Anda di halaman 1dari 2

4.

Riset observasi dan Etnografi

Riset Observasi : Observasi adalah cara untuk mendapatkan informasi penting mengenai
orang, karena apa yang dikatakan belum tentu sesuai dengan yang dikerjakan.

Contoh metode observasi :

1. Metode Observasi Partisipatoris


Metode observasi partisipatoris bisa dideskripsikan sebagai metode pengamatan dimana
peneliti memposisikan dirinya sebagai partisipan sebagaimana orang lain yang sedang
diobservasi. Dalam memposisikan diri sebagai partisipan, peneliti tetap harus menjaga jarak
agar unsur objektivitas tetap terjaga.

2. Metode Observasi Non-Partisipatoris


Metode observasi non-partisipatoris bias dipahami sebagai metode pengamatan dimana
peneliti memposisikan diri sebagai orang luar dari kelompok yang ditelitinya. Metode ini
sering kali memberi jarak yang cukup jauh antara peneliti dengan objek yang diteliti karena
pengamatan dilakukan dari luar. Pada level yang ekstrim, metode non-partisipatoris dapat
dilihat sebagai metode yang sering dipraktikkan oleh mata-mata dalam mengamati suatu
kasus.

Melanjutkan isu reaktivitas yang telah disinggung di awal, menurut sosiolog Martyn
Hammersley dalam tulisannya di The Blackwell Encyclopedia of Sociology (2007) berjudul
“Observation”, masalah yang dihadapi metode observasi tidak hanya isu reaktivitas.
Beberapa isu lain yang dihadapi peneliti meliputi; problem memperoleh akses, sampling,
variasi data yang dihasilkan, dan problem etika.

Riset Etnografi : Penelitian etnografi adalah bentuk metode penelitian kuantitatif di mana peneliti mengamati
dan berinteraksi dengan subjek yang diteliti di lingkungan kehidupan nyata mereka yang kerapkali dipergunakan
dalam bidang ilmu antropologi dan berbagai ilmu sosial lainnya. Ciri-cirinya :

1. Digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu (shaping), atau studi kasus


2. Analisis bersifat induktif
3. Di lapangan, peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya
4. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama
5. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus memahami gejala empirik (kenyataan) dalam
kehidupan sehari-hari

Contoh : Penelitian Etnografi Budaya di Indonesia

Dalam contoh ini misalnya saja kita ingin melakukan kajian lebih mendalam, terkait dengan budaya yang ada di
masyarakat Indonesia. Khususnya masyarakat Sasak yang ada di NTB (Nusa Tenggara Barat) dalam proses
kepenulisannya terlebih dahulu mencari hipotesis hasil penelitian dengan mendeskripsikannya.

Penelitian Etnografi Masyarakat Sasak.


Kata Sasak merupakan nama suku yang ada di pulau Lombok. Manusia Sasak adalah penduduk asli Pulau
Lombok maupun yang hidup di Pulau Lombok. Jika dicermati beragamnya ekspresi dan pernyataan budaya dari
setiap lokus yang ada, mulai dari bahasa, kesenian, sejarah, mite, stratifikasi social dan gelar kebangsawanan,
organisasi sosial, arsitektur, dan lain-lain, yang mewujud dalam masyarakat Sasak ini, terkesan semacam
fenomena keberagaman, baik sejarah maupun asal-usul. Dalam sejarah perkembangannya, Lombok merupakan
sebuah pulau yang dijajah secara langsung oleh perdana menteri kerajaan Majapahit, patih Gajah Mada.

Kosmologis manusia Sasak, Masyarakat Sasak hanya mengenal 3 arah” yang berhubungan dengan 3 hulu-hilir”,
yang menunjuk pada 3 atas/tinggi” dengan konotasi sebaliknya. Adapun paěr belěq (belěq = besar), adalah nama
khusus yang diberikan kepada Gunung Rinjani beserta seluruh kawasannya.

Masyarakat Sasak tradisional agraris memercayai bahwa setiap ruang dan bentang alam-makro maupun mikro
memiliki fokus orientasi yang sekaligus menjadi pusat integrasi. Kawasan Rinjani adalah sumber berbagai
kebutuhan dasar kehidupan; hutannya yang lebat adalah tangki penyimpan air dan gudang kayu serta gudang
logistik nabati maupun hewani, yang telah memberikan kesuburan dan kesejahteraan untuk alam sekitar dan
seisinya.

Bagi manusia Sasak, kawasan Rinjani diyakini sebagai pasek gumi ‘pasak bumi’ sekaligus inen paěr ‘ibu bumi’.
Pandangan kosmologis itu menjadi dasar pemikiran bahwa seakan bumi ini terbentuk dari daratan saja dan lebih
mementingkan daratan. Padahal, bumi terdiri dari lautan dan daratan.

Berkembangnya dongeng tentang laut sebagai tempat yang mengerikan dan tidak menjamin, membuat orang
Sasak seakan-akan lupa pada lautnya dan hanya mengingat pada daratan. Pada saat acara begawe (acara adat
Sasak) manusia menggunakan hewan seperti sapi, kambing, ayam yang merupakan bagian dari daratan dan
sangat malu, bahkan tidak pernah menggunakan ikan ataupun organisme laut sebagai makanan yang disajikan
dalam begawe (acara adat Sasak).

Anda mungkin juga menyukai