Anda di halaman 1dari 2

Inspirasi Sebatang Rumput PDF Print E-mail

Inspirasi Sebatang Rumput

Fiqhislam.com - Saat senja mulai data, sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang dari sebuah
masjid. Belum terlalu gelap tapi waktu maghrib telah tiba. Pelan, kulangkahkan kaki. Menyongsong
panggilan Sang Khalik. Entah mengapa, orientasi saya selalu tak baik. Ketika sedang dilanda berbagai
beban, mulai rajin kembali ke masjid untuk sholat berjamaah. Saat hidup dipenuhi beragam rejeki dan
taburan kebahagiaan, sering lupa diri. Berkaca pada kondisi yang demikian saya selalu merasa berdosa.
Tak adil memang saya. Tapi sudahlah, saya akan coba berdialog lagi dengan Allah.

Sampai di depan masjid…

Sekilas tak ada yang baru. Beberapa minggu lalu, memang halaman telah dipasang paving blok. Halaman
yang semula berumput diganti dengan blok-blok, cor-coran pasir dan semen. Katanya untuk
memudahkan parkir kendaraan. Juga, direncanakan untuk mengantisipasi jamaah yang membludak
kelak saat ramadhan tiba. Setelah saya padang lagi, eh ternyata ada yang baru rupanya. Satu hal yang
baru itu memang terlihat remeh, terlihat kecil, tapi justru memberikan inspirasi kepada saya. Ya,
inspirasi sebatang rumput.

Sebenarnya, inspirasi itu datangnya setelah sholat. Saya merenung lebih dalam lagi. Halaman itu
awalnya tumbuh rumput yang lebat, kemudian tertutup pasir dan paving blok. Jelas, rumput tak leluasa
bisa tumbuh untuk beberapa hari, bahkan berminggu lamanya. Rupanya, rumputpun tak hanya diam
begitu saja. Tetap ingin tumbuh. Ia mencari jalan keluar melalui sela-sela paving blok. Satu batang
muncul, kemudian menyembul beberapa batang yang lain. Begitu seterusnya. Tadi saya melihat rumput-
rumput itu sudah lumayan banyak tumbuh melalui sela-sela paving blok.

Melihat fenomena ini saya tertegun. Saya merenung.

Saya kembali bercermin pada diri saya. Sesuatu yang saya rasakan saat ini. Jujur, ada beban berat yang
hari ini saya mesti pikul. Tak begitu penting sepertinya untuk diketahui publik. Hanya, saya sekedar ingin
membagi perenungan tentang sebatang rumput yang terus tumbuh di halaman masjid itu dengan
kondisi yang saya rasakan saat ini.
Rumput itu tentu punya masalah juga. Awalnya ia begitu leluasa tumbuh, mendapat siraman hujan dan
sentuhan sinar mentari yang membuatnya bisa berkembang lebat di halaman masjid. Setelah tertimpa
pasir dan paving blok masalah datang, kalau bisa menangis, rumput itu bisa jadi telah menangis. Tapi,
mungkin hanya sebentar saja. Lantas, rumputpun tak hanya berdiam diri. Terus mencari jalan keluarnya
hingga kemudian bisa menyembul kembali di sela-sela paving blok itu. Padat cerita, rumput itu telah
berhasil mengatasi kesulitan dalam hidupnya. Telah bisa tumbuh kembali.

Lewat sebatang rumput inilah saya berkaca. Saya yakin, Allah tak akan menguji hambanya dengan
cobaan yang tak bisa dilaluinya. Saya yakin semua masalah yang ada dan hadir dalam kehidupan saya
pasti teratasi, pasti ada jalan keluarnya. Kuncinya, seperti rumput tadi, bisa menemukan celahnya, bisa
menemukan titik terang jalan keluar yang mesti harus ditempuh. Sudah pasti, dengan kesabaran
tentunya.

Inilah inspirasi dan pelajaran dari sebatang rumput. Saya punya beban, punya masalah. Dan saya yakin
kita semua juga punya masalah. Tugas kita memang tidak lari dari masalah itu, tapi menghadapinya
dengan jiwa tenang. Dengan usaha sekuat tenaga. Celah-celah untuk keluar dari masalah pasti ada. Dan,
kita kelak pasti akan menemukan titik terangnya. Begitulah. Hari ini kita belajar kepada sebatang rumput
untuk keluar dari beban masalah yang kita rasakan. Kita harus hadapi masalah dengan gagah, bukan
justru lari dari kenyataan. Kalau ini yang terjadi, kita pantas malu pada sebatang rumput itu.
[yy/eramuslim]

http://www.fiqhislam.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=101089&catid=74&Itemid=363

Anda mungkin juga menyukai