FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Isi : a. Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. b. Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. c. Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. d. Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat penurunan produksi sel darah merah, dan atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. B. Etiologi
Isi : Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Gangguan pembentukan eritrosit Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang. b. Perdarahan Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi. c. Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit, Secara umum penyebab anemia adalah: a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang di komsumsi. b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare, pembedahan saluran pencernaan. c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu, kanker (Tarwoto S.kep,dkk.2007:13) C. Klasifikasi Data
Isi : Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori
yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % D. Tanda dan Gejala
Isi : Tanda dan gejala anemia sebagai berikut:
a. Kulit Pucat b. Detak Jantung Meningkat. c. Sulit Bernafas. d. Kurang Tenaga atau cepat lelah e. Pusing terutama saat berdiri. f. Sakit kepala g. Siklus menstruasi tidak menentu. h. Lidah yang bengkak dan nyeri. i. Kulit mata dan mulut berwarna kuning, limpa atau hati membesar, penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu. E. Patofisiologi
Isi : Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma hemoglobinemia. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hyperbilirubinemia dan hemoglobinemia. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan. Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang. Gangguannya berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam sumsum tulang. F. Diagnosis Medik
Isi : Anemia
G. Penatalaksanaan
Isi : Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat
besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3 yakni: 1) Pemberian Zat besi oral 2)Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik. 3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat H. Pemeriksaan Penunjang
Isi :Terdapat beberapa pemeriksaan, baik utama maupun
penunjang, untuk menentukan diagnosis anemia, yaitu : 1. Tes hitung darah lengkap, Anemia biasanya dideteksi dari tes darah rutin. Tes ini disebut tes darah lengkap dan akan menghitung jumlah serta proporsi sel darah dalam pembuluh darah. Komponen ini meliputi: Kadar sel darah merah yang rendah Kadar hemoglobin yang rendah Kadar hematokrit yang rendah Indeks sel darah merah yang tidak normal 2. Apusan darah dan diferensial, untuk melihat bentuk sel darah merah sekaligus ada tidaknya sel abnormal dalam darah. Dengan ini, dokter dapat mendiagnosis jenis anemia yang dialami oleh pasien 3. Hitung retikulosit. Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda. Pemeriksaan ini juga bertujuan menentukan penyebab dan jenis anemia. Misalnya, pasien dengan kadar retikulosit rendah bisa menandakan gangguan produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang. 4. Tes zat besi, Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi 5. Hitung kadar vitamin B12 dan asam folat, Vitamin B12 dan B9 (folat) diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Jika kadar kedua vitamin ini menunjukan angka di bawah normal, dokter bisa mendiagnosis pasien dengan anemia defisiensi B12 dan folat. 6. Elektroforesis hemoglobin. Tes elektroforesis hemoglobin dilakukan untuk mengevaluasi bentuk hemoglobin yang tidak normal. Hal ini ditemukan pada penderita talasemia dan anemia sel sabit.