Adaptasi Paru PDF
Adaptasi Paru PDF
LoMauro A, Aliverti A, Frykholm P, et al. Adaptation of lung, chest wall, and respiratory muscles
during pregnancy: preparing for birth. J Appl Physiol (1985). 2019;127(6):1640-1650.
ABSTRAK
Literatur terkait yang tersedia hingga saat ini masih minim, tidak terbarukan,
atau hanya berdasarkan modalitas yang kuno atau invasif, dengan hasil yang
bertentangan. Selain itu, sebagian besar penelitian hanya membahas satu aspek atau
secara eksklusif mempertimbangkan trimester terakhir tanpa mengikuti perkembangan
kehamilan secara keseluruhan. Misalnya, volume paru-paru dapat dilaporkan
berkurang atau meningkat atau tidak menunjukkan perubahan selama kehamilan. Pola
pernapasan digambarkan lebih cenderung kearah pernapasan toraks, meskipun tekanan
transdiafragma belum terbukti berubah pada akhir kehamilan. Hasil yang tampaknya
bertentangan seperti kekuatan diafragma yang serupa tetapi ekspansi perut yang
berkurang, dapat menjadi konsekuensi dari metode yang digunakan. Misalnya, dalam
satu penelitian, perpindahan masing-masing hanya mengukur dalam satu titik toraks
dan satu titik perut. Selain itu, penulis hanya mempertimbangkan posisi duduk, yang
biasanya ditandai dengan dominasi pernapasan dada.
Beberapa dekade yang lalu, persalinan normal dilarang bagi semua wanita yang
menderita kondisi berisiko tinggi. Baru-baru ini, banyak institusi mengubah kebijakan
ini , dan semakin banyak kehamilan berisiko tinggi diakhiri dengan persalinan normal,
yang mengarah pada tantangan yang memerlukan pendekatan medis multidisiplin.
Untuk alasan ini, peningkatan pengetahuan tentang perubahan pernapasan fisiologis
ibu dapat membantu dokter untuk memberikan perawatan yang optimal pada
kehamilan berisiko tinggi. Penelitian ini merupakan langkah pertama untuk memahami
adaptasi fisiologis paru-paru, dinding dada, dan otot pernapasan selama kehamilan
normal, juga menyediakan dasar untuk penelitian kehamilan berisiko tinggi di masa
mendatang.
Berbagai aspek yang dinilai terdiri dari geometri dinding dada, pola
pernapasan, variasi volume paru-paru dan torakoabdominal, serta ketebalan dan
gerakan diafragma dalam posisi duduk dan terlentang. Secara khusus, kami berupaya
memahami efek inti diafragma terhadap peningkatan isi perut secara progresif, yang
mungkin memiliki dua efek berlawanan: peregangan dan peningkatan beban.
Subdivisi volume spirometri dan paru (kapasitas paru total, volume gas total,
dan volume residu) diukur dengan plethysmography tubuh (BPd-HD; nSpire Health,
Longmont, CO), sedangkan geometri dinding dada, pola pernapasan, dan volume
thoracoabdominal dianalisis dengan plethysmography optoelektronik (OEP; Smart
System BTS, Milan, Italia). Melalui OEP, cahaya infra merah dipancarkan dan diterima
oleh satu set kamera, dan perangkat lunak khusus digunakan untuk merekonstruksi
koordinat tiga dimensi (3D) dari penanda reflektif pasif (94 dalam posisi duduk; 57
dalam posisi terlentang) yang diletakkan menurut titik-titik anatomi tertentu. Berbagai
parameter geometris dihitung mulai dari jaring titik 3D untuk mengkarakterisasi
dimensi dinding dada. Parameter ini meliputi sudut subkostal, tinggi, diameter,
perimeter, luas penampang, dan volume (Gbr. 1). Volume paru juga dinilai dalam
kondisi dinamis selama pernapasan tenang (QB) dan manuver kapasitas vital lambat
(SVC). Pola ventilasi (siklus kerja, frekuensi pernapasan, volume tidal, dan ventilasi
menit) dianalisis selama QB.
Indeks kecepatan pemendekan diafragma dihitung melalui rasio variasi volume
perut saat istirahat terhadap waktu inspirasi dan luas penampang pada tingkat
xiphoidal.
Indeks kecepatan pemendekan otot tulang rusuk dihitung melalui rasio variasi
volume tulang rusuk saat istirahat terhadap waktu inspirasi dan luas penampang
diperoleh sebagai rata-rata antara luas penampang pada xiphoidal dan sudut Louis.SVC
dibagi menjadi komponen-komponennya: kapasitas inspirasi (IC) dan volume
cadangan ekspirasi (ERV). Kontribusi volume thoracoabdominal di QB, SVC, IC, dan
ERV juga dievaluasi.
Pengukuran dilakukan pada akhir trimester pertama (T1), kedua (T2), dan
ketiga (T3) kehamilan pada semua ibu hamil. OEP dan AS dilaksanakan di semua sesi
eksperimental oleh operator tunggal: masing-masing ahli bioengineer dan ahli ekografi
yang berpengalaman. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi duduk dan terlentang
untuk menganalisis efek postural.
ANALISIS STATISTIK
Ventilasi per menit menit wanita primipara lebih tinggi daripada kelompok
nulipara dalam posisi terlentang di semua trimester tetapi hanya sedikit lebih tinggi
pada T3 dalam posisi duduk. Laju pernapasan sedikit meningkat pada posisi duduk di
T2 dan T3, tetapi tidak pada posisi terlentang, dibandingkan dengan T1, sedangkan
volume tidal tetap tidak berubah pada kedua postur (Gbr. 4). Dalam durasi satu napas,
duty cycle mewakili persentase waktu inspirasi. Duty cycle tidak mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan kehamilan baik dalam posisi duduk (T1: 39,7%, T2:
39,8%, T3: 40,5%; P = 0,584) atau posisi terlentang (T1: 40,9%, T2: 40,7%, T3: 41,2
%; P = 0,926), serupa dengan wanita nulipara (duduk: 40,3%, terlentang: 41%; P =
0,922 dan 0,683, secara berurutan).
Kontribusi Thoracoabdominal.
Kecepatan pemendekan.
Pemeriksaan USG
Efek postural
Perubahan posisi tubuh memiliki efek yang sama pada wanita primipara dan
nulipara. Perubahan dari duduk ke posisi terlentang memberikan efek penurunan
ventilasi menit (P = 0,016 dan P <0,001, secara berurutan); peningkatan IC dinding
dada (ICCW) (P <0,001 dan P = 0,011), sedangkan ERVCW mengalami penurunan (P
<0,001 pada kedua kelompok). Sebuah peningkatan yang signifikan terjadi pada
kontribusi perut untuk volume tidal (P <0,001 pada kedua kelompok), untuk SVCCW
(P = 0,019 dan P = 0,006, secara berurutan, pada primipara dan nulipara), dan untuk
ICCW (P <0,001 dan P = 0,011, secara berurutan), sedangkan kontribusi perut untuk
ERVCW mengalami penurunan(P <0,001 pada kedua kelompok). Pada semua wanita,
ketebalan diafragma 33% lebih rendah pada posisi terlentang dibandingkan dengan
posisi tegak (P <0,001 dan P = 0,007), sedangkan fraksi ketebalan mengalami
penurunan hanya pada kelompok nulipara (P = 0,033). Semua parameter lain yang
diukur baik terlentang maupun tegak tidak dipengaruhi oleh perubahan postur.
PEMBAHASAN
Penyederhanaan didaktis dari aksi otot diafragma dan tulang rusuk pada
dinding dada adalah bahwa selama inspirasi, ekspansi rongga perut dan tulang rusuk
masing-masing mencerminkan aksi otot diafragma dan tulang rusuk inspirasi,
sementara ekspirasi bersifat pasif saat istirahat dan didorong murni oleh rekoil elastis
sistem pernapasan. Sebaliknya, ekspirasi aktif selama manuver kapasitas vital, dengan
tulang rusuk ekspirasi dan kontraksi otot perut, ekspirasi berkontribusi untuk
mengurangi tulang rusuk dan volume perut. Hasil penelitian ini, yaitu berkurangnya
kontribusi tulang rusuk terhadap variasi volume, selama pernapasan spontan dan
manuver maksimal pada trimester 3, menunjukkan bahwa aksi otot tulang rusuk
mengalami penurunan selama kehamilan. Hal ini diduga karena perubahan orientasi
tulang rusuk yang memperpendek panjang otot rangka tulang rusuk, sehingga
mengurangi kekuatan kontraktil. Telah dilaporkan bahwa perubahan 10% sudut antara
tulang rusuk dan tulang belakang dapat menyebabkan perubahan 5% dalam kekuatan
dan kerja yang dikembangkan oleh otot interkostal. Selain itu, pada volume paru yang
tinggi, orientasi tulang rusuk juga berdampak negatif pada penurunan tekanan pleura
yang dihasilkan oleh gaya kranial yang diberikan pada tulang rusuk. Perubahan pola
gerak tulang rusuk ini tidak bergantung pada panjang otot dan selanjutnya menghambat
fungsi otot tulang rusuk.
Diketahui bahwa rahim manusia yang hamil terletak di dalam rongga panggul
selama trimester pertama kehamilan dan mengembang ke rongga perut selama
trimester kedua dan ketiga. Akibatnya, ada pengurangan rongga perut, peningkatan
rongga panggul, dan pergeseran kranial bagian organ perut yang menyebabkan
pemanjangan diafragma. Jika suatu bahan diregangkan, maka dimensi melintang ke
arah peregangan akan mengalami penurunan, sehingga menjadi lebih tipis menurut
rasio Poisson. Tekanan perut yang meningkat diterapkan secara seragam ke permukaan
perut diafragma. Fenomena ini ni memperluas panjang kerja diafragma selama
perubahan postur. Memang, kami menunjukkan bahwa ketebalan diafragma pada akhir
ekspirasi berkurang menjadi sepertiga dibandingkan dengan posisi tegak pada kedua
kelompok penelitian. Meskipun terdapat variabilitas interindividual tinggi, evaluasi
dengan ultrasound mampu mendeteksi efek penting dari postur tubuh yang menipis ini
bahkan pada wanita nulipara, yang volume perutnya secara signifikan lebih rendah
daripada wanita hamil. Sebaliknya, kami berhipotesis bahwa ketebalan diafragma yang
tidak berubah pada akhir ekspirasi yang kami ukur selama kehamilan (yaitu, dalam
kondisi pemanjangan diafragma progresif oleh pembesaran srahim) mungkin
sebenarnya terkait dengan peningkatan ketebalan akhir ekspirasi (jika diukur pada
waktu yang sama), daripada dengan variabilitas yang diperkenalkan oleh kesalahan
pengukuran, untuk secara progresif mempertahankan ketebalan otot istirahat
Keterbatasan lainnya dari penelitian ini adalah kurangnya tindak lanjut setelah
melahirkan. Studi selanjutnya harus membahas durasi setiap perubahan dan adaptasi
yang diamati yang kami temukan. Namun penelitian ini memiliki beberapa kekuatan,
yaitu, 1) parameter multidimensi yang digunakan dapat menyelidiki aspek yang
berbeda dari perubahan fungsi pernapasan akibat kehamilan; 2) pengukuran berulang
pada setiap trimester kehamilan di seluruh kohort oleh operator tunggal dan dalam sesi
eksperimen yang sama, sehingga memungkinkan konsentrasi pada efek kehamilan
daripada perbedaan antar individu; 3) penggunaan teknik yang akurat dan non-invasif
tanpa menggunakan radiasi pengion; 4) analisis rinci tentang eupnea yang dapat
menjadi penanda kehamilan berisiko tinggi saat kondisi ibu tidak memungkinkan untuk
melakukan manuver maksimal; dan 5) hasil hanya bergantung pada efek murni
kehamilan tanpa kofaktor lain seperti obesitas, karena kenaikan berat badan pada
kohort wanita hamil hanya bersifat kecil
Studi ini memiliki implikasi klinis yang potensial. Kokontraksi diafragma dan
otot perut, "manuver ekspulsi-inspirasi", memainkan peran penting dalam fase ekspulsi
bayi, ketika wanita diminta untuk melakukan inspirasi yang diikuti dengan dorongan,
terjadi peningkatan tekanan intrauterin hingga ~ 19 kPa. Jika glotis tertutup, manuver
ini disebut "glotis tertutup" atau "Valsava" mendorong. Sebagai alternatif, dorongan
"glotis terbuka" menyiratkan tidak menahan napas dan menghembuskan napas lambat
sehingga PAB meningkat ke tingkat yang lebih rendah untuk menghindari konsekuensi
berbahaya. Maneuver glottis terbuka mungkin merupakan strategi yang tidak efektif,
terlepas dari usaha ibu, karena bagian dari PAB dapat ditransmisikan ke toraks melalui
diafragma yang rileks dengan kemungkinan membuang tekanan penggerak ekspulsif
dan peningkatan tekanan intratoraks untuk menghambat aliran balik vena.
Sebagai kesimpulan, adaptasi fisiologis dan struktural dinding dada yang terjadi
selama kehamilan dapat mempertahankan volume paru-paru dan diafragma serta fungsi
otot perut dengan mengorbankan kekuatan tulang rusuk. Pengetahuan tentang
perubahan fisiologis normal selama kehamilan dapat membantu dokter yang
menangani kehamilan berisiko tinggi.