Diajukan Sebagai Tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Etika Dan Filsafat
syukron.anshori@uts.ac.id
Pendahuluan
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus terhadap diri
sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan manusia lain ada
peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh diri sendiri maupun norma yang
telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah
satu bentuk peraturan adalah etika. Ada etika bagaimana seorang anak berperilaku kepada
orang tuanya, Ada etika yang mengatur bagai- mana seorang dosen mengajar dengan baik dan
benar kepada mahasiswanya, begitu pula maha- siswa berperilaku kepada dosennya, dan ada
etika bagaimana polisi harus memperlakukan seorang pelaku kriminal kejahatan.
Ketidaktahuan seorang akan etika inilah yang sering lalai membuat benturan-benturan. Atau,
mereka tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda.
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi
dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan manusia dengan
mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati nurani, selain seperangkat
naluri. Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus
memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir mengenai baik
dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya tindakan itu ia lakukan.
Dalam setiap penelitian sudah pasti harus mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
dimana dia meneliti, apalagi kalau pengumpulan data dilakukan yang berhubungan dengan
masyarakat. Sudah tentu harus mengikuti segala norma ataupun etika dalam masyarakat
tersebut. Oleh karena itu, seorang peneliti dalam meneliti serta mengumpulkan data harus dan
diwajibkan memiliki juga menjunjung tinggi etika penelitian, karena dengan adanya etika
tersebut maka si peneliti akan dengan mudah bersosialisasi dan berhubungan dengan
responden. Sehingga data yang diinginkan pun dapat terkumpul sesuai dengan yang
diharapkan.
1. Filsafat Islam
Subjek penelitian :
Yaitu Para Filsof Yunani dan Romawo kumo Diantaranya yaitu heraklitos, Parmenides,
Aristoteles, Plato, Plotinus, serta para filsof muslim yaitu Ibnu Sina, Al Kindi, Al Farabi dan
Ibnu Rushd .
1. Metode Penelitian:
Metode Kepustakaan Filsafat yaitu, menganalisa data induktif untuk merumuskan
konstruktif teoritik.
Hasil Penelitian: Epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang dimana didalamnya
membahas mengenai teori-teori yang ada didalam ilmu pengetahuan. Didalam ilmu
epistemologi sendiri terdapat suatu pokok pembahasan berupa sumber ilmu pengetahuan , sera
kebenaran ilmu pengetahuan.
Para filosof muslim berpendapat bahwa alat epistemologi yang dimiliki manusia untuk
mencapai pengetahuan yaitu indera, akal dan hati
Filsuf Muslim
1. Ibnu sina (980-1037 SM): Tokoh utama corak filsafat yang menerapkan gabungan
epistemologi dari filosof aristotelian dan neoplatonis l. Ibnu sina berpendapat dengan
teorinya Al-Ruh Al-Kitab Muqaddas (Ruh gang disucikan). Beliau berpendapat bahwa
pengetahuan itu diproleh melalui akal
2. Al kindi (801-860 SM): Berpendapat ada tiga macam pengetahuan manusia yaitu:
a) Pengetahuan indrawi (pengetahuan diproleh lansung saat tiga macam mengamati
objek. Memiliki sifat yang berubah ubah)
b) pengetahuan rasional (pengetahuan diperoleh melalui akal) bersifat immaterial
c) Pengetahuan intuisi pengetahuan diperoleh lansung dari pancaran Nur-Illahi.
Pengetahuan ini hanya diperoleh oleh orang yang suci dan dekat dengan Allah
3. Al Farabi (870-950 SM) : berpendapat bahwa pengetahuan diproleh melalui daya
indera, menghayal dan berpikir
4. Ibnu Rushd (1126-1198 M): terkenal sebagai komentator Aristoteles. Beliau
berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh melalui indra dan rasio.
Kekuatan penelitian
Kelemahan penelitian
Yaitu masih terdapat istilah-istilah asing yang belum diberi penjelasan. Maka akan sulit
dipahami maknanya terutama bagi orang awam untuk paham ketika hendak mempelajarinya.
Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat cina, yakni harmoni, toleransi dan
perikemanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara dua
ekstrem: antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia dan surga.
Menurut tradisi, periode ini ditandai oleh seratus sekolah filsafat:seratus aliran yang
semuanya mempunyai ajaran yang berbeda. Namun, kelihatan juga sejumlah konsep yang
dipentingkan secara umum, misalnya tao (jalan), te (keutamaan atau seni hidup), yen
(perikemanusiaan), i (keadilan), t’ien (surga) dan yin-yang (harmoni kedua prinsip induk,
prinsip aktif-laki-laki dan prinsip pasif-perempuan). Sekolah-sekolah terpenting dalam jaman
klasik adalah:
a) Konfusianisme
Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, (guru dari suku Kung) hidup antara 551
dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (“jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah
“jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia,
kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan. Kebaikan hidup
dapat dicapai melalui perikemanusiaan (yen), yang merupakan model untuk semua orang.
Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda
b) Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (guru tua) yang hidup sekitar 550 S.M. Lao Tse melawan
Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-lah yang
merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang
bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan
ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran bahwa kita
tidak tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di India (ajaran neti, na-itu:
tidak begitu) dan dalam filsafat Barat (di mana kesadaran ini disebut docta ignorantia,
“ketidaktahuan yang berilmu
c) Yin-Yang
“Yin” dan “Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu bersifat pasif,
prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan untuk yang
dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api, dan laki-laki, simbol untuk
hidup dan untuk yang panas. Segala sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis
harmonis dari derajat Yin tertentu dan derajat Yang tertentu.
d) Moisme
Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse mengajarkan bahwa yang
terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan
bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung
terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa
perang itu jahat serta menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi
Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna.
Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukkan diri dengan analisis istilah-istilah dan
perkataan-perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah dialektik”, dapat dibandingkan
dengan aliran sofisme dalam filsafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai analisis dan
kritik yang mempertajam perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang
memperkembangkan logika dan tatabahasa. Selain itu dalam Ming Chia juga terdapat
khayalan tentang hal-hal seperti eksistensi, relativitas, kausalitas, ruang dan waktu
Fa Chia atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari semua aliran klasik lain. Sekolah hukum
tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan tentang soal-soal praktis dan
politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik
yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-
undang yang keras sekali. Tokoh yang terkenal adalah Han Fei Tzu dan Li Sse.
Dari keenam sekolah klasik tersebut, kadang-kadang dikatakan bahwa mereka berasal dari
keenam golongan dalam masyarakat Cina. Berturut-turut: (1) kaum ilmuwan, (2) rahib-rahib,
(3) okultisme (dari ahli-ahli magi), (4) kasta ksatria, (5) para pendebat, dan (6) ahli-ahli
politik.
Pertama-tama karena masalah politik dan pemerintahan merupakan masalah sehari-hari yang
tidak dapat dihindarkan, maka filsafat Cina berkecendrungan mengutamakan pemikiran
praktis berkenaan masalah dan kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain ia cenderung
mengarahkan dirinya pada persoalan-persoalan dunia.
justru lahir karena adanya berbagai persoalan yang muncul dari kehidupan yang aktual.
Ketiga, dalam pemikiran filosof Cina etika dan spiritualitas (masalah keruhanian) menyatu
secara padu.
Keempat, meskipun menekankan pada persoalan manusia sebagai makhluk sosial, persoalan
yang bersangkut paut dengan pribadi atau individualitas tidak dikesampingkan. N
Kelima, filsafat Cina secara umum mengajarkan sikap optimistis dan demokratis. Filosof
Cina pada umumnya yakin bahwa manusia dapat mengatasi persoalan-persoalan hidupnya
dengan menata dirinya melalui berbagai kebijakan praktis serta menghargai kemanusiaan.
Ketujuh, penghormatan terhadap kemanusiaan dan individu tampak dalam filsafat hukum dan
politik.
Kedelapan, dilihat dari sudut pandang intelektual, Para filosof Cina berhasil membangun etos
masyarakat Cina seperti mencintai belajar dan mendorong orang gemar melakukan penelitian
mendalam atas segala sesuatu sebelum memecahkan dan melakukan sesuatu.
Aliran pemikiran, teori dan metodologi apa saja hanya bisa mencapai sasaran apabila
dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan luas dan integratitas pribadi yang
kokoh.[24]
2. Tingkah laku dan sikap manusia terhadap dunia sekitar merupakan kesatuan yang selaras
dan seimbang, sebagai mikro kosmos dan makro kosmos.Manusia harus menyesuaikan diri
dengan kodrat alam, sehingga harus harmoni hubungan manusia dengan dunia .
b) Filsafat Barat
2. Ontologi, yaitu ilmu tentang sebab sebab yang pertama menduduki tempat sentral.
3. Manusia menempatkan diri berhadapan dengan objek yang dipelajari, sehinga manusia
berpikir dengan pertanyaan, seperti apa sebab terjadi peristiwa itu?. Bagaimana peristiwa itu?.
Dari mana datangnya?, dll.[25] Filsafat Barat menanyakan hubungan sebab-akibat, mencari
mengapa dan bagaimana objek yang diselidiki secara objektif.[26]
Mengakui adanya Tuhan Surga (Tien), Allah (Ti), dan Shang Ti, Tuhan Yang Mahatinggi
yang mengatasi segala roh-roh (Shen). Magi (shu-shu) dan astrologi. Arwah-arwah prang
mati akan hidup terus asal diberikan korban-korban.[27]
Sebelum Kung Fu Tze dan Meng Tze mengajarkan ajarannya, bangsa Cina percaya terhadap
para dewa. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa memiliki kekuatan alam. Menurut
kepercayaan bangsa Cina, dunia digambarkan sebagai segi empat dan diatasnya ditutupi oleh
langit yang trdiri dari 9 lapisan. Ditengah-tengah dunia yang trbentuk segi empat teretak
T’ien-hsia, sebuah daerah yang didiami oleh bangsa Cina. Daerah T’ien-hsia merupakan
daerah yang didiami oleh bangsa-bangsa yang biadab. Diluar daerah bangsa-bangsa biadab
terdapat daerah kosong dan menjadi tempat tinggal hantu-hantu dan Dewi Pa, yang
menguasai musim kemarau.
o Ho-Po, tiap-tiap tahun diberi sesajen yang dijalankan oleh pendeta-pendeta perempuan
dengan mempersembahkan gadis jelita sebagai istrinya. Gadis itu harus tercantik di seluruh
cina dan sesudah dirias, ia disuruh terjun ke dalam arus sungai Hwang-Ho yang deras itu.
Pengetahuan mereka masih bercorak kudus (sacral, sacred), “ pemberian” dari Thian (langit)
dan bukan obyektif-empirik, hasil ikhtiar manusia secara sistematik. Cara berfikir pada
umumnya masih berdasarkan firasat dan renungan, belum kritik analitik.
Akar atau sumber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah Taoisme dan Confuscianisme.
Taoisme adalah pandangan hidup yang menitik-beratkan pada hal-hal yang sifatnya
naturalistik yang berada dalam diri manusia. Selain itu, Conficianisme adalah suatu
pandangan hidup yang menitikberatkan pada organisasi sosial dan menekankan kepada
tanggunga jawab manusia terhadap masyarakat.[30]
Di negeri Cina pendidikan itu terikat dengan ajaran Khong Hu Chu, dengan kepercayaan
bahwa ada lima indera dan lima pengaruh bintang serta lima warna, begitu pula ada lima
keutamaan, yaitu keadilan, kedisiplinan, hikmah, kejujuran dan kebaikan
3. Filsafat Kontenporer
Review Jurnal Judul Konstruksi Filsafat Barat Kontenporer
Pendahuluan Jurnal
Istilah kontemporer pada umumnya berarti saat ini, sekarang, atau zaman pada saat
penutur/pembicaraan/pendengar sedang mengalami. Arti lain dari kontemporer adalah zaman
pada saat suatu masalah muncul dan kemudian mendapat jawabannya. Hegel mengatakan
bahwa tiap filsafat adalah zamannya yang tersimpul dalam buah pikiran atau pandangan
filsafat. Filsafat Barat Kontemporer berarti berkaitan dengan isu-isu kekinian yang mendasar
yang dicarikan jawabannya oleh para filsuf. Periodisasi filsafat kontemporer ini biasanya
masih mengacu pada kurun waktu abad XIX sampai sekarang (Munir, tt: 1). Sesuai dengan
dinamika tuntutan rasionalitas, filsafat mengalami beberapa pergeseran yang khas.
Pergeseran pertama adalah dari paradigma yang cosmosentris lewat paradigma theosentris ke
paradigma antroposentris.
Perkembangan Filsafat
Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan filsafat sebelumnya, yaitu Filsafat Barat Modern, atau dikatakan juga sebagai
pematangan lebih lanjut dari filsafat zaman modern. Pada zaman kontemporer ini ditandai
oleh beberapa gerakan pemikiran yang dalam filsafat abad XIX dan abad XX (Shidarta,
2004:73). Modernitas secara umum adalah suatu perubahan sosial dan budaya yang bersifat
massif yang berlangsung dari pertengahan abad XVI, yang berkaitan dengan suatu analisis
terhadap masyarakat kapitalis industrial (Turner, 2000:3).
Dalam perkembangan abad XIX manusia masih tetap dianggap sebagai pusat kenyataan,
walaupun perhatian utama tidak lagi dipusatkan pada rasio, empiri, dan ide-ide manusia,
melainkan lebih-lebih kepada unsur-unsur irasional, yaitu kebebasan atau kehendak sebagai
motor tindakan manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, filsafat kontemporer masih
melanjutkan isu-isu utama dalam filsafat modern, namun dengan sudut pandang yang berbeda
sama sekali. Isu itu antara lain metafisika, epistemologi, antropologi (humanisme) dan lain
sebagainya. Selain itu, isu yang berkembang dalam filsafat kontemporer meluas ke isu-isu
tentang kapitalisme, alienasi, lingkungan, demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan lain
sebagainya (Munir, tt:2).
1. Kehidupan manusia abad XX adalah kehidupan yang rumit dan penuh dengan berbagai
persoalan
2. Pada masa ini, ilmu pengetahuan telah memperoleh banyak kemenangan dalam disiplin
ilmu-ilmu alam serta pemahaman terhadap realitas
3. Zaman kita juga mempunyai ciri kemajuan peradaban dan teknologi sebagai akibat dari
pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam berbagai lapangan kehidupan yang berbeda
4. Jika sebagian pemikir menyangka bahwa pertentangan antara para filsuf akan
mengakibatkan hancurnya filsafat dan mencukupkan diri pada ilmu pengetahuan saja.
5. Kita juga melihat bahwa para filsuf kontemporer diam-diam berusaha untuk membangun
sebuah mazhab filsafat yang saling menyempurnakan, sehingga kita dapat mengatakan
bahwa tak ada lagi bentuk aliran dalam filsafat kontemporer.
1. Positivisme/Positivisme Logis
2. Neomarxisme
3. Pragmatisme
4. Neo-Kantianisme
5. Fenomenologi dan Eksistensialisme
6. Filsafat Hidup
7. Postmodernisme
8. Ateisme Abad Kontemporer Ateisme
9. Hermeneutika
Kesimpulan Jurnal
Kehidupan manusia abad XX ini penuh dengan berbagai masalah. Berdasarkan para
filsuf,sumber kerumitan ini adalah cara berpikir beberapa orang. Karena itu, mereka sangat
prihatin melihat kehidupan manusia melalui metode ilmiah dengan cermat. Mereka mulai
mempelajari bahasa, makna, dan simbol. Mereka juga memeriksa emosi yang ada pada
manusia serta sikap hidup manusia. Oleh karena itu, kajian filsafat Barat Kontemporer
berkaitan dengan isu-isu kontemporer yang diselesaikan jawaban mendasar oleh para filsuf.
Periode kontemporer Filsafat biasanya masih mengacu pada periode abad kesembilan belas
hingga hadiah. Filsafat kontemporer masih melanjutkan isu-isu utama dalam modern filsafat,
tetapi dengan perspektif yang berbeda sama sekali. Masalah yang mencakup metafisika,
epistemologi, antropologi (humanisme) dan lain-lain. Sebagai tambahan Isu yang berkembang
dalam filsafat kontemporer meluas ke isu-isu kapitalisme, keterasingan, lingkungan,
demokratisasi, hak asasi manusia, dan sebagainya. Banyak Para pemikir pemikiran abad XX
memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu: "desentralisasi" manusia. Subjek manusia tidak lagi
dianggap sebagai pusat dari realitas, tetapi menggantikan "antroposentrisme", desentralisasi
bahasa manusia sebagaiserta subjek perhatian khusus pada fakta.
4. Filsafat Barat
(Filsafat Barat)
Judul : Dari Konsumerisme Ke Konsumtivisme (Dalam Perpektif Sejarah
Filsafat Barat)
Nama Penulis : Armaidy Armawi
Tahun : 2007
Reviewrs : Uwais Al Qarani
Tidak dapat disangkal bahwa revolusi teknologi telah menghasilkan kemajuan dan
perkembangan ekonomi yang sedemikian pesat pula, sehingga meningkatkan kekayaan
material di berbagai negara, terutama di negara Barat yang mempunyai industri yang
kuat. .Cara berproduksi telah berubah menjadi bersifat massal dan besar, sehingga
terjadi jurang pemisah antara produsen dan konsumen secara tajam dan pola
perdagangan juga telah berubah bentuk menjadi penjajahan ekonomi, yang karenanya
muncullah growth mania dan megalomania.
Perkembangan ilmu dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peradaban umat manusia
dan hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan yang mendasar
pada peradaban umat manusia. Ilmu dan teknologi yang diawali dari Barat, tentu tidak
terlepas dari nilai yang ada di dunia Barat yang cenderung bersifat deterministik-
materialistik.
Ide persaingan, seleksi alami dan the survival of the fittest (hanya yang terkuat yang
dapat hidup) yang mencoba menerangkan proses evolusi dan perkembangan yang wajar
dan otomatis. Ide bahwa semua bentuk yang tinggi pada kehidupan manusia seperti
agama, filsafat, seni dan sebagainya±apa yang disebut Marx phantasmagoria dalam
otak--hanyalah tambahan yang diperlukan oleh proses kehidupan material, satu
bangunan untuk menutup-menutupi dan memajukan kepentingan ekonomi, karena
seluruh sejarah umat manusia tak lain dari sejarah perjuangan kelas. Ide positivisme,
yang semata-mata tertarik pada know how dan menolak kemungkinan adanya
pengetahuan. Berbagai ide ini telah mendarahdaging di dalam tubuh hampir seluruh
manusia Barat dan telah melahirkan metafisika yang bersifat materialistik.
Kemudian Aristippus (-395 SM) mengatakan bahwa kesenangan yang merupakan satu-
satunya yang ingin dicari manusia, dan yang dimaksud dengan kesenangan di sini
adalah yang berkaitan langsung dengan panca indra atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal yang indrawi (Said, 1980: 70). Menurutnya sikap etis yang
baik adalah menghitung-hitung dengan cermat rasa senang dan jumlah rasa sakit
sebagai hasil perbuatan yang kemudian mengurangi jumlah rasa sakit dan rasa senang.
B. Kekuasaan dan Kesenangan sebagai Nilai Dasar.
Perkembangan ilmu dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peradaban umat
manusia dan hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan yang
mendasar pada peradaban umat manusia. Ilmu dan teknologi sebagai proses
kegiatan sosial sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan sistem nilai, sehingga
perkembangannya tidak terlepas dari nilai sosio-kultural yang melatarbelakanginya.
Ilmu dan teknologi yang diawali dari Barat, tentu tidak terlepas dari nilai yang
ada di dunia Barat yang cenderung bersifat deterministik-materialistik. Semboyan
yang disampaikan oleh Francis Bacon (1561-1626) yaitu, knowledge is power
atau ilmu itu sendiri adalah kekuasaan mendapatkan tempat tersendiri dan
mempunyai arti dan makna dalam perkembangan ilmu (Schumacher, 1981:
61).
Selain Francis Bacon pemikir lain yang pengaruhnya juga sangat besar adalah
Descartes-cogito ergo sum-tidak berhenti sampai di situ saja melainkan dilanjutkan
dengan bermunculannya berbagai ide pada abad ke-19, yang menurut
Schumacher (Schumacher, 1981: 84):
-Ide evolusi, bahwa berbagai bentuk yang tinggi berkembang dari berbagai bentuk
yang lebih rendah, sebagai proses alami dan otomatis. Selama kira-kira seratus
tahun terakhir ini kita telah melihat bahwa ide ini secara sistematis diterapkan
pada egala segi kehidupan tanpa kecuali.
-Ide persaingan, seleksi alami dan the survival of the fittest(hanya yang terkuat
yang dapat hidup) yang mencoba menerangkan proses evolusi dan perkembangan
yang wajar dan otomatis.
-Ide bahwa semua bentuk yang tinggi pada kehidupan manusia seperti agama,
filsafat, seni dan sebagainya apa yang disebut Marx phantasmagoria dalam otak--
hanyalah tambahan yang diperlukan oleh proses kehidupan material, satu
bangunan untuk menutup-menutupi dan memajukan kepentingan ekonomi,
karena seluruh sejarah umat manusia tak lain dari sejarah perjuangan kelas.
-Ide Freudian, yang menganggap semua bentuk kehidupan manusia ini
merupakan getaran gelap bawah sadar dan menerangkan semua itu terutama
sebagai akibat dari keinginan di masa kanak-kanak dan awal masa remaja yang
tidak terpenuhi.
-Ide relativisme, yang menolak segala yang mutlak melarutkan segala norma, nilai dan
ukuran.
-Ide positivisme, yang semata-mata tertarik pada dan menolak kemungkinan adanya
pengetahuan Berbagai ide ini telah mendarahdaging di dalam tubuh hampir seluruh
manusia Barat dan telah melahirkan metafisika yang bersifat materialistik.
Warisan abad ke-19 mempengaruhi peradaban, ilmu dan teknologi dalam
perjalanan sejarah umat manusia, sehingga telah menciptakan iklim sekularisme
di abad modern ini, seperti evolusionisme, rasionalisme, scientisme,
utilitarianisme dan hedonisme.
D. penutup
Sebagai akibat kesalahan metafisis maka perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi
telah melahirkan pergeseran dan benturan dalam tata nilai. Hedonisme yang merupakan
warisan etika masa lalu telah memberi andil yang cukup penting dalam membentuk
konsumerisme yang berdasarkan atas pandangan yang individualistik-materialistik.
Konsumerisme yang pada mulanya merupakan sebuah gerakan perlindungan terhadap
konsumen. telah mempunyai arti yang negatif, yaitu wasteful consumption atau konsumsi
yang bersifat memboroskan karena pengaruh teknologi modern yang dilandasi oleh filsafat
materialisme-positivisme. Konsumerisme telah membawa dampak yang cukup serius bagi
kelangsungan transgenerasi di masa depan. Hal ini merupakan dampak dari hasrat dan
selera yang hanya mementingkan diri sendiri dengan warna konsumerisme, tanpa
menghiraukan dimensi manusia, alam dan waktu.
5. Buku Fiilsafat
Pengertian filsafat
secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani dimana berasal dari penggabungan
dua kata yaitu pilos atau pilin yang artinya cinta Mencintai atau pecinta dan Sofia yang artinya
kebijaksanaan atau Hikmat. Sehingga secara bahasa philosophia atau filsafat memiliki arti cinta
akan kebijaksanaan. Sedangkan secara epistemologi atau istilahnya terdapat rumusan
pengertian filsafat, namun secara mendasar filsafat adalah hasrat atau keinginan yang sungguh-
sungguh untuk menemukan kebenaran sejati.
perkembangan filsafat manusia masyarakat kebudayaan dan alam ini memiliki hubungan erat
keempat hal tersebut pada umumnya para filsuf sepakat membagi sejarah filsafat menjadi
empat tradisi besar yaitu :
filsafat Cina, filsafat India, filsafat Islam, dan juga filsafat barat.
Masalah-masalah dasar filsafat
Isu-isu filosofis tadi komunikasi Steven W. Littlejohn dalam bukunya the Risk of human
communication (1999:31) menjelaskan terdapat isu filosofis tentang studi komunikasi.
Metateori adalah teori dari sebuah teori yang dimana littlejohn membagi isu filosofis tadi
komunikasi menjadi tiga tema yaitu
1. Isu-isu epistemologi epistemologi
Merupakan cabang filsafat yang mengkaji pengetahuan atau bagaimana cara memdapatkan
pengetahuan.
2. Isu ontologi
Ontologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dari apa yang ingin kita
ketahui pada kenyataannya epistemologi dan ontologi saling berkaitan Hal ini dikarenakan
pemahaman kita tentang pengetahuan tentu tergantung pula pada bagaimana kita memahami
realitas dalam ilmu sosial untuk logif membahas tentang hakekat eksistensi manusia
sedangkan dalam ilmu komunikasi ontologi memfokuskan pada pemahaman hakekat
interaksi sosial manusia.
3. Isu aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai. untuk disiplin ilmu
komunikasi terdapat beberapa isu aksiologi penting yang perlu dijabarkan.
a. Kodrat filsafat
keyakinan mendasar bahwa filsafat bertitik tolak pada pengalaman yang dimana
terdapat tiga ciri khas kualitas pengetahuan bersifat atau menu di bawah suatu
pengetahuan itu khas filosofis.
b. Relasi filsafat dan ilmu
secara garis besar terdapat tiga posisi guna memahami hubungan antara sains dan
agama dalam pencarian kebenaran.
c. Relasi filsafat dan agama
agama adalah candu rakyat memberi kesan seolah agama menjadi alat dalam golongan
kecil untuk mempermainkan atau menindas rakyat atas nama dan bekerjasama dengan
golongan yang berkuasa agama menjadi candu rakyat sebagai suatu keadaan objektif
dalam masyarakat dengan adanya agama mencerminkan struktur-struktur sosialtidak
sehat dalam masyarakat yang dimaksud dengan struktur tidak sehat tentunya Tata
susunan masyarakat yang kapitalistis tetapi kaum kapitalis tidak menjadi biang keladi
keadaan itu dalam arti tertentu mereka juga menjadi korban bukan saja Kaum Buruh
meskipun kedudukan mereka jauh lebih menyenangkan.
d. Filsafat dan perkembangan ilmu komunikasi
secara etimologi atau bahasa kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris I yang
mempunyai akar kata dari bahasa Latin communicare,
sedangkan secara epistemologi atau istilah terdapat ratusan uraian ekspresif atau nyata
dan implisit atau tersembunyi untuk menggambarkan definisi komunikasi .
ETIKA KOMUNIKASI
1. Pengertian etika secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani dalam
➢ bentuk tunggal “etos” berarti tempat tinggal yang biasa Padang rumput , kandang
,kebiasaan adat ,akhlak perasaan dan cara berpikir
➢ dalam bentuk jamak “ta etha “ berarti adat kebiasaan
➢ dalam filsafat etika Berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan
2. Hubungan filsafat dan etika filsafat ialah seperangkat keyakinan keyakinan dan sikap-
sikap cita-cita aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan nilai-nilai norma dan aturan aturan nah
perbedaan etika etiket moral dan Agama yang pertama
3. perbedaan etika dan etiket, moral dan agama
jadi terdapat beberapa perbedaan pokok antara etika dan etiket yaitu etika menyangkut
cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu
etiket memberikan dan menunjukkan cara yang tepat dalam bertindak sementara itu etika
memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri menyangkut apakah suatu perbuatan
bisa dilakukan antara ya dan tidak etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial sehingga
etika selalu berlaku ketika adanya orang lain sementara itu etika tidak memperhatikan
orang lain atau tidak selanjutnya perbedaan etika dan estetika pembahasan etika lebih
menitikberatkan pada baik-buruknya atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan
manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban tanggung jawab manusiawi.
Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindakan manusia adalah baik atau
buruk benar atau salah etika terapan menjadi fokus perhatian misalnya kita mengenal
etika profesi kode etik rambu-rambu etis etika politik etika lingkungan bioantika dan
lainnya.
Sedangkan estetika memiliki karakteristik seperti mempermasalahkan seni atau
keindahan yang diproduksi oleh manusia soal apresiasi yang harus dilakukan dalam
proses kreatif manusiawi Hai juga terdapat perbedaan moral dan hukum perbedaan etika
dan agama dan juga etika dan moral.
Kelebihan dari buku : Buku ini membahas sesuai dengan nama dan judul buku ini sendiri,
Materi yang di sampaikan dalam buku mudah di mengerti.
Kelemahan dari buku: Buku ini masih ada bahasa ilmiah yang dimana jika kita tidak search
dulu ke bahasa Indonesia baku pembaca tidak mengerti bahasa yang digunakan
Kesimpulan: Bahwa etika filsafat dan komunikasi secara gatidak jauh dari hubungannya
dengan perkembangan filsafat manusia masyarakat kebudayaan dan alam ini memiliki
hubungan erat keempat hal tersebut pada umumnya para filsuf sepakat membagi sejarah filsafat
menjadi empat tradisi besar yaitu :
filsafat Cina, filsafat India, filsafat Islam, dan juga filsafat barat.
Mufid, F. (2013). Perkembangan Paradigma Epistemologi Dalam Filsafat Islam. Ulumuna, 17(1), 19-
40.
Mufid, M. (2012). Etika dan filsafat komunikasi. Prenada Media.Sidharta, J., Meidiana, A., & Kevin, J.
ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI.
Muslim, M. (2007). ETIKA DAN PENDEKATAN PENELITIAN DALAM FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
(SEBUAH TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PRAKTIKAL). KOMUNIKOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Komunikasi, 4(2).