Anda di halaman 1dari 3

Resensi Buku Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Judul : Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Edisi Revisi)

Penulis : Dr. Zairin Harahap, S.H., M.Si.

Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada

Tahun Terbit : Edisi Revisi, Cetakan Ke-10, Maret 2017

Tebal Buku : xvi + 230 halaman, 20,4 x 13,5 cm

ISBN : 978-979-769-630-6

Negara kesejahteraan (welfare state) adalah sebuah konsep bernegara yang lahir
pada abad ke-20 Masehi, tepatnya setelah perang dunia kedua berakhir. Pada dasarnya,
negara kesejahteraan adalah sebuah negara yang mengupayakan kesejahteraan bagi
seluruh rakyatnya dalam segala bidang. Kesejahteraan yang dimaksud ini hanya dapat
dicapai dengan melakukan aktivitas pembangunan disegala bidang. Aparat pemerintahan
meIakukan peran yang sangat besar daIam meIakukan aktivitas yang bersifat muIti
kompIeks. Konsekuensi negatif atas peran yang besar ini adalah munculnya sejumlah
penyimpangan-penyimpangan seperti penyelahgunaan wewenang (detournement de
pouvoir) maupun pelampauan batas kekuasaan (exces de pouvoir). Kemudian, agar aparat
pemerintahan dapat melakukan aktivitasnya sebagaimana mestinya dan rakyat tetap
mendapatkan perlindungan atas hal tersebut maka dibentuklah sebuah peradilan
administrasi yang penyelenggaraanya berpedoman pada hukum acara peradilan tata usaha
negara.

Buku yang berjudul “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” ini merupakan
sebuah buku yang menguraikan mengenai tata cara berperkara di PTUN serta mengatur
hak dan kewajiban dari pihak-pihak terkait dalam proses penyelesaian sengketa tersebut.
Buku ini ditulis oleh Zainal Harahap yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia. Penulis lulus pendidikan S1 ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, pendidikan S2 ilmu kebijakan publik pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada dan pendidikan S3 ilmu hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Penulis juga aktif mengikuti pendidikan
tambahan seperti kursus analisis dampak lingkungan (AMDAL), penataan hukum
administrasi dan hukum lingkungan kerja Indonesia-Belanda hingga kursus hukum
perizinan lingkungan.

Buku hukum acara peradilan tata usaha negara ini terdiri dari 9 (Sembilan) bab
yang meliputi materi-materi mengenai negara hukum dan peradilan administrasi;
pengertian, asas-asas dan kompetensi PTUN; persamaan dan perbedaan hukum acara
PTUN dengan hukum acara perdata; penyelesaian sengketa tata usaha negara; gugatan ke
PTUN; acara pemeriksaan di PTUN; pembuktian; putusan dan pelaksanaan putusan PTUN;
upaya-upaya hukum. Selain itu, dalam buku ini terdapat juga lampiran contoh-contoh surat
yang biasa dipakai dalam praktik peradilan TUN seperti surat kuasa; surat permohonan
intervensi; surat gugatan; surat eksepsi dan jawaban.

Bab 1 (satu) mengenai negara hukum dan peradilan administrasi. Pada bab ini
terdapat tiga sub bab yang membahas mengenai konsep negara hukum; negara hukum dan
peradilan administrasi; serta negara hukum pancasila dan peradilan administrasi.
Tinjauan-tinjauan yang bersifat teoritis dan filosofis juga lebih dikedepankan dalam bab
ini.

Bab 2 (dua) mengenai pengertian, asas-asas, dan kompetensi PTUN. Pada bab ini
terdapat 3 (tiga) sub-bab yang membahas mengenai pengertian hukum acara PTUN; asas-
asas dalam hukum acara PTUN; serta kompetensi peradilan tata usaha negara.

Bab 3 (tiga) mengenai persamaan dan perbedaan hukum acara PTUN dengan
hukum acara perdata. Pada bab ini terdapat hanya 2 (dua) sub-bab yang membahas
mengenai persamaan antara hukum acara PTUN dengan hukum acara perdata dan
perbedaan hukum acara PTUN dengan hukum acara perdata.

Bab 4 (empat) mengenai penyelesaian sengketa tata usaha negara. Pada bab ini
terdapat 6 (enam) sub-bab yang membahas mengenai pangkal sengketa TUN; objek
sengketa tata usaha negara dalam berbagai UU; kedudukan para pihak dalam sengketa
TUN; paar pihak dalam sengketa TUN; jalur penyelesaian sengketa TUN berupa upaya
administratif dan gugatan ke PTUN/PTTUN; serta tahapan persidangan.

Bab 5 (lima) mengenai gugatan ke PTUN. Pada bab ini terdapat 5 (lima) sub-bab
yang membahas mengenai alasan mengajukan gugatan; tenggang waktu mengajukan
gugatan; syarat-syarat gugatan; tuntuan dalam gugatan; serta permohonan beracara
dengan cuma-cuma. Layaknya sebuah buku hukum acara lainnya, dalam buku ini juga
membahas mengenai gugatan yang diatur dalam bab tersendiri. Hal ini sangat penting
karena dengan adanya pengajuan gugatan maka hukum acara peradilan dapat bekerja.

Bab 6 (enam) mengenai acara pemeriksaan di PTUN. Pada bab ini terdapat 5 (lima)
sub-bab yang membahas mengenai pemeriksaan acara singkat; pemeriksaan persiapan;
pemeriksaan permohonan penangguhan pelaksanaan KTUN; pemeriksaan acara cepat;
serta pemeriksaan acara biasa.

Bab 7 (tujuh) mengenai pembuktian. Pada bab ini hanya terdiri dari 2 (dua) sub-bab
saja yang membahas mengenai alat-alat bukti dan beban pembuktian. Sama seperti
pembahasan mengenai gugatan sebelumnya, pembahasan mengenai pembuktian juga
diatur dalam suatu bab tersendiri, dikarenakan pembuktian pada hukum acara sama
pentingnya karena dengan bukti tersebutlah gugatan atas hak yang telah dilanggar
menjadi sempurna.

Bab 8 (delapan) mengenai putusan dan pelaksanaan putusan PTUN. Pada bab ini
terdiri dari 6 (enam) sub-bab yang membahas mengenai pengertian putusan; putusan
PTUN; isi putusan; susunan isi putusan; biaya perkara; serta pelaksanaan putusan
(eksekusi).

Bab 9 (Sembilan) mengenai upaya-upaya hukum. Pada bab ini terdiri dari 4 (empat)
sub-bab yang membahas mengenai perlawanan; banding; kasasi; serta peninjauan
kembali. Pada bab dibahas mengenai macam-macam upaya hukum dalam peradilan tata
usaha negara yang terdiri dari upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.

Layakya sebuah buku pada umumnya, buku hukum acara peradilan tata usaha
negara ini juga memiliki sebuah kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan buku ini seperti
(1) tinjauan teoritis dan filosofis pada bab 1 (satu) lebih dikedepankan, hal ini penting
untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai hukum acara peradilan tata
usaha negara; (2) buku ini mempunyai bab tersendiri yang membahas mengenai
persamaan dan perbedaan antara hukum acara peradilan tata usaha negara dengan hukum
acara lainnya; (3) buku ini berisi contoh surat-surat yang biasa dipakai dalam praktik
peradilan tata usaha negara seperti contoh surat kuasa dan surat gugatan tata usaha
negara.

Selain kelebihan yang terdapat dalam buku ini, terdapat beberapa kekurangan
seperti (1) tahap persidangan yang ada dalam buku ini tidak dibahas secara lebih
mendalam dan hanya diuraikan sedikit saja (tidak dalam suatu bab tersendiri; (2) contoh
surat-surat yang ada pada bagian lampiran buku, alangkah baiknya dimasukan juga
kedalamnya contoh surat yang biasa dipakai dalam jalur penyelesaian sengketa tata usaha
negara melalui upaya administratif.

Anda mungkin juga menyukai