OLEH:
HILDA AZHAR
SARTIKA
NURFADHILLA BIN HUS
ARMEI NINGTYAS
NILAM SARI ALAM
WA ODE MIRNAWATI
BAB I PENDAHULUAN……………………………................................
3
A. Latar Belakang……………………........................................... 3
B. Rumusan Masalah…………………………………..................3
C. Tujuan……………………………............................................ 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…. 4
A. Pengertian B. Indonesia………………..................................... 5
B. Sejarah B. Indonesia…………………...................................... 6
C. Masa Lalu Sebagia B. Melayu…………………....................... 7
D. Peristiwa-peristiwa Penting Sejarah B. Indonesia…................. 11
A. Kesimpulan ……………………………………....................... 15
B. Saran ……………………………………................................. 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
antara warga Indonesia yang satu dengan warga Indonesia yang lain. Tanpa bahasa
Indonesa mungkin seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain yang
daerah asalnya berbeda satu sama lain. Bahkan di Indonesia terdapat sekitar
400.000 bahasa daerah yang berbeda-beda maknanya antara bahasa yang satu
dengan bahasa daerah yang lain. Tentunya, saat seseorang ingin berkomunikasi
dengan orang lain yang berbeda bahasa daerah dengannya, maka orang tersebut
pasti akan mengalami kesulitan saat ingin memahami apa maksud dari perkataan
yang disampaikan oleh lawan bicaranya dan begitupun dengan sebaliknya. Oleh
karena itu bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari oleh seluruh warga
Indonesia merupakan alat penting untuk menyatukan seluruh warga Indoensia yang
B. Rumusan Masalah
1
Pernahkah kita bertanya-tanya, bagaimana sejarah bahasa Indonesia yang kita
gunakan selama selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin tidak semua dari
kita yang mengetahui asal mula atau sejarah bahasa Indonesia yang kita gunakan
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu pada makalah ini akan
C. Tujuan
Sesuai paparan diatas, pada makalah ini akan dikemukakan beberapa hal
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta
digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga sama sekali babas dari
unsur-unsur bahasa daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan kita.
Dengan kata lain bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang sudah menyatu
bahasa daerah yang disumbangkan, betul-betul telah menyatu dan tidak lagi
Jadi bahasa Indonesia tak lain adalah bahasa Melayu yang telah menyatu
dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang berkembag di Indonsia. Alasan
3
mengapa bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia adalah didasarkan atas
petimbangan yang rasional, baik secara politik, ekonomi, dan kenbahasaan. Yaitu :
2. Bahasa Melayu diterima oleh semua suku Indonesia, karena telah dikenal dan
dan digunakan sebagia bahasa pergaulan, tidak lagi diresakan sebagai bahasa
asing.
orang mempelajarinya.
mempunyai fungsi majemuk, mejadi bahasa perstuan, bhasa negara, bhasa resmi,
bahasa penghubung antar indivdu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah penting
Bahasa Idonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
4
sehari sesudahnya, yaitu 18 Agustus 1945 bersamaan dengan berlakunya
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang diapakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah
administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Indonesia saat ini dari varian bahasa melayu yang digunakan di Riau maupun
Semenanjung Malaya. Hingga saat ini bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Autrunesia dari
cabang Sunda Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemu
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara
di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang
menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai
Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari,
5
dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan
Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera,
jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut
pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari
sehingga pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam
Kakawin Nagarakretagama.
merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga
prasasti Keping Tembaga Laguna. Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi
Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu bergeser
Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah Melayu
6
itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar daerah
Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai
bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan.
Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di
Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban
tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam
Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi
nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-
Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu
(Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan
etnis.
menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari
berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling
7
dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas
Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai
kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari
penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-
seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu
Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan
Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang
menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini
adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi,
sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12.
Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta
kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau
masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung
hingga sekarang.
8
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris
dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan
teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot,
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh
penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di
bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada
bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan bahasa Melayu
juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu
Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa
pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad
9
ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji
untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah
masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan
jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok
bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya
tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi
buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan
penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
10
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
Indonesia.
Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
(Wawasan Nusantara).
11
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat
Bahasa Indonesia.
Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan
12
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Pertimbangan Bahasa.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan berbagai usaha yang
dilakukan oleh pejuang bahasa kita, akhirnya bahasa Indonesia menjadi salah satu
alat pemersatu bangsa yang akan selalu digunakan disepanjang sejarah kehidupan
manusia Indonesia di masa mendatang. Bahasa Indonesia ibarat sapu lidi, jika
disatukan maka akan semakin kuat hubungan warga Indonesia dalam hal
berkomunikasi.
B. Saran
ditingkatkan lagi sehingga bahasa Indonesia tak hanya sebagai suatu studi di
sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, tapi juga diterapkan dalan semua kegiatan
akademis ataupun kegiatan non akademis sehingga dapat melahirkan jiwa cinta
Indonesia pada diri masing-masing orang di semua tingkatan sekolah yang ada di
Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
http://Id.wiqipedia.org/wiqi/bahasa-indonesia
15