Anda di halaman 1dari 7

Perjanjian Baru

Ketidaksetaraan Gender dan Keseteraan gender

Kedudukan I Timotius
Bentuk literer I Timotius
Kitab I Timotius adalah surat yang memberi ikhtiar soal penggembalaan. Dengan kata
lain, petunjuk tentang penggembalaan jemaat Tuhan. Gembala = pastor. Jadi pastoral = yang
mengenai penggembalaan. 1

Struktur Kitab I Timotius


Surat-surat 1 dan 2 Timotius sejak abad XVIII surat-surat itu dikenal sebagai surat-
surat Penggembalaan'. Surat 1 dan 2 Timotius dialamatkan kepada Timotius, yang disebut
dalam 1 Timotius 1:2 gnesion teknon en pistei (anak yang sah di dalam iman) dan dalam 2
Timotius 1:2 agapeton teknon (anak yang kekasih). Alamat kepada Titus 1:4 gnesion teknon
kata koinen pistin - anak yang sah menurut iman kita bersama). Kesamaan yang sungguh
formal ini sesuai dengan kesamaan-kesamaan yang cukup banyak dalam kandungan 1
Timotius dan Titus, betapapun keduanya berbeda dengan 2 Timotius.2

 Pendahuluan 1:1-2
 Petunjuk-petunjuk mengenai jemaat dan para pengurusnya 1:3-3:16
 Petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pekerjaannya 4:1-6:21

Penulis dan Pembaca I Timotius

1M.E. Duyverman. Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru(Jakarta:BPK Gunung


Mulia,1990), hlm. 153

2 Marxsen, Willy. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kristis Terhadap Masalah


Masalah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014). Hlm. 243
Ketika makin gencar study biblika, yang antara lain melahirkan apa yang di sebut teori-
teori kritik seperti kritik bahasa (linguistic criticism), kritik naskah (textual criticism), kritik
sastra (literasi criticism), kritik bentuk (form criticism), kritik redaksi (redaction criticism),
kritik sejarah (historical criticism), maka keaslian mengenai Paulus sebagai penulis Surat 1
Timotiuspun di persoalkan (demikianpun dengan banyak kitab / surat lainnya dalam Alkitab).
Jadi telah timbul pemikiran kritis mengenai siapa sebenarnya penulis surat-surat Perjanjian
Baru pada umumnya dan pada khususnya surat-surat Pastoral 1,2 Timotius serta Titus (selain
Surat kepada Filemon yang kuat dugaan di tulis oleh Paulus). Hal yang menjadi alasan adalah
menyangkut gaya bahasa, kosa kata dan gagasan yang terdapat di dalamnya, yang
kelihatannya berbeda antara Surat yang satu dengan yang lainnya (termasuk 1 Timotius ini).
Lalu muncul pertanyaan apakah Surat 1 Timotius ini asli berasal dari Paulus atau bukan. Tapi
pada lain pihak, alasan-alasan yang menunjang bahwa Pauluslah yang menulisnya.
Sehubungan dengan surat ini, disimpulkan: Paulus penulisnya (entah dengan mengunakan
tangannya atau tangan orang lain) lalu mengirimkannya dari makedonia kepada Timotius di
Efesus. Kalau demikian ini terjadi kira-kira tahun 63.3

Surat ini tidak di alamatkan secara keseluruhan, melainkan kepada seorang yang bernama
Timotius, sehingga disebut sebagai surat pastoral. Dalam perjalanan waktu selanjutnya,
hubungan Paulus dengan Timotius menjadi senagat akrab seperti hubungan seorang anak
dan  bapaknya (Filipi 2:22 “… ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti
seorang anak menolong bapaknya”). Menurut 1:1-2, Paulus menyampaikan Surat ini kepada
Timotius, anaknya yang sah dalam Iman. Timotius di sapa oleh Paulus sebagai “anakku yang
sah dalam iman” yang bisa berarti “anakku yang sejati dalam iman”. Ini mengindikasikan
bahwa Timotius telah percaya kepada Yesus Kristus, menjadi Kristen karna pemberitaan Injil
oleh Paulus. Dalam Kisah Para Rasul 16:1-3 menjelaskan bahwa Timotius sendiri dilahirkan
di kota Listra dari seorang ayah berkebangsaan Yunani dan ibu, bernama Eunike,
berkebangsaan Yahudi. Ia kemudian di didik dalam adat istiadat Yahudi sekaligus kepadanya
di ajarkan Kitab Suci sejak masih kecil, jadi kelihatan bahwa pada waktu penulisan Surat ini
Timotius sedang berada atau ditugaskan Paulus di Efesus. Tentang pribadi Timotius yang
menjadi alamat surat ini, ternyata adalah seorang pemalu sehingga terhadap orang-orang di
korintus, kepada siapa Timotius (pernah) di utus, Paulus mintakan supaya mereka jangan
meremehkannya atau menghinanya.

3 M.E.Duyverman. Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru(Jakarta:BPK Gunung


Mulia,1990), hlm. 163
Masalah sosial

Ajaran sesat

Selain itu terdapat pimpinan ibadah (pejabat jemaat) yang mencari keuntungan finansial
secara tidak sehat dari kegiatan ibadah itu sendiri. Selain itu muncul para pengajar sesat atau
guru-guru gnostik yang mengganggu jemaat. Dari agama Yahudi: uraian tentang silsilah dan
taurat, yang dengannya kita sampai kepada pengetahuan yang lebih dalam: 1 Tim 1:4, 7;
6:20; Tit 1:10,11,13,14; 3:9. Dari agama bukan-Yahudi : hidup berpantang, askese: 1 Tim
4:3, 8: perkawinan dan rupa² makanan adalah lebih baik dicegah, tubuh harus dilatih,
dialahkan. ,,Bukan", kata Paulus, ,,ini adalah sia² se-mata"; sesuatu yang tidak membangun
rumah tangga Allah, melainkan merusakkannya" (1 Tim 4:1; 6:3-5; 2 Tim 2:16,23; 3:5 dyb;
4:4). Mereka juga mencari keuntungan-haram dengan mengajarkan bahwa pengetahuan da
lam hal itu adalah mahal (1 Tim 6:4, 5; 2 Tim 3:6, 7?) Mungkin juga di kalangan mereka
diajarkan bahwa kebangkitan sudah ber langsung (2 Tim 2:17, 18; atau inilah ajaran pribadi
dari oknum tersebut). Orang semacam ini harus ditentang setegasnya dengan memegang
pengajaran yang sehat (= Injil: 1 Tim 4:7, 13; 2 Tim 4:2; Tit 1:9, 13; 2:15).

Bisa kita simpulkan dari surat² ini, maka Timotius dan Titus menghadapi suatu sinkretis
yang sifat dan tujuan yang sama dengan ajaran yang telah kita temui pada surat Kolose.
Memang dorongan sinkretistis adalah kuat pada zaman ini di antara kalangan bukan-Yahudi.
Karena jemu dan sangsi terhadap puluhan agama serta ratusan dewata, orang yakin bahwa
ada satu kebenaran saja terselindung di dalam segala agama. Mereka tertarik kepada Injil
karena mengakui satu Allah saja, karena susilanya yang bersahaja dan murni, tetapi mereka
kurang puas dengan pernyataan bahwa di dalamnya terkandung pengetahuan dan kekayaan
Allah. Pun di dalam jemaat terdapat orang yang berpendirian demikian. Rupa² tidak ingin
diambil-alih, baik dari dalam agama Yahudi, maupun dari agama bukan-Yahudi.

      Masalah lain dalam jemaat adalah kenyataan di mana jemaat secara umum berperilaku
tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani atau Injili. Demikian pula masal-masalah sosial
seperti: mencari-cari persoalan, dengki, percinderaan, fitnah, curiga yang tidak sehat,
percekcokan, tidak berpikir sehat, gila harta (1 tim. 6:2b-10). Hal seperti ini memang
merupakan salah satu fenomena masyarakat kota, termasuk masyarakat Efesus, sebuah kota
besar, ibu kota provinsi Kekaisaran Romawi di Asia ketika itu. Masalah penting lainnya
adalah: kurang harmonisnya antara tuan dengan hamba, ataupun pandangan negatif jemaat
terhadap pemerintahan Romawi.
I Timotius 5 : 3 – 16

PERKAWINAN JANDA

I Timotius 5 : 3 – 16 ingin menjelaskan tentang bagaimana kehidupan para janda


diperhatikan dan dan mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Rasul Paulus memfokuskan
tentang janda yang ingin membangun kehidupan yang baru yaitu menikah lagi atau
pernikahan. Kata Yunani untuk janda, yaitu "khera" berarti: telah kehilangan atau dirampas
sesuatu. Jadi, yang benar-benda janda adalah perempuan, yang benar benar ada dalam
keadaan membutuhkan karena kehilangan seorang penopang. Yang tidak dalam keadaan
membutuhkan, tidak perlu ditolong. I Timotius 11 menekankan mengapa janda-janda muda
tidak diizinkan masuk golongan "janda-janda tugas khusus", yaitu karena janda-janda terakhir
ini berjanji untuk tidak kawin lagi dan mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Hal ini lebih
mudah dilaksanakan oleh wanita-wanita yang sudah berusia 60 tahun ke atas dari janda-janda
muda, yang masih memiliki kebutuhan seksual. Keberahian yang timbul akan menceraikan
dari (pengabdian yang tulus kepada) Kristus, dan menikah dengan janji dan hukuman atas
dirinya. Sudah tentu timbul pertanyaan: mengapa pada zaman itu wanita-wanita dari
golongan janda khusus ini disamakan dengan janda-janda yang menerima bantuan materiil,
itu berarti bahwa janda-janda yang lebih mu da dari 60 tahun tidak boleh menerima bantuan
jemaat. Ini tidak masuk akal, karena justru janda-janda yang muda dengan anak-anak yang
masih kecil amat memerlukan bantuan. Oleh sebab itu janda-janda termaksud bukanlah
janda-janda "diakoni", melainkan janda-janda khusus dengan tugas khusus."janda tugas
khusus" tidak diperkenankan menikah lagi" Kemung kinan besar, karena wanita yang dalam
pelayanannya menunjukkan gejala gejala ingin menikah, pasti akan menimbulkan gossip-
gossip, yang merugikan pelayanan mereka. Kedudukan wanita pada zaman itu memang peka
sekali.

I Timotius 5 : 10 terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh


anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara se iman, Membantu orang yang
hidup dalam kesesakan pendeknya me reka yang telah menggunakan segala kesempatan
untuk berbuat baik. Janda-janda yang berumur 60 tahun ke atas mempunyai pengalaman
hidup yang cukup meyakinkan. Dari masa lampau mereka dapat diketahui, apakah mereka
telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, mem beri tumpangan (lihat
tafsiran I Tim 3:2) dst. Kata-kata membasuh kaki saudara-saudara seiman mengingatkan
kepada Yoh 13:14 dan harus diartikan secara kiasan, yaitu melayani saudara-saudara seiman
dengan segala kerendah an hati. Contoh-contoh yang disebut di sini untuk menilai apakah
janda-janda dapat dipakai untuk tugas khusus, jelas menunjuk kepada pelayanan kasih. Oleh
sebab itu dapat dikatakan, bahwa "janda-janda tugas khusus" mem punyai tugas
mendampingi para penilik jemaat dan diaken dalam segi-segi pelayanan kasih yang sukar
dilaksanakan oleh kaum pria.

5:11,12 Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena jika mereka sekali
digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka ingin kawin dan
dengan memungkiri kese tiaan mereka yang semula kepadaNya, hu kuman atas dirinya.
Secara Harafiah, Perikop : I Timotius 5 : 11

Ketidak-setaraan gender dilihat ketika ada larangan bagi para janda yang masih muda
pada saat itu tidak boleh kawin lagi, hal ini berkaitan dengan kegairahan dan keberahian.
Perbedaan seks menyebabkan ketidakadilan gender (gender inequality). Gender juga
merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum perempuan dan laki-laki, yang kemudian
dikontruksikan secara sosial maupun kultural. Dalam masyarakat gender mengacu pada
peran, perilaku, ekspresi, dan identitas seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Istilah
ini juga erat hubungannya dengan orientasi seksual. sex secara umum

digunakan untuk mengidentifaksi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi
biologi. Padahal peembagian peran dan kerja secara seksual dipandang sebagai suatu hal
yang wajar.

Di sini dijelaskan mengapa janda-janda muda tidak diizinkan masuk golongan "janda-
janda tugas khusus", yaitu karena janda-janda terakhir ini berjanji untuk tidak kawin lagi dan
mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Hal ini lebih mudah dilaksanakan oleh wanita-wanita
yang sudah berusia 60 tahun ke atas dari janda-janda muda, yang masih memiliki kebutuhan
seksual. Keberahian yang timbul akan menceraikan dari (pengabdian yang tulus kepada)
Kristus, dan menikah dengan janji dan hukuman atas dirinya. Sudah tentu timbul pertanyaan:
mengapa pada zaman itu wanita-wanita dari golongan "janda tugas khusus" tidak
diperkenankan menikah lagi? Kemun kinan besar, karena wanita yang dalam pelayanannya
menunjukkan gejala gejala ingin menikah, pasti akan menimbulkan gossip-gossip, yang
merugikan pelayanan mereka. Kedudukan wanita pada zaman itu memang peka sekali.
5:13 dengan merusak masuk rumah orang, mereka membiasakan diri keluar bermalas-
malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi meleter dan mencampuri soal orang lain
dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Di sini Paulus menjelaskan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi bilamana janda muda tidak diperbolehkan memasuki
golongan "janda-janda tugas khusus". jelas kurang pengalaman hidup, belum tahu pengaturan
waktu dan kegiatannya dengan bijaksana, belum tahu untuk mengendalikan diri. Justeru
mengarahkan gerakan dari keadaan yang ditentukan dalam pernikahan, keadaan bebas,
mereka akan sukar mengendalikan dan menguasai energi baru, sehingga hal-hal yang disebut
dalam ayat ini. Paulus memiliki pandangan yang praktis-pastoral dan tidak mau mengambil
risiko-risiko bagi pelayanan jemaat.

5:14 Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak,
memimpin rumah tangganya dan emberi alasan untuk mencegah memburuknya nama kita.
Secara harafiah, Perikop : I Timotius 5 : 14

Penulis memperhatikan atau peduli dengan kaum perempuan yang berstatus janda.
Suatu Perkawinan kembali diijinkan bagi kaum janda. Ayat sebelumnya sangat melarang
perkawinan janda karena berhubungan dengan seksualitas. Namun, kembali penulis
menekankan tentang janda harus kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya.
Penulis bermaksud supaya para janda tidak hanya bermalas – malasan di rumah, mencampuri
urusan orang lain dan tidak mengatakan hal – hal yang tidak pantas.

Namun, ayat ini merupakan alasan tambahan, mengapa "janda-janda tugas khusus"
(ay 9) tidak boleh disamakan dengan janda-janda yang harus diberikan ban tuan materiil
(ay.3). Golongan terakhir ini mencakup baik janda-janda muda maupun tua: yang muda tidak
diperkenankan menjadi janda tugas khusus, tidak boleh disamakan dengan janda-janda yang
harus diberikan ban tuan materiil (ay.3). Golongan terakhir ini mencakup baik janda-janda
muda maupun tua: yang muda tidak diperkenankan menjadi janda tugas khusus, sedangkan
yang tua tidak semua otomatis menjadi janda tugas khusus. Janda janda tugas khusus tidak
diperkenankan kawin lagi, sedangkan janda-janda yang muda justeru diperintahkan oleh
Paulus (aku mau) supaya mereka kawin lagi. Bila Paulus menyuruh janda-janda muda
menikah lagi, itu bukan semata-mata karena ia ingin mereka dari dosa-dosa seksual,
melainkan karena ia juga melihat suatu tugas positip bagi mereka: beroleh anak, memimpin
rumah tangganya. Ikut membangun Kerajaan Allah melalui pendidikan anak anak dan
pengaturan rumah tangga yang baik. Dengan demikian perempuan itu memuliakan Nama
Tuhan dan tidak memberi alasan kepada lawan (yaitu musuh-musuh Injil) untuk
memperburuk-burukkan nama kita berdasarkan ting kah laku yang tidak senonoh dari
perempuan-perempuan itu.
Perjanjian Baru

Ketidaksetaraan Gender dan Keseteraan gender

Keseteraan Gender Ketidaksetaraan Gender


Perikop : I Timotius 5 : 14 Perikop : I Timotius 5 : 11
Penulis memperhatikan atau peduli dengan Ketidak-setaraan gender dilihat ketika
kaum perempuan yang berstatus janda. Suatu ada larangan bagi para janda yang masih
Perkawinan kembali diijinkan bagi kaum muda pada saat itu tidak boleh kawin lagi, hal
janda. Ayat sebelumnya sangat melarang ini berkaitan dengan kegairahan dan
perkawinan janda karena berhubungan keberahian. Perbedaan seks menyebabkan
dengan seksualitas. Namun, kembali penulis ketidakadilan gender (gender inequality).
menekankan tentang janda harus kawin lagi, Gender juga merupakan suatu sifat yang
beroleh anak, memimpin rumah tangganya. melekat pada kaum perempuan dan laki-laki,
Penulis bermaksud supaya para janda tidak yang kemudian dikontruksikan secara sosial
hanya bermalas – malasan di rumah, maupun kultural. Dalam masyarakat gender
mencampuri urusan orang lain dan tidak mengacu pada peran, perilaku, ekspresi, dan
mengatakan hal – hal yang tidak pantas. identitas seseorang, baik laki-laki maupun
perempuan. Istilah ini juga erat hubungannya
dengan orientasi seksual. sex secara umum
digunakan untuk mengidentifaksi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi anatomi
biologi. Padahal peembagian peran dan kerja
secara seksual dipandang sebagai suatu hal
yang wajar

Anda mungkin juga menyukai