PENDAHULUAN
yang terletak di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, nilai, dan waktu. Oleh
karenanya untuk memahami pertumbuhan hukum dalam suatu masyarakat, kita tidak
dapat hanya mengandalkan diri dari pendekatan ilmu hukum saja, tetapi harus dibantu
oleh aspek-aspek lain seperti ilmu sosial, politik, ekonomi, antropologi, sejarah, dan
lain sebagainya.
hukum nasional terutama dalam hal pengembangan hukum tidak saja membutuhkan
bahan-bahan mengenai perkembangan hukum masa kini saja, melainkan juga bahan-
bahan mengenai perkembangan hukum dari masa lampau dan negara-negara lain.
Melalui sejarah hukum dan perkembangan hukum di negara-negara lain akan dapat
1
Dahnial Kumarga, 2010, Persamaan dan Nuansa Perbedaan Antara Corak Peradilan Tata
Usaha Negara Perancis, Belanda, dan Indonesia, Universitas Pelita Harapan,Jakarta, hlm. 11.
1
prinsip serta pandangan hidup bangsa. Dalam pengembangan hukum nasional yang
bisa disandingkan dengan negara Indonesia baik dari segi perkembangan hukumnya
akan terlihat adanya kaidah dan lembaga dalam hukum Indonesia yang masih dapat
dikembangkan sesuai dengan apa yang dikenal sebagai hukum modern saat ini.
Salah satu aspek hukum modern yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah untuk mengembangkan dan memelihara
administrasi negara yang tepat menurut hukum (rechtmatig) atau tepat menurut
undang-undang (wetmatig) atau tepat secara fungsional (efektif) atau berfungsi secara
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) ialah memberikan pengayoman hukum dan
kepastian hukum, tidak hanya untuk rakyat semata-mata melainkan juga bagi
terwujudnya pemerintahan yang kuat bersih dan berwibawa dalam negara hukum.
2
Hendrik Salmon, Eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) Dalam Mewujudkan Suatu
Pemerintahan yang Baik, Jurnal Sasi, Volume 16, Nomor 4, Oktober-Desember, 2010.
3
Ibid.
2
Dengan demikian Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah sebagai salah
menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan
bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum publik oleh
dan ketertiban dan kepastian hukum) kepada rakyat pencari keadilan (justiciabelen)
yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu perbuatan hukum publik oleh pejabat
Peradilan tata usaha negara antara negara satu dengan negara yang lainnya
memiliki corak yang berbeda-beda, dimana perbedaan tersebut juga turut dipengaruhi
oleh sistem pemerintahan yang dianut oleh negara tersebut. Secara garis besar sistem
sebagai kepala negara. Dalam sistem ini, badan eksekutif tidak bergantung pada
badan legislatif. Kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan
4
Abdul Ghofar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945
dengan Delapan Negara Maju, Kencana Prenada Media Group,Jakarta, hlm. 49.
3
parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam sistem ini,
percaya.5
perbedaan mengenai sistem hukum yang dianut dalam masing-masing negara baik
yang menganut sistem presidensiil maupun sistem parlementer khususnya dari segi
Dalam makalah ini penulis akan mengkaji perbedaan peradilan tata usaha
antara negara Belanda dan Jerman.6 Walaupun terdapat perbedaan sistem peradilan
Tata Usaha Negara di antara negara-negara tersebut, namun secara prinsip masih
terlihat adanya persamaan yaitu bahwa kedua negara tersebut mengakui adanya
kodifikasi hukum acara peradilan tata usaha negara, yaitu pengadilan umum (biasa)
5
Ibid., hlm. 52.
6
Riawan Tjandra,2009, Peradilan Tata Usaha Negara Mendorong Terwujudnya Pemerintahan
yang Bersih dan Berwibawa, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. 23.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengkaji
lebih lanjut dengan rumusan masalah yakni “Bagaimana Sistem Peradilan Tata
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk
dan Jerman)”.
5
BAB II
PEMBAHASAN
lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari badan Peradilan Umum. Sengketa tata
oleh undang-undang.
a) Pemeriksaan dan pemutusan sengketa tata usaha negara oleh badan /organ
7
Ibid., hlm.45-46.
6
kembali (beroep) terhadap penetapan beschikking atau penolakannya
4. Menteri (Minister)
rechtsspraak).
7
Badan-badan ini memiliki wewenang khusus sesuai dengan undang-
sengketa tata usaha negara menyangkut bidang tertentu. Beberapa contoh dari
8
Mucshan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm.
15.
8
sehingga dapat bertindak sebagai hakim tata usaha negara dalam
Misalnya:
belastingkamer.
(Kiezersregister).
umum/perdata.
Dasar untuk mengajukan gugatan dan sekaligus bagi hakim peradilan TUN
9
Riawan Tjandra, Op.Cit., hlm.49.
9
umumnya (algemne maatregelen van bestuur/amvb), Peraturan menteri,
lanjut meliputi:
temporis).
10
b) Isi /materi beschikking mengandung cacat (inhoudsgebreken)
atau penipuan (bedrog) terhadap isi yang ditetapkan. Cacat yang menyangkut
10
Philipus M. Hadjon, 1994, Pengantar Hukum Admnistrasi Indonesia (Introduction to the
Indonesian Administrative Law), UGM Press, Yogyakarta, hlm.270.
11
2.2 Sistem Peradilan Tata Usaha Negara Jerman
Guna mengetahui sistem peradilan Tata Usaha Negara Jerman, terlebih dahulu
Peradilan di Jerman cukup unik, karena tidak termasuk sistem peradilan yang
mengikuti konsep unity of jurisdiction seperti dalam pola negara-negara Anglo Saxon.
Tetapi juga tidak menganut sepenuhnya model duality of jurisdiction seperti Perancis,
yang membedakan antara struktur Peradilan Umum dan struktur Peradilan Tata
Usaha Negara.
Peradilan Perburuhan, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Pajak, dan Peradilan
Perburuhan;
11
Daniel Samosir, 2012, Perbandingan Sistem Peradilan Administrasi Antara Jerman dengan
Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Jakarta, hlm.2.
12
Riawan Tjandra, Op.Cit., hlm.40.
12
5. Bundessozialgericht sebagai kekuasaan tertinggi dari Peradilan Sosial.
tingkat Federal.
bersifat beragam di Jerman tersebut, diperlukan adanya suatu organ yang dapat
tersebut dibentuk badan kolegial yang terdiri dari hakim-hakim yang berasal dari
Gemeinsamer Senat (Kamar Bersama). Badan tersebut juga memiliki fungsi untuk
organisasi peradilan.13
undang sejak tahun 1952 dan 1960. Setiap negara bagian memiliki Peradilan TUN
13
Daniel Samosir, Op.Cit., hlm.4.
13
negara bagian (Lander). Kekuasaan tertinggi dari Peradilan Tata Usaha Negara ada
pengujian terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat individual saja, yaitu
yang hanya ditujukan kepada orang perorangan atau sekelompok orang saja, sehingga
tidak dapat menguji yang bersifat reglementer atau peraturan yang mengikat secara
umum. Sengketa yang menyangkut ganti rugi terhadap perbuatan pemerintah yang
merugikan masyarakat tidak menjadi wewenang dari Peradilan Tata Usaha Negara,
tetapi menjadi wewenang dari badan Peradilan Umum. Hal itu berarti jika
Dasar pengujian gugatan untuk membatalkan suatu produk tata usaha negara
atas dasar illegalitas ekstern dan illegalitas intern, seperti yang juga dikenal dalam
14
Riawan Tjandra, Op.Cit., hlm 42.
15
Ibid.
14
a. Penilaian mengenai fakta-fakta yang dikemukakan;
untuk perkara perdata, tidak seperti yang berlaku dalam sistem Peradilan TUN di
saja, tetapi juga dapat diterapkan untuk setiap orang yang dipekerjakan oleh
16
Ibid.,hlm 43.
15
Sistem pertanggungjawaban pemerintah di Jerman untuk pembayaran ganti
kaitannya dengan proses pencabutan hak milik untuk kepentingan umum. Sistem
Belanda.
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa walupun antara Perancis dan
menganut sistem pemerintahan parlementer, serta sistem hukum yang dianut juga
bercorak Eropa Kontinental tidak berarti bahwa sistem Peradilan Tata usaha Negara
nya juga sama. Berikut ini disajikan ringkasan kajian perbandingan Sistem Peradilan
16
NO Aspek yang Jerman Belanda
Diperbandingkan
penyelesaian
sengketa.
bermacam-macam
peradilan khusus
17
(kekeliruan penerapan kekeliruan prosedur
meliputi:
a. KTUN
bertentangan dengan
peraturan per-undang-
tinggi
b. KTUN
mengandung
penyalahgunaan
wewenang/melampaui
batas wewenang
c. KTUN tidak
didasarkan
pertimbangan yang
layak
d. KTUN
bertentangan dengan
AAUPB.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah salah satu badan peradilan yang
menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan
bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum publik oleh
pejabat administrasi negara yang melanggar hukum. Berkaitan dengan Peradilan tata
usaha negara antara negara satu dengan negara yang lainnya memiliki corak yang
pemerintahan yang dianut oleh negara bersangkutan yang secara garis besar terbagi 2
ini bertujuan untuk memberikan pemaparan mengenai perbedaan peradilan tata usaha
yang berdiri sendiri dan terpisah dari badan Peradilan Umum. Sengketa tata usaha
19
a) Pemeriksaan dan pemutusan sengketa tata usaha negara oleh badan /organ
rechtsspraak).
Undang-undang sejak tahun 1952 dan 1960. Setiap negara bagian memiliki Peradilan
negara bagian (Lander). Kekuasaan tertinggi dari Peradilan Tata Usaha Negara ada
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat individual saja, yaitu yang hanya
ditujukan kepada orang perorangan atau sekelompok orang saja, sehingga tidak dapat
menguji yang bersifat reglementer atau peraturan yang mengikat secara umum.
3.2 Saran
dikaitkan dengan sistem Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Indonesia tentu
akan berbeda lagi mengingat sistem pemerintaha yang dianut oleh Indonesia berbeda
20
dengan kedua negara tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dari perbedaan
tersebut terdapat aspek-aspek yang dapat diambil guna memajukan sistem Peradilan
Tata Usaha Negara (PTUN) di Indonesia. Aspek-aspek positif yang dapat diambil
jika dirunut pada masing-masing negara antara lain, Pertama, Belanda. Indonesia
bidangnya masing-masing.
Peradilan Tata Usaha Negara sehingga akan lebih baik jika diadakan badan yang
Jerman, aspek yang bisa dicontoh oleh Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Indonesia dari Jerman salah satunya yakni berkaitan dengan pemisahan kewenangan
gugatan yang berkaitan dengan Keputusan Tata Usaha Negara dengan gugatan ganti
Tata Usaha Negara dipegang oleh Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), sedangkan
wewenang penyelesaian gugatan ganti rugi akibat Keputusan Tata Usaha Negara
menjadi milik Peradilan Umum. Hal ini tentu memudahkan untuk masing-masing
pihak, di satu sisi Peradilan Tata Usaha Negara dapat berfokus untuk menyelesaikan
perkara sengketa Tata Usaha Negara. Di sisi lain ganti rugi yang didapat oleh para
pihak tentu lebih sepadan jika diselesaikan oleh Peradilan Umum dibandingkan jika
21