Anda di halaman 1dari 4

۞ Jenis Hadast dan Batas Aurat ۞

Al-Ahdatsu Itsnani : Ashghoru Wa Akbaru , Al-Ashghoru MaaAwjabal Wudhuua Wal Akbaru


Maa Awjabal Ghosla .

Hadats ada dua, hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil mewajibkan wudhu. Sedangkan
hadas besar yang mewajibkan mandi.

Al-’Aurootu Arba’un : ‘Auroturrojuli Muthlaqon Wal Amati Fishsholaati Maa Bainassurroti


Warrukbati , Wa ‘Aurotul Hurroti Fishsholaati Jamii’u Badanihaa Maa Siwal wajhi Wal Kaffaini
Wa ‘Aurotul Hurroti Wal Amati ‘Indal Ajaanibi Jamii’ul Badani Wa ‘Inda Mahaarimihaa
Wannisaai Maa Bainassurroti Warrukbati .

Batasan aurat terdapat empat macam. Pertama, aurat laki-laki secara mutlak, baik dalam shalat
atau di luar shalat, dan budak pada saat shalat adalah anggota badan di antara pusar sampai
dengan lutut. Kedua, aurat perempuan merdeka pada saat shalat adalah sekujur badan kecuali
wajah dan kedua telapak tangan. Ketiga, aurat perempuan merdeka dan amat (budak) pada saat
di hadapan laki-laki lain adalah seluruh badannya. Dan keempat, aurat perempuan merdeka dan
amat pada saat di hadapan mahramnya atau di hadapan peremuan lain adalah anggauta badan di
antara pusar sampai dengan lutut.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Hadats ada dua, hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah hadas yang telah mewajibkan
wudhu, seperti kentut. Sedangkan hadas besar adalah hadas yang mewajibkan mandi, seperti
Junub, haid, nifas, dan melahirkan.

Rasulullah saw bersabda,”Allah tidak menerima shalat tanpa thaharah (bersuci) dan shadakah
dari hasil menipu”.(HR. Muslim)

Batasan aurat terdapat empat macam.

Pertama, aurat laki-laki secara mutlak, baik dalam shalat atau di luar shalat, dan budak pada saat
shalat adalah anggota badan di antara pusar sampai dengan lutut.

Kedua, aurat perempuan merdeka pada saat shalat adalah sekujur badan kecuali wajah dan kedua
telapak tangan.

Ketiga, aurat perempuan merdeka dan amat (budak) pada saat di hadapan laki-laki lain adalah
seluruh badannya.
Dan keempat, aurat perempuan merdeka dan amat pada saat di hadapan mahramnya atau di
hadapan peremuan lain adalah anggauta badan di antara pusar sampai dengan lutut.

Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari al-Miswar bin Makhramah, ia berkata: “Aku pernah
menghadap batu yang sangat berat untuk membawanya sedang saat itu aku memakai sehelai
sarung yang ringan dan tipis. Lalu sarung yang aku pakai itu terlepas dariku tapi aku tidak bisa
meletakkan batu itu dan harus terus membawanya sampai ke tempatnya. Kemudian Rasulullah
saw bersabda, “Kembalilah ke pakaianmu (sarungmu), pakailah ia dan janganlah kamu berjalan
sambil telanjang.” (HR Muslim).

Allah berfirman: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap mesjid” QS.
al-’Araaf 31. Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang menutup
aurat di setiap akan shalat.

Dari Aisyah ra, Rasulallah saw bersabda: “Tidak sah shalat seorang wanita yang sudah mendapat
haidh kecuali dengan memakai khimar” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi). Yang dimaksud dalam
hadist ini adalah kewajiban menutup aurat berlaku bagi setiap wanita yang sudah baligh
sebagimana berlaku untuk laki-laki yang sudah baligh.

Batas aurat laki laki dalam shalat yaitu wilayah antara pusar dan lutut. Sesuai dengan hadist yang
diriwatkan dari Jarhad al-Aslami ra, Rasulallah saw bersabda: “Tutup pahamu, sesungguhnya
paha itu aurat” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi).

Hadist lainnya Rasulallah saw bersabda: “Aurat laki-laki antara pusar dan lutut” (HR ad-
Darquthni, al-Baihaqi)

Batas surat perempuan yang wajib ditutup ialah seluruh badannya, kecuali muka dan dua tangan.

Allah berfirman: “dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya” QS an-Nur 31. Yang dimaksud batas-batas aurat dan perhiasan yang harus
dan tidak harus dibuka menurut Ibn Abbas, muka dan dua tapak tangan (al-Baihaqi)

Rasulallah saw bersabda: “Janganlah wanita yang berihram memakai niqab (cadar) dan
janganlah memakai sarung tangan”. (HR Bukhari). Hadist ini mengandung arti bahwa wajah dan
telapak tangan bukanlah aurat bagi wanita, makanya tidak diharamkan membukanya. Karena
kedua anggota ini (wajah dan telapak tangan) sangat dibutuhkan bagi wanita dalam proses
mengambil dan memberi sesuatu dalam pekerjaan yang bersangkutan dengan hidupnya, lebih
lebih kalau tidak ada orang lain yang bisa membantu kehidupannya

Batas aurat hamba sahaya (budak wanita) seperti batas aurat laki laki merdeka yaitu antara pusar
dan lutut.

Dari Umar bin Sya’bi dari ayahnya dari kakeknya, Rasulallah saw bersabda: “Jika salah seorang
di antara kalian menikahkan hamba sahaya atau pembantunya, maka jangan sekali-kali ia melihat
sedikit pun apa yang ada di bawah pusar dan di atas lutut” (HR Abu Dawud, ad-Darquthni, al-
Baihaqi)

Anda mungkin juga menyukai