Anda di halaman 1dari 4

Nama.

: Kamka Hammimmustaha Safa


NIM. 2104406
Kelas. : PJKR B 2021
Mata Kuliah. : Penjas Adaptif

SOAL UTS
1. dalam rangka perkembangan strategi pembelajaran dengan teknik modifikasi
lingkungan(belajar) coba anda jelaskan 4 teknik yang dapat kita lakukan
sehingga pembelajaran dapat berlangsung kondusif
2. jelaskan apa yang dimaksud dengan

 penjas adaptif
 anak cacat
 gangguan penglihatan
 gangguan pendengaran
 gangguan bicara
3. sebutkan 5 faktor yang perlu di modifikasi dalam pembelajaran penjas adaptif dan
jelaskan masing masing faktor tersebut
4. jelaskan apasaja program pembelajaran penjas adaptif dan berikan contoh masing

masing. 5.jelaskan 4 contoh aktifitas yang sifatnya pemecahan masalah


6. jelaskan bagaimana cara nya meningkatkan kemampuan memori siswa dan
meningkatkan kreativitas siswa
JAWABAN
1. a). Modifikasi fasilitas dan peralatan
Memodifikasi struktur fasilitas-fasilitas yang telah tersedia atau menciptakan fasilitas
baru merupakan keharusan agar program pendidikan jasmani bagi anak-anak
penderita cacat dapat berlangsung dengan baik.

b). Pemanfaatan ruang secara maksimal


Bila memungkinkan, baik ruang tertutup maupun ruang terbuka seyogianya
digunakan secara maksimal dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Ada
kalanya ruang yang besar tidak dapat digunakan secara maksimal, sebaliknya ruang
yang kecil dapat pula menjadi hambatan program penjas.

c). Menghindari gangguan dan pemusatan konsentrasi


Segala bentuk gangguan dalam pembelajaran penjas harus dieliminasi atau minimal
dikurangi. Gangguan yang sementara yang terjadi meliputi kebisingan suara-suara
yang mengganggu konsentrasi, lalu orang lain yang tidak berkepentingan berada di
lapangan.
d). Teknik memodifikasi aktivitas belajar
Pada umumnya setiap aktivitas dapat dimodifikasi, namun perlu diingat bahwa tujuan
modifikasi adalah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga anak-
anak berpartisipasi secara aktif namun tidak mengurangi partisipasi dari siswa yang
bukan penyandang cacat.

2. a). penjas adaptif


Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang
bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan
dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Secara mendasar pendidikan
jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa.

b). anak cacat


Anak luar biasa meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat mata, termasuk buta
atau setengah buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli,
termasuk tuli total dan sebagian, cacat pada alat bicara, evilepsi, gangguan emosi, dan
cacat bawaan.
Menurut Arch C. Meck dalam bukunya yang berjudul “The Educational Of
Exeptional Children”, anak cacat adalah yang penampilan gerakannya menyimpang
dari gerakan normal secara keseluruhan. Jadi gerakannya tidak sama seperti orang
normal, ada beberapa perbedaan gerakan yang tidak wajar.

c). gangguan penglihatan


Gangguan penglihatan atau kebutaan artinya adalah adanya kerusakan pada mata,
sehingga tidak dapat melihat dan dampaknya merugikan terhadap penampilan anak
selama masa pendidikan. Terdapat beberapa istilah yang berbeda mengenai kebutaan
atau gangguan penglihatan. Namun secara umum, gangguan penglihatan dapat dilihat
dari ketajaman penglihatan didasarkan atas “Snellen Chart”.

d). gangguan pendengaran


Ada dua kategori gangguan pendengaran yaitu; yang pertama disebut “tuli” yang
kedua “sulit mendengar”, artinya seseorang baru bisa mendengar apabila suara kita
keras. “tuli” berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang cukup berat,
sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya. Sedangkan
“sulit mendengar” berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa
tetap dan tidak tetap, namun tidak sama dengan tuli.

e). gangguan bicara


Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap),
afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta
keterlambatan dalam bicara. Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh berbagai
faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.

3. a). Penggunaan bahasa


Memodifikasi bahasa sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada siswa-siswa yang
mengalami kesulitan berbahasa, tetapi bagi anak yang mengalami gangguan dalam
proses informasi, gangguan perilaku, mental, dan jenis jenis kecacatan lainnya,
semuanya membutuhkan perhatian dari guru. Para guru selayaknya menyesuaikan
bahasa yang digunakan dengan kondisi kecacatan anak yang dihadapi. Seperti lebih
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna bagi anak cacat yang
dihadapinya.

b). Membuat konsep yang konkret


Pembuatan konsep yang konkret berkaitan erat dengan penggunaan bahasa yang
sesuai dengan kemampuan anak. Artinya yang menjadi fokus dalam hal ini adalah
bagaimana menciptakan agar tugas-tugas atau aktivitas yang akan dilakukan siswa
dapat dipahami dengan jelas.

c). Pemberian tugas secara berurutan


Untuk melaksanakan tugas, diasumsikan bahwa para siswa memiliki kemampuan
memahami dan membuat urutan gerakan-gerakan secara baik, yang merupakan
prasyarat dalam melaksanakan tugas gerak. Contohnya seperti guru menyuruh siswa
“berjalan ke pintu” yang sedang dalam keadaan duduk. Untuk melaksanakan tugas
gerak yang diperintahkan oleh guru tersebut, diperlukan langkah-langkah persiapan
sebelum anak benar-benar melangkahkan kakinya menuju pintu.

d). Ketersediaan waktu belajar


Dalam menghadapi anak-anak cacat perlu disediakan waktu yang cukup, baik
lamanya belajar maupun pemberian untuk proses informasi. Sebab dalam kenyataan
ada anak cacat yang mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan
rata-rata anak normal. Namun pada sisi lain ada anak yang membutuhkan waktu yang
lebih banyak untuk memproses informasi dan aktivitas gerak tertentu. Oleh karena
itu, dibutuhkan pengulangan secara menyeluruh dan peninjauan kembali semua aspek
yang dipelajari.

e). Pendekatan (multisensori)


Para guru pendidikan jasmani sering menggunakan teknik pembelajaran yang dapat
merangsang lebih dari satu system’ sensori secara bersama-sama. Namun, tidak
selamanya dilakukan secara sistematis dan konsisten. Ada kalanya anak lebih mudah
mempelajari suatu aktivitas bola menggunakan satu sistem sensori sebagai petunjuk,
tetapi pada sisi lain mendukung sistem sensori lainnya. Pendekatan seperti itu disebut
multisensori.

4. a). Pemilihan materi dan faktor penimbangan


Ada beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentukan jenis dan
materi pembelajaran penjas bagi siswa yaitu ;
1) Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya
2) Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil
tes pendidikan jasmani
3) Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa.
Disamping itu perlu diperhatikan jenis dan bentuk gerakan latihan pemanasan yaitu
difokuskan pada jenis olahraga yang akan dilakukan. Contohnya adalah seperti
melakukan pemanasan sebelum olahraga.

b). Program pendidikan jasmani untuk anak cacat


Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi tiga kategori yaitu
pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, lalu kebugaran dan kemampuan
gerak. Contohnya adalah seperti siswa berjalan mengelilingi lapang dibimbing oleh
guru penjas adaptif.

c). Pembelajaran individual


Pembelajaran individual dimaksudkan agar kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi
sesuai dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Kelihatannya model pembelajaran
seperti ini merupakan tantangan bagi guru penjas dalam mengelola layanan
pendidikan. Pembelajaran individual dalam konteks ini bukan berarti melakukan
pembelajaran kepada siswa secara satu persatu. Terapi guru penjas merencanakan
aktivitas jasmani yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kecacatan siswa.
Contohnya seperti seorang siswa belajar melempar bola dibimbing oleh guru penjas
adaptif.

5. a). Mendapatkan cara paling cepat untuk menempuh jarak dari “a” sampai ke “b”
b). Mendapatkan sebagian besar route langsung dari “a” sampai ke “b”
c.) Mengetahui cara bergerak yang paling efisien
d). Menentukan cara terbaik untuk memodifikasi sebuah permainan atau bagian
peralatan sehingga siswa yang cacat dapat berperan serta dalam aktivitas
tersebut.

Untuk melaksanan aktivitas khusus tersebut, guru terlebih dahulu menentukan topik
masalah yang harus dipecahkan oleh siswa dan selanjutnya mengerahkan aktivitas
siswa untuk mencapai hasil yang optimal.

6. Cara meningkatkan memori siswa adalah melakukan aktivitas belajar secara


berulang-ulang. Selain itu melakukan pembelajaran yang lebih spesifik
untuk meningkatkan memori siswa.
Sedangkan untuk meningkatkan kreatifitas siswa yaitu dengan melibatkan anak dalam
proses pembelajaran. Yang di mana jika anak tersebut selalu terlibat dalam proses
pembelajaran, maka anak tersebut bisa berimprovisasi dalam melakukan kegiatan
kegiatan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai