MANAJEMEN
RISIKO
Disusun oleh :
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Manajemen Risiko tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi saya. Saya telah berusaha untuk dapat
menyusun tugas akhir ini dengan baik, namun saya pun menyadari bahwa saya memiliki akan
adanya keterbatasan saya sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh saya untuk dapat menyempurnakan
tugas akhir ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga tugas akhir Manajemen
Risiko ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Berdiri sejak 1946, Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan
dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat
pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang
Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan
sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan
Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari
Bank Nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendiri sebagai bagian dari identitas
perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968.
Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’.
Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat ‘Bank BNI’ ditetapkan bersamaan
dengan perubahan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia
(Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui
penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk
beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial budaya serta teknologi
dicermintakn melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke
masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas
kinerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk
menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengaruhi masa-
masa yang sulit. sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’, sedangkan tahun pendirian
‘46’ digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebangaan sebagai bank nasional
pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat
perjuangan yang berakar pada sejarahnya, Bank Negara Indonesia bertekad untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan
negara.
BAB II
MANAJEMEN RISIKO PT BANK BNI Tbk
1) Direksi dan Dewan Komisaris BNI berwenang dan bertanggung jawab untuk
memastikan penerapan Manajemen Risiko BNI secara Individu maupun Manajemen
Risiko secara Terintegrasi.
2) Dalam menjalankan fungsinya melakukan pengawasan penerapan Manajemen
Risiko BNI dan Manajemen Risiko Terintegrasi, Dewan Komisaris BNI dalam
pelaksanaannya dibantu oleh Komite Pemantau Risiko, Komite Audit, Komite
Remunerasi dan Komite Tata Kelola Terintegrasi.
3) Direktur BNI yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko selain menjalankan
fungsi penerapan Manajemen Risiko bagi BNI juga melaksanakan fungsi
Manajemen Risiko Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan BNI.
4) Dalam menjalankan fungsinya menerapkan manajemen risiko yang efektif, Direksi
dibantu oleh Komite Manajemen Risiko & Anti Fraud sub Komite Manajemen
Risiko (KRA-RMC) dan Komite Manajemen Risiko Terintegrasi (KMRT).
5) Jika diperlukan, Direktur yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko dapat
membahas permasalahan terkait Manajemen Risiko dalam rapat komite lainnya di
tingkat Direksi atau Rapat Direksi.
6) Dalam pelaksanaan Manajemen Risiko BNI, Direksi dibantu oleh Satuan Kerja
Manajemen Risiko (SKMR) yang juga menjalankan fungsinya sebagai Satuan Kerja
Manajemen Risiko Terintegrasi (SKMRT).
7) Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggung jawab untuk memfasilitasi dan
berkoordinasi dengan unit pengelola risiko yang berada di BNI maupun segenap
LJK anggota Konglomerasi Keuangan dalam mengelola 8 (delapan) jenis risiko di
BNI, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi, serta 10 (sepuluh) jenis
risiko pada Konglomerasi Keuangan BNI, termasuk risiko transaksi intra-grup dan
risiko asuransi.
8) Satuan Kerja Manajemen Risiko dalam menjalankan fungsi serta wewenang dan
tanggung jawabnya independen terhadap Satuan Kerja Operasional (risk taking unit)
dan tidak melakukan aktivitas yang terkait dengan bisnis Bank.
9) Dalam menjalankan fungsinya, Satuan Kerja Manajemen Risiko dapat melakukan
eskalasi atas permasalahan yang terjadi kepada Komite Manajemen Risiko & Anti
Fraud sub Komite Manajemen Risiko (KRA-KMR) atau Direktur yang
membawahkan fungsi Manajemen Risiko. Sedangkan Satuan Kerja Manajemen
Risiko Terintegrasi melakukan eskalasi permasalahan kepada Komite Manajemen
Risiko Terintegrasi atau Direktur yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko
Terintegrasi.
Dalam rangka penerapan Manajemen Risiko yang efektif, baik untuk BNI secara
individu maupun secara Konsolidasi dan Terintegrasi dengan Perusahaan Anak,
penerapan manajemen risiko BNI mencakup:
b. Pengawasan Direksi
Pengawasan aktif Direksi dilaksanakan antara lain dengan melakukan
penyusunan, persetujuan, penerapan serta evaluasi atas kebijakan dan prosedur
manajemen risiko BNI maupun manajemen risiko terintegrasi. Dalam menjalankan
fungsinya menerapkan manajemen risiko yang efektif, Direksi dibantu oleh Satuan
Kerja Manajemen Risiko (SKMR) yang merangkap sebagai Satuan Kerja
Manajemen Risiko Terintegrasi (SKMRT). Pengawasan dilakukan melalui
forum Rapat Direksi (Radisi), Rapat Komite Manajemen Risiko & Anti Fraud
(KRA) Sub Komite Manajemen Risiko (RMC), Sub Komite Anti Fraud (KAF),
forum Rapat Komite Kebijakan Perkreditan (KKP) dan Komite Prosedur
Perkreditan (KPP), serta Komite Manajemen Risiko Terintegrasi (KMRT).
2) Kecukupan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko
a. Manajemen Risiko Serta Penetapan Limit Risiko
Kebijakan Manajemen Risiko merupakan arahan tertulis dalam menerapkan
manajemen risiko dan harus sejalan dengan visi, misi dan rencana stratejik serta
lebih berfokus pada risiko yang relevan dalam aktivitas usaha/bisnis BNI, serta
disusun dengan memperhatikan tingkat risiko yang bersedia diambil (risk
appetite), toleransi risiko (risk tolerance) serta penetapan limit. Kebijakan
Manajemen Risiko di BNI antara lain:
Kebijakan Umum Manajemen Risiko.
Kebijakan Manajemen Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, dan Risiko
Reputasi.
Kebijakan Umum Manajemen Risiko Terintregasi dan Permodalan
Terintegrasi.
Pedoman Sistem Pengendalian Intern.
Penetapan limit risiko BNI mencakup limit per Risiko (Risiko kredit, Risiko
pasar, dan Risiko likuiditas), limit per aktivitas fungsional maupun limit secara
keseluruhan. Kebijakan, prosedur dan limit Risiko tersebut secara berkala
dilakukan review dengan persetujuan sampai dengan tingkat Direksi melalui rapat
komite ataupun melalui sirkulasi kepada Direksi sesuai dengan tingkat
kewenangan.
c) Pemantauan Risiko
Proses pemantauan risiko dilakukan untuk memastikan bahwa risiko telah
dikelola dengan baik antara lain dengan melakukan pemantauan terhadap
mitigasi dan limit risiko yang telah ditetapkan. Hal-hal yang diperhatikan dalam
pelaksanaan pemantauan risiko adalah:
1. Pemantauan risiko mencakup antara lain pemantauan terhadap besarnya
eksposur risiko, toleransi risiko, kepatuhan limit, dan hasil stress testing
serta konsistensi pelaksanaan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Pemantauan risiko dilakukan baik oleh Satuan Kerja Operasional maupun
Satuan Kerja Manajemen Risiko.
3. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan yang disampaikan secara berkala
kepada pihak eksternal (Regulator) maupun internal (Manajemen).
Pemantauan risiko dilakukan baik oleh Satuan Kerja Operasional (risk
taking unit) sebagaipemilik risiko (risk owner) maupun oleh risk control unit,
dan hasil pemantauan disajikan dalam laporan secara berkala antara lain Laporan
Portofolio Pinjaman, Laporan Pemantauan Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas,
Laporan Beban Risiko Operasional,Laporan Feedback Operational Risk Self
Assessment, Internal Risk Report, Laporan ProfilRisiko, Laporan Tingkat
Kesehatan Bank, dan Laporan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM).
d) Pengendalian Risiko
Proses pengendalian risiko dilakukan terutama untuk mengelola risiko yang
dapat mengganggu kelangsungan usaha BNI. Hal-hal yang diperhatikan dalam
pengendalian risiko adalah:
1. Sistem pengendalian risiko mengacu pada kebijakan dan prosedur yang
telahditetapkan.
2. Proses pengendalian risiko disesuaikan dengan eksposur risiko maupun
tingkat risikoyang akan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk
tolerance).
3. Mekanisme lindung nilai dan mitigasi risiko dilakukan oleh Satuan Kerja
Operasionalbekerja sama dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Strategi pengendalian risiko yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Menerima Risiko (Risk Acceptance)
Untuk jenis risiko yang secara proses tidak memungkinkan untuk
dilakukan intervensi pencegahan atau perbaikan situasi, maka potensi risiko
yang ada akan diterima sebagai konsekuensi bank dalam memanfaatkan
kesempatan bisnis, dengan pertimbangan bahwa risiko yang ada masih
dalam limit/toleransi Bank. Namun demikian, kontrol yang ketat harus
dijalankan apabila strategi pengendalian risiko ini diterapkan.
2. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
Risk avoidance dilakukan untuk mencegah BNI mengalami suatu risiko
yang tidak dapat diterima (unacceptable), atau mencegah bertambahnya
eksposur risiko yang ada. Risk avoidance dipilih apabila potensi keuntungan
dari suatu aktivitas bisnis lebihkecil dari pada eksposur risiko yang mungkin
terjadi.
3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)
Pada strategi pemindahan risiko, risiko yang ada masih melekat pada
aktivitas bisnis tersebut, namun risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain.
Salah satu metode pemindahan risiko yang paling umum dilakukan adalah
pemanfaatan jasa asuransi atau tenaga alih daya (outsourcing).
4. Mengurangi Risiko (Risk Mitigation)
Pengendalian risiko akan optimal apabila dilakukan upaya-upaya untuk
dapat mengurangi risiko yang ada. Mitigasi risiko dimaksudkan untuk
memperkecil kerugian yang dipicu oleh faktor eksternal, maupun kejadian
di internal bank. Salah satu alternatif untuk menekan dan mengurangi risiko
adalah melalui peningkatan kontrol dan penyempurnaan sistem dan
prosedur kerja.
4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern di BNI dikembangkan dan
diimplementasikan dengan menggunakan model Three Lines of Defense yang terdiri
atas:
Pemilik Risiko (Risk Owner) sebagai first line of defense/ Risk Taking Unit
melakukan pengelolaan terhadap risiko yang melekat di bisnis dan fungsinya secara
harian (day to day). Divisi Manajemen Risiko Bank, Divisi Tata Kelola Kebijakan
dan Divisi Kepatuhan bertindak sebagai second line of defense/Risk Control Unit.
Satuan Audit Intern (SAI) bertindak sebagai third line of defense/Risk Assurance
Unit, yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan bertugas menilai secara
independenkesesuaian proses penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian
internal dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan serta dengan ketentuan dari
Regulator.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern di BNI telah berjalan dengan efektif dan
efisien dengan diterapkannya pemisahan fungsi antara Risk Taking Unit dan Risk
Control Unit serta Risk Assurance Unit.
Strategi manajemen risiko dirumuskan sesuai dengan strategi bisnis dan harus
mampu memberikan arahan secara keseluruhan dalam aktivitas pengelolaan
risiko. Strategi manajemen risiko terdiri atas 4 (empat) komponen utama yaitu:
1. Tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk
tolerance).
2. Prinsip dan kebijakan manajemen risiko.
3. Tata kelola risiko.
4. Jenis eksposur risiko dan kondisi pasar.
2. Alur informasi
7. Evaluasi
3) Risisko Operasional
Revitalisasi perangkat assessment risiko operasional yang dikenal dengan nama
IRSA (Operational Risk Self Assessment) diseluruh Divisi, wilayah, Sentra-sentra
kredit dan seluruh cabang termasuk syariah.
Membangun perangkat risiko operasional yang dikenal dengan nama PERISKOP,
yang menjadi alat monitoring potensi risiko operasional, kerugian operasional dan
pelaporan.
Penambahan akun pencatatan untuk menampung dan mencatat kerugian risiko
operasional (beban risiko operasional) sebagai upaya membangun Lost Event
Database.
menyusun kerangka Key Risk Indicator BNI sebagai salah satu parameter
pendukung dalam persiapan implementasi Basel II dengan pendekatan Advance
Measurement Approach (AMA).
Penetapan limit kewenangan transaksi berdasarkan tingkat otoritas dan
pengalaman pejabat yang bersangkutan.
Pembentukan Trade Processing Center yang secara signifikan mengurangi risiko
yang melekat pada proses yang bersifat desentralisasi.
Melakukan benchmark operational risk management dengan bank berskala
internasional (ABN Amro) serta melakukan gap analisis antara pelaksanaan
oprational risk management di BNI dan intenational best practices.
Penyusunan dan Piloting Business Continuity Plan (BCP) BNI, baik di Kantor
Pusat, Wilayah, Sentra-sentra Kredit, dan Cabang.
Melakukan uji coba perhitungan risiko operasional dalam Quantitative Impact
Study dengan pendekatan yang paling sederhana (Basic Indicator Approach).
4) Risiko Kepatuhan
Mengefektifkan peran pengendalian intern yang independen, melalui quality
assurance yang ada di setiap Unit (BQA, RQA, DQA). Staff Quality Assurance
bertanggung jawab kepada Divisi kepatuhan, bukan kepada Unit dimana mereka
ditugaskan.
Melakukan penilaian atas tingkat kepatuhan BNI terhadap peraturan Bank
Indonesia dan perundang-undangan yang berlaku.
Menetapkan kebijakan dan prosedur risiko kepatuhan, sebagai pedoman kerja
dalam manajemen risiko kepatuhan.
5) Risiko Hukum
Melakukan kajian berkala terhadap dokumen hukum, perjanjian dan kontrak
dengan pihak ketiga serta mengevaluasi kelamahan perjanjian yang dapat
menimbulkan risiko hukum bagi BNI.
Melakukan penilaian atas risiko hukum yang tercermin dari besarnya gugatan,
perkara yang disampaikan ke BNI.
Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko hukum.
6) Risiko Strategi
Melakukan pengukuran risiko strategi, yang didefinisikan sebagai kegagalan bank
dalam mencapai target akibat keputusan bisnis yang diambil.
Pembentukan Komite Pengadaan yang bertanggung jawab atas penunjukan pihak
ketiga seperti perusahaan asuransi, appraisal, akuntan publik dan konsultan
manajemen.
Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko strategis.
7) Risiko Reputasi
Menetapkan parameter risiko reputasi dan mitigasi dalam pengelolaan risiko
reputasi.
Menetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi untuk memastikan penyampaian
pesan yang konsisten dan liputan media serta komunikasi massa yang positif.
Mengklasifikasikan media masa yang ada ke dalam beberapa kelompok sesuai
dengan sirkulasi dan cakupan geografis. Masing-masing kelompok media ini
ditangan secara berbeda sesuai dengan tingkat risiko reputasi yang bersangkutan.
Melaksanakan evaluasi secara harian atas risiko reputasi yang dihadapi BNI dan
dituangkan dalam suatu Laporan Media Montoring. pengelolaan risiko reputasi
ini secara komprehensif dilakukan oleh Divisi Komunikasi Perusahaan.
Memantau penyelesaian komplain nasabah.
1. Ketersediaan informasi yang akurat, lengkap, informatif, tepat waktu, serta dapat
digunakan Dewan Komisaris, Direksi, dan unit kerja terkait dalam penerapan
Manajemen Risiko untuk menilai, memantau, dan memitigasi Risiko yang
dihadapi BNI baik risiko keseluruhan maupun per jenis risiko.
2. Efektivitas penerapan Manajemen Risiko mencakup kebijakan, prosedur dan
penetapan limit risiko.
3. Ketersediaan informasi tentang hasil (realisasi) penerapan Manajemen Risiko
dibandingkan dengan target yang ditetapkan BNI sesuai dengan kebijakan dan
strategi penerapan manajemen risiko.
1. Menyiapkan aplikasi front end untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional
2. Menyiapkan data storage dan information system.
KESIMPULAN
Sesuai dengan pedoman dari Bank Indonesia, setiap tiga bulan BNI melakukan
assessment terhadap profil risiko secara keseluruhan. Penilain profil risiko ditentukan
dengan menggabungkan hasil penilaian eksposur risiko yang melekat (inherent) pada
aktivitas fungsional (inherent risk) dan kecukupan sistem pengendalian risiko (risk control
system) yang meliputi:
Pengawasan aktif Komisaris dan Direksi Bank
Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
Kecukupan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen
risiko, dan
Sistem pengendalian intern yang komprehensif
Dari hasil penilaian profil risiko yang dilakukan oleh BNI selama tiap tiga bulan
membuktikan bahwa, inherent risk BNI memperoleh predikat rendah dengan tingkat
pengendalian risiko kuat, sehingga risiko komposit BNI berada pada posisi rendah.
SARAN
Bank BNI harus mulai berbenah atau memperbaiki paling tidak harus
mempertahankan hasil dari penilaian profil risiko selama tiap tiga bulan yang menunjukan
bahwa inherent risk BNI memperoleh preditkat rendah dengan tingakt pengendalian risiko
kuat, agar tidak terjadi kebobolan akibat transaksi surat kredit dengan variasi penyimpangan
prosedur operasi bank. Manajemen risiko yang harus dilakukan Bank BNI diantaranya:
1. Adanya pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi,
2. Kecukupan kebijakan,
3. Kecukupan proses identifikasi,
4. Pemantauan dan pengendalian risiko,
5. Sistem Informasi manajemen risiko, dan
6. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh.
DAFTAR REFERENSI
1. bni.co.id. (2020). Struktur Organisasi Manajemen Risiko. Diakses pada 10 Juni
2022, dari https://www.bni.co.id/Portals/1/BNI
2. bni.co.id. (2020). Kebijakan Manajemen Risiko. Diakses pada 10 Juni 2022, dari
https://www.bni.co.id/portals/1/bni/perusahaan/docs/Kebijakan
3. bni.co.id. (2020). Laporan Eksposure Risiko. Diakses pada 10 Juni 2022, dari
https://www.bni.co.id/Portals/1/BNI/Perusahaan/HubunganInvestor/Docs/Laporan_E
ksposure_Risiko