu akan kita bahas di poin bahasan ketiga nanti, di bahasan kedua ini
adalah tentang hukum Islam. Hukum Islam sendiri yakni berisi hukum dan aturan
Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik muslim
maupun non- muslim. Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan yang bersumber dari Alquran dan Hadits
yang diberlakukan oleh Ulama sebagai pemegang yudikatif. Lalu diqiyaskan
dengan nama Syiah kuala karena pemberlakuan ini pertama kali terjadi di kerajaan
Aceh pada masa Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Singkili sebagai Wali al-Mulk pada
masa itu. Adat dan hukum Islam berjalan beriringan di tanah rencong ini karena
adat Aceh mengandung nilai islami seakan tak dapat dipisahkan seperti kata
pepatah “Hukom ngen adat lage zat ngen sifeut, tawiet han meulipat, tatarek han
meujeu’eut”.

Bahasan ketiga kita bertemu dengan kalimat “qanun nibak putroe phang”. Apa
itu Qanun? dan siapa putroe phang? Kenapa harus putroe phang? Qanun adalah
Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Provinsi Aceh.
Qanun terdiri atas: Qanun Aceh, yang berlaku di seluruh wilayah Provinsi Aceh.
Disebut nibak Putroe Phang karena Qanun ini adalah hasil musyawarah para
cendekiawan atas dasar saran dari Putroe Phang, seorang pemaisuri dari sultan
Iskandar Muda yang dibawa pulang dari Pahang, Malaysia setelah Sultan Iskandar
Muda berhasil menaklukkan kerajaannya lalu mengapa harus saran dari Putroe
Phang? Itu karena Putri Pahang dalam istana Darud Dunia tidak hanya sebagai
Permaisuri, juga menjadi penasehat bagi suaminya, Sultan Iskandar Muda. Salah
satu nasehatnya adalah pembentukan Majelis Syura (Parlemen) yang
beranggotakan 73 orang sebagai perwakilan penduduk dalam kerajaan Aceh).

Ada sebuah pertanyaan besar tentang apa itu Reusam? Dan siapakah
laksamana tersebut? Reusam adalah suatu kebiasaan dalam masyarakat yang tidak
mengikat dan tidak terikat oleh sanksi hukum. Reusam digunakan untuk menjaga
hubungan silaturahmi diantara dua belah pihak, saling menghargai, saling
memuliakan, saling menyapa, saling memberi dan menerima supaya hubugan
antara dua belah pihak terbina dan terjaga dengan baik. Reusam dalam artian luas
dapat dimaknai sebagai adab atau tata krama. Budaya yang tinggi ialah budaya
yang mempunyai peradaban dan tata krama yang baik, sehingga adanya Reusam
di Aceh menunjukkan bahwa tingkatan budaya yang ada di Aceh berada pada
tingkat yang lebih baik. Salah satu contoh umum dari Reusam adalah menyapa
tamu dengan tarian Ranup Lampuan. Pertanyaan selanjutnya siapakah
Laksamana? Laksamana ini hanyalah kata kiasan yang bermakna keperkasaan dan
kearifan dalam keragaman adat kebiasaaan yang terdapat dalam kebiasaan.
Dikiaskan dengan Laksamana supaya kita menjunjung tinggi Reusam Indatu ini
sebagaimana kita menjunjung tinggi seorang laksamana.”Qanun deungon reusam
lage parang deungon sadeup, dua dua mata tajam,hana saban didalam beut”.
“Hukom beu meusuon, qanub beu meubulueng, reusam ban
sipadan”Artinya :“Adat harus disepakati dan berjalan, hukum wajib ditaati dan
ditempatkan di jenjang qanun bersama sama kita patuhi, reusam kita tempatkan
sesuai situasi”.

B. Hukom deungon adat, legee zat deungon sifeut.


Hukôm ngon adat lagèe zat ngon sifeut. Demikian bunyi hadih maja warisan indatu.
Kata adat dalam nasihat indatu di atas berasal memiliki beberapa pengertian: (1)
kebiasaan, kelaziman, peraturan, ketentuan; (2) iuran, pajak, cukai, hadiah, upah
tetap; (3)

SAFRIANDI Selasa, 29 Januari 2013 15:05:00 WIB

HERI JUANDA
HUKOM ngon adat lagèe zat ngon sifeut. Demikian bunyi hadih maja warisan indatu.
Kata adat dalam nasihat indatu di atas berasal memiliki beberapa pengertian:

(1) kebiasaan, kelaziman, peraturan, ketentuan; (2) iuran, pajak, cukai, hadiah, upah
tetap; (3) tata cara penghormatan, kesopanan, sopan santun; (4) sejenis tanaman
semak yang berbunga kuning dan daunnya dijadikan bahwa rukok siawan (Aboe
Bakar, dkk. 1985. Kamus Bahasa Aceh-Indonesia).Selain kata adat, ada pula kata
adab. Meski dilafalkan hampir sama, kedua kata itu tidak memiliki pengertian yang
sama. Berbeda dengan adat, adab lebih berkaitan hanya dengan kesopanan dan budi
bahasa.
Dalam tulisan ini pembahasan hanya difokuskan pada adat dalam pengertian (1)
kebiasaan, kelaziman, peraturan, ketentuan; (2) iuran, pajak, cukai, hadiah, upah
tetap; (3) tata cara penghormatan, kesopanan, sopan santun.Bagi orang Aceh adat
sangatlah penting, bahkan dijadikan salah satu pegangan hidup dan dianggap sebagai
pusaka yang harus diwariskan pada generasi selanjutnya (Mohd. Harun. 2009.
Memahai Orang Aceh).
Pernyataan ini dapat dilihat dalam hadih maja seperti tutue meuneumat/adat
meupusaka, atau mate aneuk meupat jeurat, mate adat pat tamita.Adat dapat dibagi
dalam empat jenis. Menurut Badruzzaman, seperti yang dikutip Mohd. Harun, dalam
bukunya Memahai Orang Aceh, adat terdiri dari:

(1) adat tullah (adatôlah) berarti aturan atau ketentuan berdasarkan hukum syariah
yang bersumberkan alquran dan hadis;

(2) adat tunah berarti adat istiadat sebagai manifestasi dari kanun (undang-undang)
dan reusam (kebiasaan atau tradisi di suatu tempat) yang mengatur kehidupan
masyarakat;

(3) adat muhakamah berarti adat yang dimanifestasikan pada asas musyawarah dan
mufakat;

(4) adat jahiliyah berarti ada istiadat atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak
sesuai dengan ajaran islam, tetapi masih dipertahankan oleh sebagian kecil
masyarakat.

Umar, sebagaimana dikutip Mohd. Harun (2009), menyebutkan bahwa adat tullah
(adatôlah) tidak boleh diubah dan harus selalu disyiarkan dalam
masyarakat.Selanjutnya, adat tunah yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
harus sesuai dengan adat tullah dan adat muhakamah, jika tidak, adat tersebut tidak
boleh dijadikan adat Aceh
C. Mate aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamita.
Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita. Dalam keseharian masyarakat
Aceh, sangat kental dengan budaya-budaya dan adat yang telah diwarisi oleh sang
indatu masyarakat Aceh itu sendiri. Namun, memasuki era globlalisasi banyak orang
Aceh melupakan kebudayaannya.

Pepatah diatas tadi memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu, mati anak ada
kuburan, mati adat dimana kita cari. Maksud mati adat disini bermakna hilang. Kalau
adat orang Aceh itu sendiri sudah hilang dari kehidupan dalam bermasyarakatnya,
dimana kita dapat menemukannya lagi.?

Seperti adat dan budaya orang Aceh dalam berbagi. Dulu, orang Aceh sangat menjaga
silaturrahmi dengan tetangga. Jika ada satu keluarga yang kekurangan beras, maka si
tetangga tersebut pergi meminjam beras kepada tetangga lain dan kekurangan pun
dapat terpenuhi.
Dalam masa konflik antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dulu, orang-orang Aceh memakai adat berbagi tersebut. Dengan demikian,
segala kebutuhan masa perang dapat terpenuhi. Namun, sekarang orang-orang Aceh
sepertinya enggan memakai budaya lagee nyan (begitu). Kenapa demikian?

Hal ini perlu di telaah secara mendalam. Akhir-akhir ini kebanyakan orang Aceh
sering meniru budaya asing. Dari cara berpakaian hingga dalam bersosial
dilingkungan masyarakat. Karena itu, untuk sekedar meminta beras seperti dulu,
menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan. Malu dong!

Namun disisi lain ada juga adat dan tradisi orang Aceh yang sampai sekarang masih
di jaga kelestariannya. Seperti Kenduri dan Peusijuek. Kenduri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa,
meminta berkah,dan sebagainya. Di Aceh sendiri terdapat beberapa kenduri yang
sampai sekarang masih dijaga kelestariannya. Seperti kenduri blang, kenduri laot,
kenduri apam, kenduri maulid, kenduri bu dan kenduri untuk merayakan sesuatu.

Sementara itu Peusijuek mirip dengan tradisi tepung tawar dalam budaya Melayu. Di
Aceh yang melakukan acara peusijuek adalah tokoh agama maupun adat yang
dituakan ditengah masyarakat. Bagi kaum lelaki yang melakukan peusijuek adalah
tokoh pemimpin agama Teungku (Ustadz) sedangkan bagi wanitanya adalah Ummi
atau seorang wanita yang dituakan ditengah masyarakat. Diutamakan yang melakukan
peusijuek ini adalah mereka yang memahami dan menguasai hukum agama sebab
prosesi peusijuek ini diisi dengan acara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan
bersama sesuai dengan agama Islam yang dianut secara umum oleh masyarakat Aceh.

Pada kalangan masyarakat pedesaan di Aceh peusijuek merupakan prosesi adat yang
cukup biasa dilakukan bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun misalnya ketika
membeli kendaraan baru atau ketika hendak menabur benih padi di sawah. Sementara
bagi masyarakat perkotaan yang lebih modern tradisi peusijuek ini hanya dilakukan
dalam kegiatan-
kegiatan adat saja misalnya dalam
prosesi adat perkawinan.

Dalam peusijuek digunakan sejumlah bahan seperti beras padi, rumput hijau atau on
sinijuek, dan air. Bahan atau alat yang digunakan tentu mempunyai arti tersendiri.
Beras padi, misalnya mencerminkan sumber kehidupan. Sebab, masyarakat Aceh
zaman dahulu tidak bertani tapi hanya makan beras dari padi. Selain itu, memercik air
dan on senijuek berarti untuk mendinginkan. Ia mencontohkan, jika sebelumnya orang
terlihat marah-marah tapi setelah dipeusijuk jiwanya akan
tenang kembali.

D. Tajak beulaku linggang, tapinggang beulaku ija.


Jak beulaku linggang, pinggang beulaku ija. Ngui beulaku teuboh, pajoh beulaku
atra”

Kata sederhana sudah tak asing lagi di telinga kita. Bahkan kita seringkali
menggunakannya dalam ungkapan sehari-hari. Namun apa sebenarnya makna
kesederhanaan itu ? Kesederhanaan dalam arti kata sederhana, bisa dikatakan
sesuatu yang menempati posisi pertengahan. Tidak lebih, tidak juga kurang.
Namun jika kita melihat lebih jauh, kata “sederhana” bisa masuk lebih jauh dalam
ranah kehidupan. Ungkapan bahasa Aceh yang penulis gunakan diawal tulisan ini
menggambarkan bentuk kesederhaan secara mendalam. Jika kita mampu
melihatnya lebih dalam. Saya akan mencoba menjelaskan lebih detail setiap
kalimat dari ungkapan tersebut secara sederhana. “Jak beulaku linggang (berjalan
sesuai lenggang)” kalimat ini mengisyaratkan bahwa bentuk kesederhanaan bisa
dimulai dari hal remeh temeh, bahkan jarang jadi perhatian sebagian besar orang.
Cara kita berjalan, dalam masyarakat Aceh menjadi penilaian tersendiri. Tidak
berlebih-lebihan, tidak dibuat-buat (menggoda, membusungkan dada, dan
lainnya), berjalan sebagaimana mestinya mengikuti irama tubuh bagaimana harus
melangkah. “Pinggang beulaku ija (kenakan sesuai kain).” Kalimat ini bisa
diartikan bentuk kesederhanaan itu tercermin juga dalam bentuk perbuatan kita
yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. “Ngui beulaku teuboh
(memakai sesuai badan),” artinya setiap apa yang kita lakukan dalam dunia ini
haruslah bertumpu pada tingkat kemampuan kita. Jika kita hanya mampu
mengangkat beban 10 kg, tentu kita tidak perlu memaksakan diri untuk
mengangkat 50 kg. Jika seorang dokter, pengetahuannya pasti lebih menjurus
pada hal pengobatan, tidak akan nyambung ketika membahas masalah arsitektur
suatu bangunan. Jika hari ini kita baru mampu membeli sepeda, tentu kita tidak
perlu memaksakan diri untuk membeli mobil. Sedangkan penghasilan kita sebagai
buruh bangunan masih jauh dari harapan itu. Namun hari ini, kebanyakan orang
memaksakan kehendaknya untuk mencapai sesuatu di luar kemampuaanya.
Akibatnya apa, tentunya segala cara akan ditempuh. Termasuk melakukan hal-hal
yang merugikan oranglain. “Pajoh beulaku atra (makan sesuai kadar harta),”
kalimat ini hampir sama dengan yang di atas, hanya saja objek kritiknya yang
berbeda, yaitu tentang apa yang kita makan. Orang yang berpenghasilan pas-pasan
tidak perlu memusingkan diri untuk memikirkan makanan mahal layaknya orang
kaya. Karena semakin kita memikirkan hal-hal yang di luar kemampuan kita,
maka itu akan semakin mendekatkan kita pada penyakit. Intinya mensyukuri dan
merasa cukup dengan apa yang ada, inilah yang harus dimiliki setiap orang. Jika
setiap kita mampu menjalankannya, penulis yakin ini akan menjadi langkah awal
mencegah korupsi di negeri ini. Manusia tidak akan pernah merasa puas dengan
apa yang telah dimilikinya sebelum ia mati.

Anda mungkin juga menyukai