Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL SKRIPSI

RUTINITAS PEMBACAAN SURAH AL-HASYR DI PONDOK


PESANTREN NURUN NAJAH PANDEGLANG BANTEN DALAM
MENANGKAL ILMU HITAM

Oleh:

M. Nizar Khoerul Anam


NIM: 20191700334024

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN
INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
PROPOSAL SKRIPSI
RUTINITAS PEMBACAAN SURAH AL-H{ASYR DI PONDOK
PESANTREN NURUN NAJAH PANDEGLANG BANTEN DALAM
MENANGKAL ILMU HITAM

Dosen Pembimbing :
Zainul Arifin, M.Th.I
NIY. 2015.01.078

Diajukan Oleh:
M. Nizar Khoerul Anam
20191700334024

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN
INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi dengan judul “RUTINITAS PEMBACAAN SURAH AL-


H{ASYR DI PONDOK PESANTREN NURUN NAJAH PANDEGLANG
BANTEN DALAM MENANGKAL ILMU HITAM” ini telah diperiksa dan
disetujui untuk diuji,

Mojokerto, 4 Februari 2023


Pembimbing,

Zainul Arifin, M.Th.I


NIY. 2015.01.078

Mengetahui.
Plt. Prodi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir
Institut KH Abdul Chalim

Idris, M.Th.I
NIY: 2015.01.016
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................................3


DAFTAR ISI......................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................8
C. TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................................8
D. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................................9
E. PENELITIAN TERDAHULU............................................................................................10
F. METODE PENELITIAN....................................................................................................13
G. KERANGKA TEORITIK...................................................................................................17
H. OUTLINE............................................................................................................................18
I. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alqur’an yang menjadi landasan berpijak dalam setiap tindakan

dan perilaku bagi seorang muslim di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih

dari itu, alqur’an bukan hanya kitab suci yang harus dibaca, dijadikan

panutan, dijadikan hujjah, pedoman hidup, melainkan juga memiliki unsur

spiritual yang apabila diamalkan mampu mempengaruhi kehidupan.

Bahkan sejak pertama kali diturunkan alqur’an, masyarakat telah merepsi

alqur’an dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.1

Resepsi alqur’an dapat diartikan sebagai penerimaan atau

bagaimana individu dan masyarakat menerima dan bereaksi terhadap

alqur’an dengan cara menerima, merespon, memanfaatkan, dan

menggunakannya, baik sebagai teks, mushaf, atau hanya kata-kata

tertentu.2 Di Indonesia, bentuk resepsi tersebut dapat berupa resepsi

estetik, resepsi fungsional atau kultural dan resepsi akademis.3

Adapun bentuk-bentuk resepsi estetik adalah pembacaan alqur’an

dengan nada-nada tertentu atau sering disebut dengan tila>watil qur’an,

berkembang pula seni penulisan indah pada ayat-ayat alqur’an atau disebut

1
Ali Hisyam Ibnu Hasyim, Sejuta Berkah dan Fadilah 114 Surat Al-Qur’an
(Yogyakarta: Sabil, 2016), 5.
2
Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an: dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah Pencarian
Awal Metodologis),” Islam, Tradisi dan Peradaban (2012): 73.
3
Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an: dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah Pencarian Awal
Metodologis).”
dengan khat alqur’an (kaligrafi).4 Contohnya seperti tulisan surat al-

fa>tihah, ayat kursi atau ayat-ayat lain yang ditulis seindah mungkin,

kemudian ditempelkan di dinding rumah atau masjid. Resepsi estetik ini

juga dijadikan sebagai respon oleh kalangan ahli sastrawan, beberapa ahli

sastra seperti H.B. Jassin mencoba menerjemahkan alqur’an dengan gaya

sastra atau dikenal dengan terjemah alqur’an berwajah puisi.5

Bentuk resepsi fungsional atau kultural adalah mengfungsikan

alqur’an sesuai dengan kultur budaya yang ada di masyarakat. Contohnya

pengajian rutin, seperti : yasinan, khataman alquran, dan lain-lain, event

perlombaan, seperti : MTQ (Mushabaqah Tila>watil Qur’an) atau MHQ

(Musabaqah Hifdz{il Qur’an), dan lain-lain, rajah atau jimat, seperti :

potongan ayat alqur’an yang dikhususkan untuk seseorang, bacaan wirid,

seperti : ayat atau surat alqur’an yang istiqomah dibaca terus-menerus, dan

lain-lain.

Bentuk resepsi akademis adalah pembelajaran alqur’an yang biasa

dilakukan di masjid atau ditempat-tempat tertentu. Seperti potongan ayat

alqur’an yang diambil dan dimasukkan kedalam buku-buku cara cepat

membaca alqur’an. Contohnya buku iqra, tilawati, yanbu’a dan lain-lain.

Selain dipelajari alqur’an juga senantiasa dihafalkan baik secara utuh 30

juz atau beberapa bagiannya saja.6 Dari berbagai macam resepsi yang telah

dijelaskan di atas, dalam kesempatan ini penulis akan meneliti resepsi


4
Sahiron Syamsuddin, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadits (Yogyakarta:
Teras, 2007), 43–46.
5
H.B Jassin, Juz ’Amma Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia: Berita Besar (Juz XXX)
(Yayasan, 1984).
6
Muhammad Barir, Tradisi Al-Qur’an di Pesisir, Relasi Kiai dalam Transmisi Tradisi
Al-Qur’an di Gerbang Islam Tanah Jawa (Yogyakarta: Nurmahera, 2017).
fungsional atau kultural yang terjadi di Pesantren Nurun Najah. Sebuah

Pondok yang terletak di desa Kupahandap, kec Cimanuk, kab. Pandeglang

Banten.

Para santri dan santriawati serta guru-guru di Pondok Pesantren

Nurun Najah, melakukan kegiatan rutinan membaca surat al-H{asyr setiap

selesai melaksanakan sholat isya berjamaah. Rutinan ini dilatar belakangi

oleh salah satu guru7 yang terkena ilmu hitam atau santet dari seseorang,

yang terjadi pada 05 Mei 2018 / 21 Rajab 1439 H. Setelah 2 hari

melaksanakan pernikahan Ia terkena santet sehingga mengakibatkan

badannya menjadi kurus kering sampai kelihatan tulang-tulangnya serta

tidak bisa berjalan, hanya bisa berbaring (lumpuh) dan sering merasakan

kesakitan.8 Setelah dibacakannya surah al-H{asyr oleh para santri dan

guru-guru yang lain, mulai adanya perubahan, rasa sakit nya mulai agak

hilang, dan bisa sedikit berjalan walaupun di bantu menggunakan tongkat.

Berjalan nya waktu, akhirnya guru tersebut pulih kembali seperti sediakala

hingga bisa melaksanakan puasa ramadhan dan mengajar para santri

kembali. Kemudian 10 hari setelah lebaran idul fitri, ia terkena lagi lalu

dibawa ke rumah sakit terdekat dan di rawat di sana selama 8 hari. Masuk

ke 8 hari di rawat, guru tersebut dinyatakan meninggal dunia. Pada saat ini

lah akhirnya program pembacaan surah al-H{asyr di rutinitas kan setiap

hari di Pondok Pesantren Nurun Najah.9

7
Yang bernama Ratu Uum Umamah
8
Hasil Wawancara dengan salah satu guru Pondok Pesantren Nurun Najah sekaligus
kakak almarhumah, yang bernama ust. Abdurrahim.
9
Hasil wawancara dengan ustadzah yayah Nurasiyah, sebagai pendiri pondok pesantren
nurun najah
Rutinan ini dijadikan juga sebagai sebuah program pondok

pesantren ketika Ustadzah Ratu Uum Umamah yang meninggal pada 26

juli 2018/ 10 Syawal 1439 H. Bertepatan setelah 4 bulan melaksanakan

pernikahan. Program ini bisa menjadi Was{ilah atau perisai bagi para

santri dan santriawati serta guru-guru yang lain agar tidak terjadi lagi hal

yang demikian.10

Dari fenomena di atas, menunjukan bahwa bentuk resepsi

fungsional atau kultural yang berkembang di masyarakat masih

mengandung unsur-unsur budaya lokal. Sebagai sarana membentuk

pemahaman kebudayaan, khususnya budaya lokal yang menggunakan

alqur’an sebagai salah satu bagiannya, maka diperlukan sebuah

metodologi khusus. Metode tersebut dikenal dengan nama metode Living

Qur’an. Metode ini merupakan kajian terhadap budaya dengan dua buah

Langkah, yaitu analisis historis-normatif dan analisis sosial-budaya

masyarakat pemilik budaya tersebut.11

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari permasalahan diatas, maka peneliti menyimpulkan

pertanyaan yang bisa diajukan, ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana rutinitas pembacaan surah al-H{asyr di Pondok

Pesantren Nurun Najah Pandeglang Banten ?

10
Hasil wawancara dengan ustadzah yayah Nurasiyah, sebagai pendiri pondok
pesantren nurun najah
11
Muhammad Amin dan Muhammad Arfah Nurhayat, “Resepsi Masyarakat Terhadap
Al-Quran,” Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama 21, no. 2
(2020): 290–303.
2. Bagaimana pengaruh rutinitas pembacaan surah al-H{asyr yang

digunakan sebagai do’a penangkal ilmu hitam di Pondok Pesantren

Nurun Najah Pandeglang Banten ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui rutinitas pembacaan surah al-H{asyr di Pondok

Pesantren Nurun Najah Pandeglang Banten.

2. Untuk mengetahui pengaruh rutinitas pembacaan surah al-H{asyr yang

digunakan sebagai do’a penangkal ilmu hitam di Pondok Pesantren

Nurun Najah Pandeglang Banten.

D. MANFAAT PENELITIAN

Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan memberikan pengetahuan

mengenai living qur’an terutama yang berhubungan dengan keutamaan

pembacaan surah al-H{asyr untuk pengantisipasian terjadinya pengiriman

santet, sebagai pengetahuan tentang bentuk praktik keagaaman dan

pengunaan ayat-ayat alqur’an sebagai obat.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian sebagai bahan masukan :

a. Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini, sangat besar harapan peneliti

untuk dapat memahami dan mengetahui tentang keutamaan atau

manfaat rutinan pembacaan surah al-H{asyr sebagai

pengantisipasian agar tidak terjadi lagi adanya yang terkena santet

di Pondok Pesantren.

b. Bagi Pondok Pesantren dan Masyarakat sosial

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kegiatan rutinan

pembacaan surah al-H{asyr dan kegiatan keagamaan lainnya di

Pondok Pesantren menjadi aman dari gangguan santet dan makhluk

lain, serta untuk kesadaran masyarakat dalam berinteraksi dengan

alqur’an terutama bagi santri-santri dan guru-guru di Pondok

Pesantren Nurun Najah agar senantiasa cinta dan berinteraksi

dengan alqur’an sebagai bacaan, dipahami, dan diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi akademis

Dengan adanya penelitian ini, besar harapan peneliti untuk

bisa menjadikan tema ini sebagai referensi bagi penelitian yang

akan datang

E. PENELITIAN TERDAHULU

Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti menghindari akan terjadinya

pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari

seseorang, baik berupa skrpsi, jurnal ataupun thesis, maka penulis akan
mendeskripsikan tentang hubungan masalah yang diteliti penulis dengan

penelitian yang terdahulu, diantaranya sebagai berikut :

1. Skripsi oleh Aang Istihori, Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir,

Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019, dengan judul “Al-Qur’an dan

Pengobatan (Praktik Amaliah Surah Al-H{asyr di Pondok Pesantren

Al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan).” Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang amaliah pembacaan surah al-H{asyr sebagai

pengobatan. Meskipun ada kesamaan dalam pendekatan teorinya

namun hal yang membedakan dari peneliti ini ialah dari segi tempat

lokasi penelitian, pelaksanaan kegiatannya, dan penelitian di atas tidak

dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya ilmu hitam. Hal ini yang

membedakan penelitian di atas dengan penelitian penulis.

2. International Journal Of Islamic Medicane, Volume 2, No 1, 2021,

oleh Kaima Ishmata Riyanti, Indri Seta Septadina dan Bintang

Arroyanti Prananjaya dengan Judul “Holy Quran Recitation Of Surah

Al-Mulk And Surah Al-H{asyr On Decreasing Anxiety In Medical

Students”. Pada jurnal ini menjelaskan tentang pembacaan surah al-

Mulk dan al-H{asyr untuk penurunan kecemasan pada mahasiswa

kedokteran. Meskipun dalam jurnal ini memiliki kesamaan dalam

teorinya namun hal yang membedakan dari peneliti ini ialah dari segi

tujuannya dan lokasi tempat pelaksanaannya.


3. Skripsi oleh Maftuchah, Program Studi Ilmu Alqur’an dan Tafsir,

Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2018, dengan judul “Pembacaan

Surah Al-H{asyr Dalam Tradisi Muja>hadah H{asyran (Studi Living

Qur’an di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta)”. Dalam

skripsi ini menjelaskan tentang pembacaan surah al-H{asyr sebagai

bentuk pendekatan diri kepada kepada Allah SWT setelah ibadah

mahdah (wajib), meskipun ada kesamaan dalam pendekatan teorinya

namun hal yang membedakan dari penelitian ini ialah dari segi lokasi

penelitian dan tujuan dari aktivitas pelaksanaanya, karena penelitian di

atas tidak dilakukan sebagai pengantisipasian terkena ilmu hitam

seperti yang dilakukan penulis.

4. Skripsi oleh Ayla Velisa Azura, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada tahun 2020, dengan judul

“Persepsi Masyarakat Terhadap Kejahatan Makhluk di Nagari Balai

Tangah Kecamatan Lintau Buo Sumatera Barat (Kajian Surah Al-

Falaq)”. Penelitian di atas sama dengan penelitian penulis,dalam hal

mengantisipasi agar tidak terjadi dari kejahatan suatu makhluk, namun

hal yang membedakan dari penelitian ini ialah dari surah yang akan

diteliti dan tempat lokasi penelitian.

5. Skripsi oleh Syam Rustandy, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Adab, Universitas Islam Negeri


Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada tahun 2018, dengan judul

“Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan dalam Al-Quran (Kajian

Living Quran di Pondok Pesantren Attaufiqiyyah Baros, Kab.

Serang)”. Penelitian di atas dilakukan di Pondok Pesantren

Attaufiqiyyah. Dalam skripsi di atas menjelaskan mengenai tradisi

pembacaan surah- surah pilihan. Adapun surah –surah yang digunakan

ialah surah al- Mulk, al-Wa>qi’ah, Ya<si>n, as- Sajdah, al- Kahfi, ar-

Rahma>n, al- H{asyr, al- Fath, Nu>h, al- Muzammil dan an- Naba >.

Pembacaan tersebut dilakukan sebagai pedoman, nasihat, peringatan,

dan juga ladang pahala bagi pembacanya. Meskipun ada kesamaan

dalam pendekatan teorinya, namun hal yang membedakan dari

penelitian ini ialah peneliti lebih memfokuskan kepada satu surah saja,

dan tujuannya pun berbeda serta lokasi penelitian di atas dengan

penelitian yang penulis teliti itu berbeda.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alami sebagai sumber

data langsung, bersifat deskriptif, lebih memperhatikan proses dari

sebuah fenomena yang berhubungan dengan alqur’an. Penelitian

deskriptif yaitu suatu penelitian yang berusaha menggambarkan

keadaan yang sebenernya di lapangan dengan menggunakan penelitian

kualitatif. Sedangkan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang


ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran

orang secara individual maupun kelompok terhadap alqur’an.

Dalam metode tafsir, penelitian ini merupakan penelitian

dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Studi fenomenologi

ini akan berfokus untuk membedah pengalaman subjek tentang

fenomena alqur’an dan bagaimana subjek mengalami pengalaman

tersebut. Fenomenologi berbicara tentang kesadaran subjek ketika

mengalami suatu fenomena yang berhubungan dengan alqur’an.

Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi alqur’an akan

memungkinkan peneliti mendekati fenomena yang tampak,memyelami

secara mendalam alasan dibaliknya, memahaminya dengan kesadaran

dan memaknai realitas tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini utamanya akan dilakukan di Pondok

Pesantren Nurun Najah Pandeglang yang terletak di jl. Mandalawangi,

KM. 3 Dusun Pasar Nangka, RT/03 RW/01 Desa Kupahandap,

Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kode

pos 42271.

3. Sumber Data

Dalam memecahkan suatu masalah yang akan diteliti, maka

memerlukan data-data yang dapat menunjang penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu :


a. Data Primer

Sumber data primer atau sumber utama dalam penelitian ini

adalah alqur’an dan didukung oleh data yang diperoleh berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurun Najah

Pandeglang Banten serta hasil wawancara yang dilakukan terhadap

subyek penelitian. Subyek tersebut terdiri dari 2 pengasuh Pondok

pesantren saat ini, 5 guru pengajar pesantren, 10 pengurus harian

pesantren, 10 para santri, dan 10 para alumni lulusan Pesantren Nurun

Najah.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung

penelitian ini, yaitu dokumen, buku, kitab, foto, audio, jurnal, internet

atau website, dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan

objek penelitian ini.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Disebabkan penelitian ini, merupakan penelitian lapangan

(field research) maka ada beberapa tehnik pengumpulan data yang

tepat, yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu proses mengamati dan mendengar

dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap

sebuah fenomena yang akan diobservasi, dengan mencatat, merekam,

memotret fenomena tersebut guna sebagai penemuan dan analisis.


b. Wawancara mendalam (Interview)

Melaksanakan beragam jenis wawancara, seperti : tatap muka,

email, kelompok fokus, telfon,dan lain-lain.

c. Dokumen (dari yang bersifat pribadi hingga yang bersifat umum)

Mengumpulkan dokumen-dokumen pribadi, seperti : berkas

data pengasuh Pondok, guru-guru, serta data-data dari objek yang

akan diteliti. Dokumen-dokumen umum, seperti : foto dan video

setiap kegiatan, dan lain-lain.

d. Bahan Audiovisual

Mengumpulkan pesan teks (WA, Instagram, dan FB).

Pengumpulan data ini termasuk dalam pengumpulan data online

untuk penelitian kualitatif yang mencakup data virtual dan

wawancara berbasis web. Untuk pengumpulan studi fenomenologis

proses pengumpulan data atau informasinya melibatkan wawancara

yang mendalam dengan 10 individu. Dengan tujuan untuk

mendeskripsikan makna dari fenomena tersebut bagi sejumlah

individu yang telah mengalaminya.12

5. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif – analitis, karena sebenarnya telah dimulai sejak

peneliti menetapkan fokus permasalahan, lokasi penelitian, kemudian

menjadi intensif ketika turun ke lapangan. Berdasarkan sejumlah tehnik

12
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih diantara Lima
Pendekatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 224.
pengumpulan data dan dari berbagai unit analisis data yang telah

ditetapkan kriterianya, data dalam catatan lapangan akan di analisis

dengan cara melakukan penghalusan bahan pengalaman yang

didapatkan dari melakukan percobaan yang masih kasar ke dalam

laporan lapangan. Laporan lapangan yang detail dapat berupa data yang

lebih mudah dipahami, dicarikan makna sehingga ditemukan apa yang

tersembunyi di balik cerita mereka (interpretasi) dan akhirnya dapat

diciptakan suatu konsep (konseptual).13

Pengumpulan data dan analisisnya akan berproses dari

memperoleh informasi tentang banyak hal. Yakni pertama, data lokasi

yang terkait permasalahan penelitian. Kedua, riwayat hidup (life

history) keagamaan dari responden yang berhubungan dengan fokus

penelitian (dalam hal ini, rasionalitas tindakan pembacaan alqur’an

sebagai kekuatan magis atau pengobatan), dan yang terakhir, data

langsung untuk menjawab permasalahan penelitian.

G. KERANGKA TEORITIK

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan langkah-langkah

untuk menyelesaikannya sehingga menjadi sebuah satu komponen yang

utuh. Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini.

Langkah Pertama, Observasi tempat di sebuah Pondok Pesantren

yang melaksanakan praktik pembacaan surah al-Hasyr sebagai penangkal

ilmu hitam.
13
M. Mansur, Metodologi Al-Qur’an dan Kandungannya (Yogyakarta: TH-Press,
2007), 77.
Langkah Kedua, mengumpulkan semua data di tempat tersebut,

tentang praktik pembacaan surah al-H{asyr sebagai penangkal ilmu hitam

di sebuah Pondok Pesantren.

Langkah Ketiga, mengolah data yang sudah terkumpul dengan

mengklasifikasikan data tersebut, disesuaikan dengan fenomena yang

sedang terjadi.

Langkah Keempat, menganalisis data yang sudah terkumpul,

dengan membandingkan hasil penelitian penulis.

Langkah Kelima, membuat kesimpulan, dari hasil penelitian

tersebut.

OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Penelitian Terdahulu

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Lokasi Penelitian

3. Sumber Data

4. Teknik Pengumpulan Data


5. Teknik Analisis Data

G. Kerangka Teoritik

H. Outline Pembahasan

I. Daftar Pustaka

BAB II PROFILPONDOK PESANTREN NURUN NAJAH

PANDEGLANG BANTEN

A. Pondok Pesantren dan Surah al-Hasyr

1. Sejarah Pondok Pesantren

2. Profil Pondok Pesantren

3. Kegiatan Keseharian Pondok

B. Surah al-Hasyr

1. Tafisr Surah al-Hasyr

2. Keutamaan Surah al-Hasyr

3. Pendapat Para Ulama Mengenai Surah al-Hasyr

C. Fenomena Pembacaan Surat Al-Hasyr Di Pondok Pesantren Nurun

Najah Pandeglang Banten (Sejarah Dan Pelaksanaannya)

BAB III LIVING QURAN

A. Pengertian Living Quran

B. Ruang Lingkup Living Quran

C. Metode Penelitian Living Quran

BAB IV FENOMENA ALQURAN DI PONDOK PESANTREN

NURUN NAJAH (HASIL PENELITIAN)


A. Rutinitas Pembacaan Surah al-H{asyr di Pondok Pesantren Nurun

Najah Pandeglang Banten

B. Pengaruh Rutinitas Pembacaan Surah Al-H{asyr Yang Digunakan

Sebagai Do’a Penangkal Ilmu Hitam di Pondok Pesantren Nurun

Najah Pandeglang Banten.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Kritik dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad, dan Muhammad Arfah Nurhayat. “Resepsi Masyarakat


Terhadap Al-Quran.” Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan
Fenomena Agama 21, no. 2 (2020): 290–303.
Barir, Muhammad. Tradisi Al-Qur’an di Pesisir, Relasi Kiai dalam Transmisi
Tradisi Al-Qur’an di Gerbang Islam Tanah Jawa. Yogyakarta: Nurmahera,
2017.
Creswell, John W. Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih diantara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Hasyim, Ali Hisyam Ibnu. Sejuta Berkah dan Fadilah 114 Surat Al-Qur’an.
Yogyakarta: Sabil, 2016.
Jassin, H.B. Juz ’Amma Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia: Berita Besar (Juz
XXX). Yayasan, 1984.
Mansur, M. Metodologi Al-Qur’an dan Kandungannya. Yogyakarta: TH-Press,
2007.
Rafiq, Ahmad. “Sejarah Al-Qur’an: dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah
Pencarian Awal Metodologis).” Islam, Tradisi dan Peradaban (2012).
Syamsuddin, Sahiron. Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadits. Yogyakarta:
Teras, 2007.
BAB II

PROFILPONDOK PESANTREN NURUN NAJAH PANDEGLANG

BANTEN

A. Pondok Pesantren dan Surah al-Hasyr

1. Sejarah Pondok Pesantren

Awal mula sejarah berdirinya pondok ini, di latar belakangi dari

Madrasah Diniyyah Takmiliyyah Awaliyah (MDTA) pada tahun

2001. Sebuah madrasah yang hanya ada dari kalangan keluarga

saja. Kemudian berkembangnya waktu, madrasah tersebut menjadi

mulai ramai, bukan hanya sekolah madrasah saja, tapi mereka juga

ikut mengaji qur’an di tempat tersebut, sehingga pengajar

memberikan nama madrasah nya dengan nama at- Tasdiq, karena

ketika ujian madrasah dilaksanakan, madrasah ini ikut bergabung

dengan madrasah at-Tasdiq yang didirikan oleh Ustadz ade yang

berada di kampung kalapalen. Maka dari itu madrasah ini

dinamakan madrasah at-Tasdiq.

Pada tahun 2002, mulailah muncul pondok di tempat tersebut, yang

hanya ada dari kalangan keluarga dan dua orang dari kampung

yang berbeda. Satu orang berasal dari kampung Lebak purut14 dan

satu lagi berasal dari kampung Babakan15. Kemudian pondok

tersebut di beri nama pondok pesantren at-Tasdiq.

14
Yang bernama Muhammad Dzuriyyat
15
Yang bernama Fathurohman
Kemudian pada tahun 2003, adik dari pendiri pondok tersebut

memiliki anak dan diberi nama Nurun najah, kemudian KH. Tb. H.

Enjud suja’i memerintahkan agar nama pondok nya di ganti dengan

nama anak tersebut. Akhirnya pada tahun 2003, pondok tersebut

diberi nama Pondok Pesantren Nurun Najah.

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2014 pondok tersebut

menjadi besar dan santrinya mulai bertambah banyak. Pondok

tersebut di prakarsai oleh keluarga besar KH. Tb. H. Enjud Suja’i

(alm) serta tokoh-tokoh agama yang lain, diantaranya sebagai

berikut :

a. KH. Tb. H. Enjud Suja’i (alm)

b. Ustadzah Siti Aminah

c. Ustadz Ahmad Khotib

d. Ustadzah Yayah Nuraisyah

e. Ustadz Tb. H. Abdur Rohim

f. Ustadz Tb. Hasan Basri

g. Ustadzah Ratu Uum Umamah (alm)

h. Ustadz ahmad muhtadi

i. Ustadzah Rani riyani

j. Ustadzah imas.16

Mulai pada tahun 2016, dibangunlah beberapa gedung pondok,

seperti : asrama putra, asrama putri, aula kecil dan aula besar . Di
16
Hasil wawancara dengan Ustadzah Yayah Nuraisyah
samping pembangunan sarana prasarana pondok juga dilengkapi

pembangunan mesjid yang bisa digunakan untuk kegiatan shalat

berjamaah, praktek ibadah, belajar ngaji, tadarus alqur’an,

murojaah alqur’an, muhadarah, maulid sholawat dan tempat

musyawarah.

BAB III

LIVING QURAN

Dalam lintasan sejarah islam, bahkan pada era yang sangat dini, praktik

memperlakukan alqur’an sehingga menjadi bermakna dalam kehidupan umat

pada dasarnya sudah pernah terjadi. Praktik living quran pernah dilakukan

oleh nabi muhammad saw sendiri, karena semua perilaku masyarakat islam

terbimbing wahyu lewat Nabi Muhammad saw. Menurut sebuah riwayat, nabi

saw pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat surah al-Fatihah

atau menolak sihir dengan surah al-Mu’awwizatain yaitu surah al-Falaq dan

an-Nas.17 Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a berkata

bahwasannya Nabi Muhammad saw pernah membaca al-Mu’awwizatain yaitu

surah al-Falaq dan An-Nas ketika ada orang sedang sakit, kemudiaan

diusapkan pada wajah, badan atau ubun-ubun seseorang yang terkena

kesurupan.18 Ada juga sebuah riwayat yang mengatakan bahwasanya

serombongan sahabat Nabi saw berkunjung ke satu lokasi, kepala kampung

17
Muhammad Mansyur et, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH-
Press, 2007), 3.
18
Imam al- Bukhari, sahih al-Bukhari, bab al-Raqa bi alqur’an, Maktabah al-Shamilah, al- Isdar al-
Thani, t.t.
lokasi tersebut sedang tersengat binatang berbisa. Salah sahabat Nabi yang

bertempat tinggal di pegunungan mengobati dengan membacakan surah al-

fatihah dan yang menderita penyakit tersebuh sembuh atas izin Allah SWT.

Hal tersebut dibenarkan dan di dibolehkan oleh Nabi saw karena para sahabat

menggunakan ayat dalam alquran yang dipahami dan dimengerti maknanya

karena hal tersebut pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan para

sahabat diperbolehkan oleh Nabi Muhammad saw, pada akhirnya para tabi’in,

tabit-tabi’in dan masyarakat islam di dunia ini melakukan hal yang serupa

untuk menyembuhkan penyakit seseorang.

Menurut bahasa Living Quran adalah gabungan dari dua kata yang berbeda,

yaitu living adalah yang hidup dan quran adalah kitab suci pedomannya umat

islam. Menurut M. Mansyur, Living Quran pada dasarnya bermula dari

fenomena quran in everyday life artinya makna dan fungsi alquran yang riil

dipahami dan dialami masyarakat muslim. 19 Jadi, Living Quran yaitu kajian

atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa terkait dengan kehadiran


20
alquran disebuah komunitas tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan

fenomena living quran yaitu bagaimana masyarakat tertentu merespon alquran

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Living Quran menurut Muhammad

Yusuf mengatakan bahwa living quran adalah respons sosial (realitas)

terhadap alquran, baik itu alquran dilihat masyarakat sebagai ilmu (Science)

19
Mansyur et, Metodologi Penelitian Living Qur’an, 5.
20
Didi Junaedi, sebuah pendekatan baru dalam kajian alquran (studi kasus di pondok pesantren
as- Siroj al-Hasan desa Kalimukti kec. Pabedilan kab. Cirebon), Journal of quran and hadis studies,
Vol. 4, No. 2.
dalam wilayah profane ( tidak keramat ) di satu sisi dan sebagai buku petunjuk

dalam hal yang bernilai sakral (sacred) di sisi yang lain.21

Menurut Abdul Mustaqim kajian living quran mempunyai beberapa arti

penting. Pertama, memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan

wilayah objek kajian alquran, dimana tafsir bisa bermakna respons masyarakat

di inspirasi oleh kehadiran alquran. Kedua, kepentingan dakwah dan

pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat lebih maksimal dan tepat

dalam mengapresiasi alquran. Ketiga, memberi paradigma baru bagi

pengembangan kajian alquran kontemporer, sehingga studi alquran tidak

hanya berkutat pada wilayah kajian teks saja.22

Living quran atau alquran yang hidup dimaknaidengan berbagai macam

pemahaman. Living quran menurut Heddy Shri Ahimsa Putra, ia

mengklasifikasikan pemaknaan terhadap living quran menjadi 3 kategori.

Pertama, ungkapan living quran yaitu sosok Nabi Muhammad saw yang

sesungguhnya, berdasarkan sebuah hadis dari Siti Aisyah yang mengatakan

bahwa perilaku dan tindakan Nabi Muhammad saw adalah alquran.23 Dengan

demikian Nabi Muhammad saw adalah alquran yang hidup (Living Quran).

Kedua, ungkapan living quran juga mengacu pada keseharian masyarakat

yang menggunakan alquran sebagai kitab acuannya yaitu menjadikan alquran

sebagai pedoman hidup di dunia. Mereka mengikuti apapun yang

diperintahkan oleh alquran dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh alquran,

21
Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Quran : beberapa perspektif Antropologi”. Jurnal
walisongo, Vol. 20, No. 1.
22
Ibid.
23
Muslim Bin Hajaj Abu al-Hasan al-Qasyari an-Naisaburi, Shahih Muslim jilid 1, (Beirut: Dar Ihya
at-Turas al-Arabi).
sehingga masyarakat tersebut seperti alquran yang hidup. Ketiga, ungkapan

living quran

Anda mungkin juga menyukai