Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM XIII Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR


REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Nama Mahasiswa : E
NIM : 22.71.025447
Kelas : Farmasi A
Dosen Pengampu : Rika Arfiana Safitri, M. Farm.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2022
I. PENDAHULUAN
Reaksi redoks merupakan adanya proses penerimaan elektron atau penurunan
bilangan oksidasi (reduksi), dan adanya pelepasan elektron atau peningkatan bilangan
oksidasi (oksidasi). Reaksi ini merupakan reaksi gabungan dari setengah reaksi reduksi
dan setengah reaksi oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron
sehingga terjadi penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi
pelepasan elektron sehingga terjadi kenaikan bilangan oksidasi. Spesi yang mengalami
oksidasi disebut reduktor dan spesi yang mengalami reduksi disebut oksidator. Pada
suatu reaksi kimia yang lengkap, reaksi oksidasi selalu diikuti oleh reaksi reduksi
sehingga reaksi yang terjadi disebut reaksi redoks. Persamaan reaksi redoks dikatakan
setara jika jumlah atom dan jumlah muatan di ruas kiri sama dengan jumlah atom dan
jumlah muatan di ruas kanan. Untuk mengetahui bahan tersebut merupakan oksidator
atau reduktor, dapat diketahui melalui perhitungan bilangan oksidasi senyawa tersebut.
Semakin besar bilangan oksidasinya maka senyawa tersebut merupakan oksidator,
sebaliknya jika bilangan oksidasinya semakin kecil maka senyawa tersebut adalah
reduktor.
Pada dasarnya reaksi redoks berlangsung di dalam pelarut air sehingga penyetaraan
persamaan reaksi redoks selalu melibatkan ion H+ dan OH–. Reaksi redoks merupakan
reaksi yang terjadi akibat penggabungan dari reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dalam
media reaksi sel elektrokimia. Reaksi redoks ada yang spontan dan ada yang tidak
spontan. Reaksi redoks spontan dapat dirancang untuk menghasilkan arus listrik yang
dapat digunakan untuk menghasilkan kerja mekanik, cahaya dan sebagainya. Reaksi
redoks tidak spontan dapat dilangsungkan dengan menambahkan energi listrik dari luar.
Alat yang dapat digunakan untuk melangsungkan keduanya adalah sel elektrokimia. Sel
elektrokimia terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu lelehan
atau larutan ion yang di hubungkan dengan penghantar logam pada rangkaian luar. Sel
elektrokimia dapat berupa sel galvani dan sel elektrolisis (Mulyani, 113).

Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang
tercelup dalam elektrolit, ketika tegangan ditetapkan terhadap elektroda itu. Elektroda
yang bermutan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif di sebut
katoda.elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron ke dan dari larutan
disebut elektron inert. Elektron reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki
reaksi elektroda. Selama elektrolisis, terjadi reduksi pada katoda dan oksidasi pada
anoda ( Dogra,2009:492).
Sel elektrokimia merupakan suatu sel atau tempat terjadinya aliran elektron yang
disebabkan oleh adanya perubahan energi kimia atau energi listrik dan sebaliknya.
Elektrokimia terbagi menjadi dua, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Sel volta adalah
tempat reaksi kimia yang menghasilkan listrik, sedangkan sel elektrolisis adalah tempat
terjadinya reaksi kimia tersebut.
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya
reaksi tersebut. Dalam hal ini proses elektrokimia dapat berlangsung dengan baik
melalui media larutan. Terdapat beberapa jenis larutan yang dapat menjadi tempat
reaksi elektrokimia, yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah, sedangkan
larutan tanpa elektrolit adalah larutan yang tidak dapat digunakan sebagai tempat reaksi
elektrokimia.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat
No Alat Ukuran Jumlah

1 Tabung reaksi Diameter : 10 mm 5


Tinggi : 150 mm
2 Rak tabung reaksi 20 cm x 10 cm 1
3 Gelas beaker 250 mL dan 100 mL 2
4 Sendok tanduk - 1
5 Botol semprot 250 mL 1
6 Gelas ukur 10 mL 2

3.2 Bahan
No Bahan Jumlah
1 Serbuk FeCl3 Secukupnya
2 Serbuk ZnO Secukupnya
3 Serbuk PbSO4 Secukupnya
4 Serbuk Cu(NO₃)₂ Secukupnya
5 Lempeng magnesium 4 potong
6 Telur ayam ras 1 butir
7 Larutan CH3COOH Secukupnya
8 Aquadest 3 ml/tabung reaksi
9 Larutan HCl 4M 2 ml/tabung reaksi
III. CARA KERJA
3.1. Percobaan I

Siapkan masing-masing serbuk logam Cu, Mg, Pb, Zn, dan Fe


seujung sendok tanduk kecil

Sediakan 5 tabung reaksi, kemudian masukkan serbuk tiap logam ke


dalam tabung secara berturut – turut = Cu, Mg, Al, Pb, Zn, dan Fe

Tambahkan aquadest pada masing – masing tabung sebanyak 3ml


atau setinggi 2cm. Amati apa yang terjadi dan catat hasilnya.

Ulangi langkah yang sama pada eksperimen sebelumnya, ganti


aquadest dengan masing-masing 2 mL HCl 4M

Amati apa yang terjadi dan catat hasilnya.

4.2 Percobaan II

Siapkan gelas beaker dan masukkan 1 butir telur ayam

Tambahkan larutan CH3COOH sampai batas telur tenggelam

Lalu amati apa yang terjadi dan tuliskan hasilnya


IV. HASIL PENGAMATAN

Percobaan Perubahan Dokumentasi

Percobaan I Serbuk Fe : Air berubah menjadi


(Aquadest) larutan berwarna kuning cerah
Logam Mg : Warna air tidak berubah
Serbuk Zn : Warna air tidak berubah
Serbuk Pb : Air berubah menjadi larutan
berwarna putih keruh
Serbuk Cu : Air berubah menjadi larutan
berwarna biru cerah

Reaksi

Serbuk Fe : Tidak terjadi reaksi


Logam Mg : Terbentuk gelembung halus
pada logam Mg
Serbuk Zn : Terbentuk endapan
Serbuk Pb : Terbentuk endapan
Serbuk Cu : Tidak terjadi reaksi
Percobaan I Perubahan Dokumentasi
(HCl)
Serbuk Fe : Air berubah menjadi larutan
berwarna coklat muda cerah
Serbuk Mg : Warna air tidak berubah
Serbuk Zn : Warna air tidak berubah
Serbuk Pb : Warna air tidak berubah
Serbuk Cu : Air berubah menjadi larutan
berwarna hijau cerah

Reaksi

Serbuk Fe : Tidak terjadi reaksi


Logam Mg : Logam Mg menguap, air
menjadi panas mendidih dan
mengeluarkan asap dan uap air
Serbuk Zn : Terbentuk endapan
Serbuk Pb : Terbentuk endapan
Serbuk Cu : Tidak terjadi reaksi
Percobaan II Perubahan Dokumentasi
Telur
Kulit telur sedikit menipis
dengan
larutan Reaksi
CH3COOH

Muncul gelembung-gelembung halus pada pori-


pori cangkang telur

V. PEMBAHASAN
Konsep reaksi oksidasi reduksi ditinjau dari pelepasan dan pengikatan elektron.
Konsep yang dimaksud reaksi redoks adalah reaksi yang di dalamnya terjadi
perpindahan elektron secara berurutan dari satu spesi ke spesi yang lainnya. Menurut
konsep ini, reaksi redoks terdiri atas dua reksi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elekron, sedangkan reaksi reduksi adalah
reaksi pengikatan elektron. Reaksi oksidasi maupun reakksi reduksi tidak dapat
berlangsung sendiri-sendiri, namun selalu berlangsung secara bersamaan. Ketika ada
elektron yang lepas, maka harus ada spesi yang menangkapnya. Elektron yang lepas
pada reaksi oksidasi sama dengan elektron yang diikat pada reaksi reduksi. Masing-
masing reaksi (oksidasi dan reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), karena
diperlukan dua buah setengah reaksi untuk membentuk sebuah reaksi. Dilepasnnya
elektron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan meningkatnya bilangan
oksidasi unsur tersebut. Reduksi terjadi penurunan bilangan oksidasi karena
diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Reaksi redoks dalam elektrokimia
merupakan proses dari elektrokimia tersebut dan mengandung energi yang dapat
dilepas oleh reaksi spontan untuk diubah menjadi energi listrik (Suminar, 2007).
Bilangan oksidasi suatu unsur dalam unsur bebas maupun senyawanya, dapat
ditentukan dengan aturan sebagai berikut:
a) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Contoh: Bilangan oksidasi atom-
atom pada Ne, O2 , P4, C, Na adalah nol.
b) Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya. Contoh:
Bilangan oksidasi Na+ = +1, bilangan oksidasi Mg2+ = +2.
c) Jumlah bilangan oksidasi untuk semua atom dalam senyawa adalah nol.
Contoh: Jumlah bilangan oksidasi atom Cu dan atom O dalam CuO adalah nol.
d) Jumlah bilangan oksidasi atom-atom ion poliatom sama dengan muatan ion
poliatomnya. Contoh: Jumlah bilangan oksidasi atom O dan atom H dalam
OH- adalah -1
e) Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan IA dalam senyawa adalah +1,
sedangkan bilangan oksidasi unsur golongan IIA dalam senyawa adalah +2.
Contoh: Biloks K dalam KCl adalah +1. Biloks Mg dalam MgSO4 dan Ca
dalam CaSO4 adalah +2.
f) Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa biner logam adalah-1.
Contoh: Bilangan oksidasi Cl dalam NaCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.
g) Bilangan oksidasi hydrogen (H) dalam senyawa adalah +1, kecuali dalam
hidrida, logam hydrogen (H) mempunyai bilangan oksidasi -1. Contoh:
Bilangan oksidasi H dalam H2O, NH3, dan HCl adalah +1.Bilangan oksidasi
H dalam NaH dan CaH2 adalah -1.
h) Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa adalah -2, kecuali peroksida
(biloks oksigen = −1) dan senyawa biner dengan Fluor (biloks oksigen =
+2).Contoh: Bilangan oksidasi O dalam H2O adalah -2. Bilangan oksidasi O
dalam OF2 adalah +2. Bilangan oksidasi O dalam peroksida, seperti H2O2 dan
BaO2 adalah -1. (Mitra, 2014)
Pada praktikum kali ini, dilakukan 3 kali pengujian, yaitu pengujian reaksi redoks
pada larutan nonelektrolit (air = H2O), pada larutan HCl 4M dan pada telur ayam yang
direndam dalam larutan CH3COOH. Dalam pengujian pertama yaitu menggunakan
H2O didapatkan hasil sebagai berikut.
Percobaan pertama, menggunakan serbuk FeCl yang dilarutkan didalam air
(H2O) yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.
FeCl3+3H2O→Fe(OH)3+3HCl
+3 -1 +1 -2 +3 -2 +1 +1 -1

Bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari perhitungan persamaan pada tabel


berikut.
FeCl3 = 0 3H2O= 0 Fe(OH)3= 0 3HCl= 0
Fe+3Cl= 0 3(2H+O)= 0 Fe+3O+3H= 0 3(H+Cl)= 0
3+3Cl= 0 3(2H+(-2))= 0 3+3(-2)+3H= 0 3(1+Cl)= 0
3Cl= -3 6H–6 = 0 3–6+3H= 0 3+3Cl= 0
−3 6H= 6 -3+3H= 0 3Cl= -3
Cl=
3
6 3H= 3 −3
Cl = -1 H= Cl=
6 3
3
H=1 H= Cl= -1
3

H=1
Pada reaksi tersebut terlihat terjadi perubahan warna menjadi kuning cerah dan
tidak terdapat endapan. Reaksi ini bukan reaksi redoks karena bilangan oksidasinya
tidak berubah.
Percobaan kedua, menggunakan serbuk MgO yang dilarutkan didalam air (H2O)
yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.

MgO + 2H2O  Mg(OH)2 + H2


+2 -2 +1 -2 +2 -2 +1 0

Bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari perhitungan persamaan pada tabel


berikut.
 Berdasarkan ketentuan bilangan oksidasi, Mg merupakan logam golongan IIA
yang berarti bilangan oksidasinya adalah 2.
 Berdasarkan ketentuan bilangan oksidasi, nilai bilangan oksidasi Oksigen (O)
dalam senyawanya adalah –2
 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. H2 = 0

2H2O= 0 Mg(OH)2= 0
2(2H+O)= 0 Mg+2O+2H= 0
2(2H+(-2))= 0 2+2(-2)+2H= 0
4H–4 = 0 2–4+2H= 0
4H= 4 -2+2H= 0
4 +2H= 2
H=
4
2
H=1 H=
2

H=1
Pada reaksi tersebut terlihat terjadi perubahan tidak terjadi perubahan warna dan
tidak terdapat endapan tetapi logam Mg mengeluarkan gelembung halus, hal ini terjadi
karena logam Mg merupakan logam yang sangat reaktif sehingga diudara bebas dapat
terbentuk lapisan oksida tipis MgO akibat reaksi oksidasi. Reaksi ini merupakan reaksi
redoks karena H2O berperan sebagai pengoksidasi, karena mengoksidasi Mg dan
memperoleh elektron (yaitu bilangan oksidasi turun).
Percobaan ketiga, menggunakan serbuk ZnCl yang dilarutkan didalam air (H2O)
yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.

ZnCl2+2H2O→Zn(OH)2+2HCl
+2 -1 +1 -2 +2 -2 +1 +1 -1

Bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari perhitungan persamaan pada tabel


berikut.
ZnCl2 = 0 2H2O= 0 Zn(OH)2= 0 2HCl= 0
Zn+2Cl= 0 2(2H+O)= 0 Zn+2O+2H= 0 2(H+Cl)= 0
2+2Cl= 0 2(2H+(-2))= 0 2+2(-2)+2H= 0 2(1+Cl)= 0
2Cl= -2 4H–4 = 0 2–4+2H= 0 2+2Cl= 0
−2 4H= 4 -2+2H= 0 2Cl= -2
Cl=
2
4 2H= 2 −2
Cl = -1 H= Cl=
4 2
2
H=1 H= Cl= -1
2

H=1
Pada reaksi tersebut tidak terjadi perubahan warna dan terdapat endapan. Reaksi
ini bukan reaksi redoks karena bilangan oksidasinya tidak berubah.
Percobaan keempat, menggunakan serbuk Pb(NO3)2 yang dilarutkan didalam air
(H2O) yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.

Pb(NO3)2+2H2O→Pb(OH)2+2HNO3
+2 +5 -2 +1 -2 +2 -2 +1 +1 +5 -2

Bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari perhitungan persamaan pada tabel


berikut.
Pb(NO3)2 = 0 2H2O= 0 Pb(OH)2= 0 2HNO3= 0
Pb+2N+2(3O)= 0 2(2H+O)= 0 Pb+2O+2H= 0 2(H+N+(3O))= 0
2+2(5)+2(3O)= 0 2(2H+(-2))= 0 Pb+2(-2)+2(1)= 0 2(1+N+3(-2))= 0
2+10+6O= 0 4H–4 = 0 Pb–4+2= 0 2+2N+(-12)= 0
12+6O= 0 4H= 4 Pb-2= 0 -10 +2N= 0
6O= -12 4 Pb= 2 2N= 10
H=
4
−12 10
O= H=1 N=
6 2

O = -2 N= 5
Pada reaksi tersebut terjadi perubahan warna menjadi putih keruh dan terdapat
endapan. Reaksi ini bukan reaksi redoks karena bilangan oksidasinya tidak berubah.
Percobaan kelima, menggunakan serbuk CuSO4 yang dilarutkan didalam air
(H2O) yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.

CuSO4 + 2H2O  Cu(OH)2 + H2SO4


+2 +6 -2 +1 -2 +2 -2 +1 +1 +6 -2

Bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari perhitungan persamaan pada tabel


berikut.
CuSO4 = 0 2H2O= 0 Cu(OH)2= 0 H2SO4= 0
Cu+S+4(O)= 0 2(2H+O)= 0 Cu+2O+2H= 0 2H+S+4O= 0
Cu+6+4(-2)= 0 2(2H+(-2))= 0 2+2O+2(1)= 0 2(1)+S+4(-2)= 0
Cu+6+(-8)= 0 4H–4 = 0 2+2O+2= 0 2+S+(-8)= 0
Cu-2= 0 4H= 4 2O+4= 0 S-6= 0
Cu= 2 4 2O= -4 S= 6
H=
4
−4
H=1 O=
2

O = -2
Pada reaksi tersebut terjadi perubahan warna menjadi biru cerah dan tidak
terdapat endapan. Reaksi ini bukan reaksi redoks karena bilangan oksidasinya tidak
berubah.
Selanjutnya, dilakukan percobaan menggunakan oksidator berbeda, yaitu HCl
4M. Didapatkan hasil sebagai berikut, pada percobaan pertama, yaitu serbuk Fe yang
dilarutkan didalam HCl 4M yang menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.

2Fe+6HCl→2FeCl3+3H2
0 +1 -1 +3 -1 0

Hasil bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari aturan biloks dan perhitungan
berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Jadi, Fe = 0 dan H2 = 0

6HCl= 0 2FeCl3= 0
6(H+Cl)= 0 2(Fe+(3Cl))= 0
6(1+Cl)= 0 2Fe+6Cl= 0
6+6Cl = 0 2Fe+6(-1)= 0
6Cl= -6 2Fe-6= 0
−6 2Fe= 6
Cl =
6
6
Cl = -1 Fe =
2

Fe = 3
Percobaan tersebut menghasilkan perubahana warna pada serbuk Fe menjadi
coklat muda dan tidak terdapat endapat. Hal ini terjadi karena terdapat reaksi redoks,
dimana HCl merupakan pengoksidasi (oksidator) karena mengoksidasi Fe dan
memperoleh elektron (yaitu bilangan oksidasi turun) dan Fe merupakan reduktor,
karena mengalami oksidasi sebab kehilangan elektron (yaitu bilangan oksidasi naik).
Percobaan kedua, yaitu logam Mg yang dilarutkan didalam HCl 4M yang
menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.
Mg+2HCl→MgCl2+H2
0 +1 -1 +2 -1 0

Hasil bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari aturan biloks dan perhitungan
berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Jadi, Mg = 0 dan H2 = 0

2HCl= 0 MgCl2= 0
2(H+Cl)= 0 Mg+2Cl= 0
2(1+Cl)= 0 Mg+2(-1)= 0
2+2Cl = 0 Mg-2= 0
2Cl= -2 Mg = 2
−2
Cl =
2

Cl = -1

Percobaan tersebut tidak menghasilkan perubahan warna, tetapi logam Mg


menguap dan air menjadi panas dan berasap. Hal ini terjadi karena terdapat reaksi
redoks, dimana HCl merupakan pengoksidasi (oksidator) karena mengoksidasi Mg
dan memperoleh elektron (yaitu bilangan oksidasi turun) dan Mg merupakan reduktor,
karena mengalami oksidasi sebab kehilangan elektron (yaitu bilangan oksidasi naik).
Percobaan ketiga, yaitu serbuk Zn yang dilarutkan didalam HCl 4M yang
menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.
Zn+2HCl→ZnCl2+H2
0 +1 -1 +2 -1 0

Hasil bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari aturan biloks dan perhitungan
berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Jadi, Zn = 0 dan H2 = 0


2HCl= 0 ZnCl2= 0
2(H+Cl)= 0 Zn+2Cl= 0
2(1+Cl)= 0 Zn+2(-1)= 0
2+2Cl = 0 Zn-2= 0
2Cl= -2 Zn = 2
−2
Cl =
2

Cl = -1
Percobaan tersebut tidak menghasilkan perubahan warna, tetapi serbuk Zn
mengendap. Hal ini terjadi karena terdapat reaksi redoks, dimana HCl merupakan
pengoksidasi (oksidator) karena mengoksidasi Zn dan memperoleh elektron (yaitu
bilangan oksidasi turun) dan Zn merupakan reduktor, karena mengalami oksidasi
sebab kehilangan elektron (yaitu bilangan oksidasi naik).
Percobaan keempat, yaitu serbuk Pb yang dilarutkan didalam HCl 4M yang
menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.
Pb + 2HCl → PbCl2 + H2
0 +1 -1 +2 -1 0

Hasil bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari aturan biloks dan perhitungan
berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Jadi, Pb = 0 dan H2 = 0

2HCl= 0 PbCl2= 0
2(H+Cl)= 0 Pb+2Cl= 0
2(1+Cl)= 0 Pb+2(-1)= 0
2+2Cl = 0 Pb-2= 0
2Cl= -2 Pb = 2
−2
Cl =
2

Cl = -1
Percobaan tersebut tidak menghasilkan perubahan warna menjadi sedikit keruh
dan serbuk Pb mengendap. Hal ini terjadi karena terdapats reaksi redoks, dimana HCl
merupakan pengoksidasi (oksidator) karena mengoksidasi Pb dan memperoleh
elektron (yaitu bilangan oksidasi turun) dan Pb merupakan reduktor, karena
mengalami oksidasi sebab kehilangan elektron (yaitu bilangan oksidasi naik).
Percobaan kelima, yaitu serbuk Cu yang dilarutkan didalam HCl 4M yang
menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut.
Cu + 2HCl → CuCl2 + H2
0 +1 -1 +2 -1 0

Hasil bilangan oksidasi tersebut didapatkan dari aturan biloks dan perhitungan
berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Jadi, Cu = 0 dan H2 = 0


2HCl= 0 CuCl2= 0
2(H+Cl)= 0 Cu+2Cl= 0
2(1+Cl)= 0 Cu+2(-1)= 0
2+2Cl = 0 Cu-2= 0
2Cl= -2 Cu= 2
−2
Cl =
2

Cl = -1
Percobaan tersebut menghasilkan perubahan warna menjadi hijau cerah dan
tidak ada endapan. Hal ini terjadi karena terdapats reaksi redoks, dimana HCl
merupakan pengoksidasi (oksidator) karena mengoksidasi Cu dan memperoleh
elektron (yaitu bilangan oksidasi turun) dan Cu merupakan reduktor, karena
mengalami oksidasi sebab kehilangan elektron (yaitu bilangan oksidasi naik).
Setelah melakukan pengujian redoks menggunakan aquadest (air=H2O) dan
HCl, selanjutnya adalah pengujian pada telur ayam ras yang direndam pada larutan air
cuka (CH3COOH) yang menghasilkan reaksi pada cangkang telur ayam, yaitu menipis
dengan terdapat gelembung halus pada permukaan cangkang telur ayam ras. Hal ini
terjadi karena kandungan utama cangkang telur adalah kalsium karbonat (CaCO3),
magnesium karbonat (MgCO3), dan kalsium sulfat (CaSO4). Cangkang telur (CaCO3)
yang bereaksi dengan asam cuka (CH3COOH) memiliki persamaan reaksi :
CaCO3 + 2CH3COOH  Ca(CH3COO)2+ CO2 + H2O
Kalsium karbonat akan bereaksi dengan asam asetat, kemudian karbon akan
membentuk asam karbonat dan cangkang akan mulai terlepas dan mengeluarkan
karbon dioksida (CO2). Kalsium yang bereaksi dengan asam asetat menimbulkan
keretakan pada cangkang telur dengan jangka waktu tertentu. Cepat atau lambatnya
pengelupasan sebenarnya tergantung pada kuat lemahnya suatu asam. Hal ini
dikarenakan CH3COOH yang merupakan asam lemah dan membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk mengelupasi kulit telur.
VI. KESIMPULAN
Berikut adalah kesimpulan dari praktikum kali ini.
a. Aquadest merupakan larutan non elektrolit yang berarti tidak dapat mengoksidasi
senyawa secara kuat atau tidak dapat mengoksidasi sama sekali. Dibuktikan
melalui perhitungan bilangan oksidasi, hanya logam Mg yang teroksidasi karena
terdapat lapisan oksisa tipis pada logam Mg dan pada senyawa lain tidak terdapat
perubahan biloks pada prosuk dan hasil reaksi.
b. HCl 4M merupakan salah satu oksidator yang baik, karena dapat mengoksidasi
unsur-unsur yang direaksikan disebabkan sifatnya yang asam dan merupakan
larutan elektrolit kuat. Dibuktikan melalui perhitungan bilangan oksidasi, yaitu
selalu terjadi kenaikan biloks pada hasil reaksi, yang berarti unsur tersebut
mengalami reduksi yang menyebabkan unsur tersebut teroksidasi.
c. Cangkang telur tidak terlalu mengelupas, karena kalsium yang bereaksi dengan
asam asetat tidak terlalu kuat. Hal ini dikarenakan CH3COOH yang merupakan
asam lemah dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengelupasi kulit
telur.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Amri, Irfan Nashikhul. (2021). Modul Elektrokimia. JURUSAN PENDIDIKAN
KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UNIVERITAS ISLAM
NEGERI WALISONGO SEMARANG. Semarang.

Anonim. 2016. Pengaruh Penyemprotan Larutan Asam Cuka (CH3COOH) Terhadap


Waktu Pipping Dan Waktu Menetas Setelah Pipping, Daya Tetas Serta
Kematian Embrio Pada Telur Itik Pitalah. Universitas Andalas. Padang.

Dogra, Sk. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-soal. Penerbit Universitas Indonesia :
Jakarta.

Mitra, Justria Eka. (2014). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Posing Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Di SMA N1
Sungai Apit.Skirpsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Mulyani, Sri.Dkk. COMMON TEXTBOOK KIMIA FISIKA II. Universitas


Pendidikan Indonesia

Suminar, N. R. (2007). Analisis Kimia Redoks. Semarang: Ganesha

Anda mungkin juga menyukai